Sequel pt.1

730 48 2
                                    

~can you stay here? I need to breathe~
.
.
.
.
.

Hari ini, hari dimana semuanya berbahagia. Tak terkecuali Jinyoung dan Mark.

Pepatah 'habis hujan terbitlah pelangi' sudah dapat di buktikan sekarang. Bagaimana hujan deras menyakitkan yang menghujam Jinyoung dengan kejamnya, dan berakhir dengan sebuah pelangi yang bersinar dengan terangnya.

Apakah Jinyoung tidak terlalu berlebihan bahagia dengan semua ini. Maksudnya, ya, dia sudah mendapatkan Mark sekarang. Mark yang selama ini menjadi puncak dari kebahagiaannya.

Mark juga begitu. Dia sudah menetapkan Jinyoung sebagai pusat perhatiannya sekarang. Ya memang harus begitu, Jinyoung adalah masa depannya sekarang. Masa depan yang masih harus dia bimbing. Dengan satu tujuan, menata masa depan mereka.

Tidak hanya seperti itu, Mark masih terus berpikir untuk keluarganya nanti. Keluarga kecil yang selama ini dia harapkan. Walaupun entah itu akan benar-benar terwujud atau hanya akan jadi sebuah angan.

Jinyoung masih duduk di bangku taman belakang rumah Mark. Tentunya tidak sendirian, dia bersama Mark.

Menghirup udara segar, ditambah Mark yang menemaninya duduk, Jinyoung sudah merasa cukup nyaman dan bisa dibilang dia benar-benar bahagia.

"Jinyoungie, apa aku bermimpi bisa benar-benar akan menikah denganmu"

"Ya, kau benar-benar bermimpi, Mark"

"Kalau begitu jangan pernah bangunkan aku, biarkan aku tidur dan berada dalam mimpi ini. Aku tak rela bangun, menyelesaikan dan menyudahi kebahagiaanku ini"

"Aku juga tidak berniat membangunkanmu. Biar saja kau tidur terus mati"

"Aku tak yakin kau rela aku mati. Kau pasti akan menyesal jika aku benar-benar mati"

"Tidak juga. Kenapa harus menyesal?"

"Tentu saja kau menyesal, kau akan kehilangan orang tampan dalam hidupmu"

Jika boleh, Jinyoung ingin muntah sekarang juga, menahan nafasnya, dan menutup telinga rapat-rapat. Dia tidak tau bahwa Mark sepercaya diri ini.

"Masih banyak orang tampan di dunia ini"

"Tapi aku yang paling tampan, kan?"

"Jaebum bahkan lebih tampan daripada kau"

"Jinjja? Kalau begitu kenapa kau memilih aku?"

Mark melipat tangannya di depan dada, seperti seorang yang ngambek dan marah pada suaminya. Suami? Atau istri?

"Jika kau marah seperti itu, aku jadi berpikir kalau kau lebih cocok jadi istriku, Mark"

"M-mwoyaa? Aku bahkan jadi top mu di atas ranjang"

"Hm? Kau juga menyukai saat aku menjadi top kan?"

"A-a-aniyaa.."

"Kau yakin? Atau ingin kita buktikan lagi?"

"No! Aku akan jadi topnya untuk sekarang dan selamanya, Jinyoung adalah bottom ku"

"Baiklah, aku mengalah padamu, hanya untukmu"

"Apa kita akan melakukannya setelah menikah?"

"Tentu saja, setiap hari jika bisa"

Oxygen [Markjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang