Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia..***
Nama lo Bastian dan lo sepupu gua. Jelas gua peduli sama lo.
- Aldy Maldini -___
"Love you too," balas (Namakamu) tersenyum. Setidaknya ia tetap harus menyenangkan Aldi walau ada firasat buruk singgah di hatinya karena Bastian.
"Nanti kita cari tahu. Gua juga penasaran. Nggak biasanya Bastian kek gitu," ucap Aldi merangkul (Namakamu). Ia juga merasakan hal yang sama. Ada feeling yang tidak enak yang dirasakannya. Semoga tidak terjadi apa.
Bastian terlihat menenangkan Salsha. Gadis itu sepertinya benar-benar peka dengan keadaan Bastian. Ia terus memaksa Bastian bicara, tapi Bastian malah tidak menjawab. Sepupu Aldi itu pun hanya bisa merangkul kekasihnya dan sesekali mengecup pelipis gadis itu. Berharap rasa resah di hati gadisnya hilang agar ia juga bisa berpikir tenang.
"Nggak ada yang perlu dikhawatirin asal kamu tetap sama aku," bisik Bastian meraih pinggang Salsha untuk lebih dekat dengannya. Kembali mengecup puncak kepala gadisnya.
"Firasat aku nggak enak," balas Salsha mendongak melihat Bastian yang tersenyum ke arahnya.
"Cuman firasat." Bastian kembali mencium pelipis Salsha.
***
Aldi merebahkan tubuhnya bersandar di sofa rumah mamanya. Ia melonggarkan dasi yang sedari tadi mencekiknya. Andai acara lamaran itu tidak resmi, jelas Aldi tidak akan menggunakan dasi. Sebenarnya ia tidak ingin memakai dasi seperti Bastian hanya saja Mamanya terlalu rempong kepadanya. Katanya ia adalah anak Robert jadi harus lebih menonjol.
(Namakamu) membawakannya minum. Ia tahu Aldi lelah. Setelah acara lamaran selesai, Aldi langsung meminta izin untuk pulang. Ia memang tidak berniat tidur di tempat Ayahnya karena disana masih banyak orang. Aldi tidak suka keramaian, dan (Namakamu) menemaninya. Hanya mereka berdua, Mamanya masih ada di rumah Papanya. Sebenarnya ada Bi Keke, tapi asisten rumah tangga Aldi itu ada di belakang.
"Minum dulu," pinta (Namakamu) duduk di samping Aldi.
"Makasih." Aldi mengambil air minumnya lalu meneguknya setengah.
"Lo kenapa, sih?" tanya (Namakamu) melihat Aldi yang sedari tadi terlihat risau.
"Nggak tau. Perasaan gua nggak enak," jawab Aldi menoleh ke gadisnya yang sedikit khawatir.
"Lo sakit?" (Namakamu) menyentuh dahi Aldi dengan punggung tangannya.
"Gua nggak sakit, sayang." Aldi meraih tangan (Namakamu) yang ada di keningnya. "Gua kepikiran sama Bastian terus." Aldi tidak melepas tangan (Namakamu). Ia malah mengecup punggung telepak tangan (Namakamu).
"Gua juga." (Namakamu) memperbaiki duduknya. Ia sehadap dengan Aldi, tapi tangannya tetap dipegang Aldi.
"Bastian kenapa, yah? Apa dia masih bermasalah dengan Lavin?" tanya Aldi membuat (Namakamu) segera menoleh ke arahnya.
"Lavin? Astaga, kenapa gua baru sadar?" (Namakamu) menepuk dahinya.
"Kenapa?" tanya Aldi memiringkan duduknya untuk melihat (Namakamu).
"Tunggu!!" (Namakamu) menahan Aldi untuk tidak bertanya lebih dulu. Ia mengambil ponselnya segera mengotak-atik lalu menempelkan di telinga kirinya.
"Halo!!" sapa orang di seberang sana.
"Lo dimana?" tanya (Namakamu) cepat.
"Gua? Di rumah. Kenapa?"
"Lo tolong cari info tentang Lavin dan anak-anak Pakatih. Kayaknya ada yang nggak beres."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldy Maldini
Fanfiction》Selesai《 Sinopsis By : Jumriani Ismail ¤¤¤ Anak Manja Vs Anak Garang? Good Boy Vs Bad Girl? Kira-kira yang mana yang menang? Aldy Maldini yang manjanya ketulungan atau (Namakamu) Fadiyah yang garangnya bukan main? Aldi dan (Namakamu) dipertemukan d...