Part 19. (Akhir) Ide Gila Zikri

937 71 2
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Aku janji, aku tidak akan meninggalkannya.
- Aldy Maldini -

___

Celine yang duduk sebangku dengan Kiki, tapi diantarai oleh Elgi ikut menoleh ke belakang. Aldi dan Salsha memang sepertinya mengobrol santai sambil sesekali tertawa. Kemudian ia melihat Chinta sambil mengode. Bukan hanya Chinta yang melihat kode Celine itu, tapi orang-orang yang juga ada di meja itu. Mereka serentak menatap (Namakamu) yang menggertakkan rahangnya.

"Wowoowooo. Tarik Aldi ke sini, Ki." Elgi mendorong Kiki untuk segera bergerak.

Bruuaaakk.

Semua orang di kantin langsung terperanjat kaget dan menoleh ke arah (Namakamu) yang baru saja memukul meja dengan keras. Zikri yang baru saja masuk ke kantin ikut melihat (Namakamu). Chinta, Steffi, dan yang berada di dekatnya langsung menyingkir. Tidak akan ada yang lepas dari amukan (Namakamu).

Bruaaaakk. Paakk.

"Sial," gerutu Zikri yang melihat (Namakamu) membanting meja di hadapannya hingga mengenai beberapa orang yang belum jauh darinya. Jika (Namakamu) mengamuk maka siap-siap saja untuk menghindar.

"(Namakamu)." Aldi berlari ke arah (Namakamu) tanpa memedulikan orang-orang meneriakinya untuk tidak mendekat.

"Aldiiiii," teriak Celine dan beberapa cewek yang melihat kenekatan Aldi.

"(Namakamu)." Aldi langsung memeluk (Namakamu). "Gua disini," bisik Aldi. Ia mengeratkan pelukannya saat tubuh (Namakamu) masih menegang. "Jangan kayak gini, please!! G-gua takut."

(Namakamu) mengatur nafasnya. Ia menutup matanya dan akhirnya melemaskan semua otot tubuhnya. Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia tiba-tiba tidak bisa mengontrol emosinya? Ia merasakan hangatnya tubuh Aldi memeluknya. Entah mengapa pria itu berhasil membuatnya sadar lebih cepat dibanding Zikri yang biasanya luka-luka dulu sebelum ia benar-benar sadar.

Aldi melepas pelukannya secara perlahan setelah merasa (Namakamu) berhasil meredakan emosinya. Ini untuk pertama kalinya (Namakamu) mengamuk di depannya. Ia takut, sangat takut. Tapi tidak mungkin membiarkan (Namakamu) dikuasai amarah. Sepertinya ia dan (Namakamu) memang saling membutuhkan.

"G-gua takut," ucap Aldi melihat wajah (Namakamu) yang menghadapnya sekarang.

"Maaf." (Namakamu) memegang tangan Aldi yang memang terasa dingin.

"Lo kenapa, sih? Lo ada masalah? Atau lo..." Aldi menggantungkan pertanyaan dan menatap seksama wajah (Namakamu). Ia tersenyum kemudian. "Lo cemburu?"

"Apaan, sih?" (Namakamu) memukul Aldi tepat dibagian perut Aldi.

"Aaargh." Aldi segera memegang perutnya. (Namakamu) memukul bagian lukanya.

"Sori-sori. Gua nggak sengaja. Lo, sih." (Namakamu) panik.

"Lo beneran cemburu?" tanya Aldi membuat (Namakamu) merona. "Bilang aja keles. Tapi gua nggak mau bikin lo cemburu lagi, deh. Bahaya." Aldi terkekeh.

"Nggak lucu." (Namakamu) memasang wajah kesal, tapi sebenarnya ia menahan senyumannya.

Aldi mendekatkan mulutnya ke telinga (Namakamu). Membisikkan apa yang sebenarnya Salsha tanyakan. Setelah itu Aldi kembali menegakkan tubuhnya. Ia menoel hidung (Namakamu) yang sekarang sedang menahan malu. Astaga, (Namakamu) sangat lucu sekarang. Tapi Aldi janji tidak akan membuat gadis itu cemburu lagi. Ada banyak nyawa yang harus dilindunginya termasuk nyawanya sendiri.

Aldy MaldiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang