~can you stay here? I need to breathe~
.
.
.
.
.Mark dan Jinyoung masih duduk di bawah pohon rindang sama seperti yang waktu itu. Tidak, bukan mereka berdua. Hanya Mark yang duduk, sedangkan Jinyoung, dia tiduran dengan kepala berbantalkan paha Mark. Jangan lupakan tangan Jinyoung yang masih sibuk mencomot satu-persatu coklat pemberian Mark tadi.
Sejak ucapan Jinyoung tadi, Mark masih diam. Mungkin dia masih shock karena terlalu bahagia. Tapi, kenapa diam saja? Setidaknya berteriaklah dan rayakan kebahagiaannya jika memang dia bahagia. Jinyoung juga ingin merasakan kebahagiaan itu.
Mark mengelus pucuk kepala Jinyoung dengan lembut. Surai hitam halus milik Jinyoung membuat tangan Mark tak ingin berhenti untuk mengelusnya. Ditambah lagi pemiliknya adalah Jinyoung, tak ingin Mark melepaskannya jika bukan untuk sesuatu yang terpaksa.
"Mark, apa kau akan terus diam seperti ini?"
"Apa yang harus ku katakan?"
"Apa saja terserahmu, asalkan jangan hanya diam"
"Ingin kubelikan sesuatu?"
"Aniya, aku masih memiliki coklat ini"
"Baiklah, lalu apa yang diinginkan kekasih menggemaskanku ini, hm?"
Mark mencubit pipi Jinyoung lucu. Jinyoung benar-benar menggemaskan, Mark tidak bisa diam untuk mengatasi seorang Park Jinyoung.
"Aku ingin memegang tanganmu"
Diserahkannya tangan Mark pada Jinyoung, dan Jinyoung, dia tanpa menunggu waktu sepersekian detik mulai menggenggam tangan Mark dalam tangannya. Tidak benar-benar menggenggam sebenarnya, hanya bermain dengan tangan Mark, walaupun satu tangan lagi masih sibuk menyuap terus dan terus coklat dalam bingkisan tadi.
"Mark, kapan kita akan menikah?"
Mark yang dari tadi diam mulai membelalakkan matanya. Kenapa sangat tiba-tiba Jinyoung menanyakan hal itu?
"Bukankah sudah lama kau juga ingin menikah denganku, Mark?"
Mark mengangguk pelan, tapi wajahnya masih tetap datar, dia hanya masih memikirkan masalahnya. Kenapa Jinyoung telat menjawab permintaan Mark. Kenapa? Ini sudah terlambat.
"Jinyoung, dengarkan aku baik-baik"
Suasananya berubah, dan Jinyoung tidak menyukai ini.
"Pertama, aku ingin memberitahu padamu, bahwa kita tidak bisa menikah-"
"Wae?!"
"Dengarkan dulu, dan yang kedua, jika kau memang ingin menikah denganku, kau harus bantu aku"
"Apa? Kenapa? Bukankah papa dan mama sudah setuju dengan pernikahan kita?"
"Ya, memang. Tapi itu di depanmu. Aku akan ceritakan semuanya, Jinyoung. Jadi dengarkan, dan jangan menyela"
Jinyoung mengangguk dan mulai serius dengan pembicaraan mereka.
"Jadi, mama, papa, dan aku sudah membuat perjanjian. Jika waktu itu, waktu aku melamarmu, kau tidak langsung menjawab 'ya' maka aku, seorang Mark Tuan akan melanjutkan hidupku di LA bersama mama dan papa Tuan. Aku tetap akan menjadi pemilik cafe, tapi di LA"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxygen [Markjin]
Fanfic[COMPLETED] Saat semua orang di dunia memilih untuk menyetujui bahwa penghasil oksigen adalah pohon juga tumbuhan, Seorang Park Jinyoung lebih memilih untuk menetapkan bahwa manusia itu adalah penghasil oksigennya. "Don't leave me" -Jinyoung "Why?"...