~can you stay here? I need to breathe~
.
.
.
.
.Jinyoung masih duduk di cafe, tempat mereka pertama bertemu. Rasanya Jinyoung masih ingat rasa pertamanya untuk Mark, saat pertama kali Mark menciumnya, dan membuat Jinyoung menyukai hal baru yang bisa disebut 'Mark'.
Mark berjanji pada Jinyoung akan kembali dalam beberapa menit, dengan alasan dia ingin mengecek keadaan cafe nya.
Tapi Mark masih belum kembali.
Jinyoung tak ingin memesan makanan sebelum Mark kembali, dan para karyawan di sana juga tidak memaksa dan terus bertanya pada Jinyoung tentang pesanannya.
Semua karyawan sudah mengenal Jinyoung sebagai orang yang paling dekat dengan pemilik cafe, Jinyoung tidak bisa mengelak bahwa mungkin memang Mark sendiri yang memberitahu karyawannya.
Jinyoung melihat seorang yeoja yang cukup muda dan sangat cantik keluar dari dapur masak cafe. Apa mungkin itu seorang karyawan disini? Tapi kenapa Jinyoung baru pertama kali melihatnya? Jinyoung menggeleng, mencoba kembali fokus saja pada dirinya.
Setelah menunggu berapa saat, akhirnya Mark keluar dari sarangnya, berjalan menuju kearah Jinyoung.
"Hm, belum memesan juga?"
"Belum, aku menunggumu. Kenapa lama sekali? Apa ada masalah?"
"Ne, hanya masalah kecil"
Jinyoung hanya mengangguk.
"Irene-ah, kemarilah"
Mark memanggil seorang karyawannya, yang tampak sudah begitu tak asing bagi Jinyoung. Sudah sangat hafal dengan yeoja satu ini.
"Hm, Jinyoungie, ingin pesan apa?"
"Aku pesan seperti biasa saja, kau sudah tau kan?"
Jinyoung memberi 'wink' pada Irene, dan membuat si penerima 'wink' Jinyoung hanya mengangguk dan tersenyum sangat manis, dan hampir membuat Jinyoung meleleh.
"Irene-ah jangan mencoba menggodanya. Dia milikku"
"Don't be jealous, Mark"
"Jinyoungie, kau juga jangan mau dirayunya"
Setelahnya Jinyoung hanya masih terfokus pada Irene yang setia berdiri menunggu pesanan Mark.
"Irene-ah, can you give me your phone number?"
"Yaa! Jinyoungie"
Irene barusaja akan mengeluarkan ponselnya, kalau saja tidak ditahan oleh Mark.
"Kau ingin aku memecatmu?"
Mark memberi deathglare-nya pada Irene.
Irene hanya menggeleng takut, membuatnya jadi terlihat lebih menggemaskan. Jinyoung yang melihat itu tidak tinggal diam."Mark, jangan kasar padanya. Aku yang salah, kalau ingin marah, marah saja padaku"
"Aku tidak bisa memarahimu"
"Kalau begitu jangan marah padanya juga"
Jinyoung mencoba mengelus punggung tangan Irene, membuat Mark langsung menatap Jinyoung
"Just kidding, babe"
Jinyoung melepaskan tangannya dari Irene, dan berpindah ke tangan Mark. Dia menggenggam tangan Mark erat.
"Aku hot americano saja"
"Ne, ditunggu pesanannya"
Tinggal Mark dan Jinyoung yang tersisa di meja itu. Mark masih membuang wajahnya, melihat entah kemana saja, asalkan tidak melihat kearah Jinyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxygen [Markjin]
Fanfiction[COMPLETED] Saat semua orang di dunia memilih untuk menyetujui bahwa penghasil oksigen adalah pohon juga tumbuhan, Seorang Park Jinyoung lebih memilih untuk menetapkan bahwa manusia itu adalah penghasil oksigennya. "Don't leave me" -Jinyoung "Why?"...