Are you say you love me?

308 37 0
                                    

Karena pada akhirnya, apa yang kita anggap gak penting, adalah yang paling kita rindukan.-CacingPita

---

Pagi sekali saat Talla memutuskan untuk langsung berangkat ke sekolah.

Sekolah masih sangat sepi, tapi ada seseorang mengganggu penglihatannya. Pita?

Ia menaruh tasnya di atas meja, tapi Pita rupanya tidak menyadari itu. Tapi yasudahlah, mungkin Pita masih mengantuk. Pikir Talla.

Ia juga lelah dengan semua ini, di satu titik ia ingin bertahan namun rasanya tidak mungkin untuk mendapatkan hati Pita sepenuhnya.

"Cing."

Talla menoleh, "Hmm?"

Pita tersenyum, "Maafin gue ya, gue selama ini terlalu bodoh buat yakinin hati gue kalau lo itu serius, gak main-main. Tapi saat hati gue udah mulai yakin, lo udah sama yang lain. Bahkan sahabat gue sendiri."

Talla mengernyit, "Maksudnya?"

"Lo pacarankan sama Wiwi?" tanya Pita saat mendekati Talla.

"Tapi bagus deh, Wiwi orang nya baik ko, gak kayak gue."

"Pit?"

Pita menoleh, "Apa?"

"Jangan biarin diri lo lama buat ngertiin gue, lo bakal buat gue menghilang. Coba lo sadarin!"

Talla mengatur napasnya yang sedikit sesak saat menyatakan itu, "Berjuang sendiri itu emang sakit, tapi lebih sakit lagi disaat lo bertahan dengan perjuangan yang lo lakuin sendirian tapi lo sama sekali gak dihargain!"

Pita menatap Talla ragu, merasa bersalah. Baru kali ini Talla mengeluarkan unek-uneknya.

"Dan jangan lo pikir semua lelaki tuh sama aja. Lo mikir gak? Mencintai ataupun dicintai itu emang gampang. Yang susah itu dicintai oleh orang yang kita cintai." Talla menundukkan pandangannya, "Terlebih gue udah suka lo jauh sebelum lo kenal gue. Ya, tepatnya saat pertama kali lo nginjekin kaki di sekolah ini. Kelas 11. Lo inget gak? Waktu pas lo ngurusin proses pindah lo ke sini, lo pernah hampir ke tabrak?"

Pita mengernyit, kok Cacing bisa tau?

Pita mengangguk.

"Lo inget gak sama orang yang dulu ngedorong lo dan akhirnya dia yang ketabrak?"

Pita mengangguk lagi.

"Apa lo inget siapa orang itu?"

Pita menggeleng, "Ja-ja-jangan bilang, itu el--"

"Iya! Lo bener, itu gue!"

Pita membuka mulutnya lebar-lebar, ia sangat terkejut.

"Lo inget gak, pas kita lagi dihukum atau kita lagi kejar-kejaran, kadang gue mimisan?"

Pita menggigit bibir bawahnya kembali mengingat itu, tapi kemudian mengangguk.

Talla tersenyum, "Itulah hasil tabrakan itu. Setiap kali gue kecapean, benturan yang keras waktu itu buat gue jadi sering mimisan."

"Cing maafin gue." Pita menatapnya dengan air mata mengenang di pelupuk matanya.

"Gak apa-apa, lo gak salah. Justru gue seneng, karena gue bisa mastiin sampai sekarang kalau bidadari gue tetap baik-baik aja."

Pita tersenyum getir, ada rasa terharu yang menyeruak di dalam tubuhnya, mengeluarkan bulir air mata yang tak bisa dibendung lagi.

"Cing, gue bener-bener minta maaf ya, selama ini perlakuan gue ke elo tuh jauh dari kata baik. Gue nyuruh lo ini itu bahkan sampai dihukum, sampai salah urat juga kemarin. Padahal elo adalah malaikat penolong gue, kalo aja gak ada lo, mungkin gue udah gak ada kali sekarang." Pita mengusap air matanya lagi yang makin deras.

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang