Part 1. Aldy Maldini

1.7K 92 1
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia

***

Semua berawal dari sini.
- Aldy Maldini -

***

Postur tubuh tinggi dan sedikit berisi. Senyuman manis dengan wajah sedikit lebar. Mata indah dengan alis yang biasa-biasa saja. Wajahnya tampan dengan hidung mancungnya. Rambutnya cepak tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek. Namanya Aldy Maldini, akrabnya Aldi atau Al atau Di.

Umurnya 17 tahun lahir 14 April. Sekarang kelas 3 SMA tapi dia homeschooling, belajar di rumah. Sudah dua tahun ia belajar di rumah dan seperti biasanya Aldi tidak memperhatikan. Ia hanya sibuk dengan gadget yang dipegangnya. Ia seorang gamer sejati dan tidak ada yang bisa menentangnya.

"ALDIIIII," teriak perempuan paruh baya yang sudah cantik dengan pakaian rapinya. "ALDI, bangun. Ayo dong, sayang. Bangun pagi. Masa' Mama mau berangkat tapi kamu belum bangun." Perempuan itu Mama Aldi, Astrid Maldini, eist... itu dulu. Namanya sekarang Astrid Gunawan. Gunawan bukan nama belakang suami barunya, tapi nama Ayahnya, kakek Aldi.

"ALDIIII." Teriakan itu belum selesai karena si empunya nama belum bangkit dari tidur indahnya.

"Apaan sih, Ma?" tanya Aldi yang risih mendengar suara Mamanya. Ia mengambil bantal dan menutup wajahnya hingga telinganya.

"ALDIIII. Mama mau berangkat ke bandara. Mama mau ke Sydney beberapa hari. Bangun dulu, sayang."

Aldi melepas bantal dari kepalanya dan mendengus kesal. "Jadi aku ke rumah Papa entar?" tanya Aldi ogah-ogahan.

"Iya." Mamanya menjawab. "Bangun dong, sayang!!"

"Mama udah ngasih tahu Papa?" tanya Aldi belum bangkit.

"Udah. Mama udah nelpon Papa kamu dari semalem. Ayo!! Mama telat nih, sayang."

Aldi dengan malas bangkit dari ranjangnya. Ia masih ingin tidur. Semalaman ia menghabiskan waktunya bermain game online dengan teman-teman dunia mayanya. Ia tidur kira-kira jam 3 subuh dan sekarang baru jam 6 pagi lewat. Harusnya ia masih bisa tidur sampai jam 10 jika saja Mamanya tidak terus menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Iya." Aldi membuka pintu kamarnya. Wajahnya terlihat sangat mengantuk dan rambutnya acak-acakan.

"Ayo temenin mama sarapan." Astrid langsung merangkul anaknya untuk turun di lantai dasar dimana meja makan berada.

"Aldi cuci muka dulu." Aldi menjauh dari mamanya membuat tangan Mamanya otomatis terlepas dari bahunya. Aldi menuju wastafel yang tidak jauh dari ruang makan.

"Mau selai apa, sayang?" tanya Mamanya saat Aldi sudah ada di meja makan. Mamanya memegang satu lembar roti tawar.

"Biar Aldi sendiri deh, Ma." Aldi ingin mengambil alih, tapi Mamanya menjauhkannya darinya. Aldi sudah bisa menebak bahwa Mamanya mau tidak mau harus ia yang memberikan selai di roti Aldi. "Coklat aja, Ma," jawab Aldi malas.

"Kamu ke rumah Papa kamu sorean ya, sayang. Kan, Bu Isna bakal dateng buat ngajar kamu. Nggak apa-apa, kan?" Astrid memberikan roti yang sudah diolesinya selai coklat kepada putra tunggalnya itu.

"Iya, Ma." Aldi mengangguk.

"Jangan main game terus. Kamu udah kelas 3 SMA, lho."

"Iya, Ma."

"Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Kangguru."

"Kangguru? Ada-ada saja kamu, Al. Beneran nih. Mama nggak lagi becanda, sayang."

Aldy MaldiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang