~Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna~
Aku bolak balik men-scroll layar ponsel. Ingin melanjutkan cerita di watty namun tidak jadi. Begitu seterus sampai berulang-ulang. Waktuku tersita hanya untuk ini. Setiap kali ingin menulis selalu teringat tugas. Namun, setelah mengerjakan tugas malah kembali galau tak beralasan. Aku memutuskan untuk membuka mbah google sekedar mencari tahu alat medis yang belum kuketahui.
Aku merasa telah lama tidak mampir lagi pada ranah pengetahuan tersebut. Sepertinya perasaan tidak diundang dapat merobohkan ambisi.
Siapa?
Manusia yang mengundang penasaran tingkat penasaran akut itu. Hadeh, seharusnya ia tak singgah dan bersemayam di sini. (baca: hati)
Jangan bilang keangkuhan akan menyelimuti hati yang sakit. Rasa ini terus membuat kesal tidak karuan. Rasanya ingin tidur saja. Bahkan setelah membaca al-matsurah gemuruh emosi belum juga reda.
Mungkin saja setan paling kampret tidak mau lepas dari bayanganku. Aku menghela napas berharap ketenangan mengisi kekosongan ini. Terkadang mampu mengendalikan pikiran dengan hati. Namun, hati lebih menyulitkan jika dikendalikan.
Sekarang yang bisa dilakukan hanya uring-uringan tidak jelas di kasur kesayangan. Masih membayangkan bagaimana bisa berada di ruang kerja operasi. Entah itu membantu persalinan atau mengeluarkan peluru. Memakai baju steril berwarna biru ataupun hijau. Aroma ruangan obat yang selalu menjadi ciri khas. Serta memakai jas putih kebanggaan yang tak lupa dengan stetoskop. Namun, itu hanyalah cita-citaku yang tak sampai. Seolah punuk merindukan rembulan.
Tapi aku tidak gila meskipun amat kecewa dengan segala yang ada. Karena belajar bukan di mana kita berada, tapi di mana saja. Bahkan sebenarnya kita dituntut menuntut ilmu sampai akhir hayat. Meskipun profesi itu tujuanku. Seperti menunjukkan aku bisa dan inilah aku. Aku yang kini tersesat dalam gelap tak berarah. Meski ada petunjuk cahaya, diri ini masih enggan mengikuti. Seolah kilauan cahaya itu membutakan kalbu.
Harapanku adalah bisa mendapatkan suami dokter atau menghasilkan anak dokter. Eh, itu sama saja. Maksudku atau membuat anakku menjadi seorang dokter. Jika begitu aku harus berjuang kan? Menjadi orang yang terbaik dengan caraku.
Biarlah dikatakan gila atau tidak waras. Selalu membuat jadwal yang kususun dengan senang hati. Meski itu terasa memberatkan atau mustahil bagi orang-orang.
Namun, tetap saja relung mengatakan ialah masa depan. Ilmu Fisika yang saat ini sedang dijalani. Tapi rasa cinta itu tetap saja belum berhardir. Entah seberapa lama lagi. Jika ia jodohku kenapa sesakit ini? Aku hanyalah salah satu manusia yang pasrah akan takdir.
Kembali lagi tentang masa lalu. Patutkah aku mendapatkan Fakultas Kedokteran jika belajar saja belum maksimal? Pencapaian saja tidak ada. Sekarang malah bersikeras membela diri seolah memang layak. Astaghfirullah, seharusnya aku memang bercermin dari dulu. Bagaimana kedekatanku pada Allah SWT dan interaksiku pada keluarga.
Seharusnya aku lebih bersyukur dari yang lain karena bisa kuliah di negeri. Sedangkan orang lain belum tentu mendapatkannya. Apalagi tanpa harus berusaha keras seperti yang lain. Aku sekarang sadar bahwa tak seharusnya memfokuskan kepada hasil jika proses tidak dihargai. Ternyata takabur.
***
Kampus masih terasa membosankan. Aku bertopang dagu di atas meja sambil mengamati teman sekelas. Jemari tangan kanan terus berketuk menciptakan suara melodi ketuk. Ruangan ini ramai tapi berasa sepi. Sebagian besar dari mereka demam drama korea. Hm, melihatnya saja membuatku ingin memutar bola mata malas. Seperti berkelompok di tempat masing-masing. Orang yang terlihat menyendiri di sini hanya aku, Aini dan beberapa teman lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/114914714-288-k117891.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Physics Not Doctors
ChickLitNadia Zahira bercita-cita menjadi guru sejak Sekolah Dasar. Namun, setelah memasuki Sekolah Menengah Pertama ia bercita-cita menjadi seorang dokter. Keinginannya diperkuat dengan mempelajari olimpiade Biologi sejak Sekolah Menengah Pertama hingga Se...