Part 12. Flashback (2/2)

779 57 2
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia..

***

Sebelum melakukan sesuatu yang melukai orang lain, ingatlah karma berlaku.
- (Namakamu) Fadiyah -

***

2 tahun yang lalu...

Setelah kejadian yang menimpa Aldi (Namakamu) tidak lagi bertemu Aldi walau sebenarnya ia sangat ingin tahu keadaan sepupu Bastian itu. Perasaannya terus memintanya untuk menemui Aldi, tapi rasanya itu tidak mungkin. Ia malu bertemu Aldi apalagi orang tua Aldi.

Akhirnya (Namakamu) mulai sibuk mendaftar SMA. Sebenarnya ia tidak perlu susah-susah untuk mendaftar. Sekolah yang akan dimasukinya nanti adalah sekolah milik kakeknya, SMA Pandu Kusuma atau kerennya SMA Pankus. Tapi ia ikut mendaftar bersama sahabat lamanya yang bersekolah di SMP berbeda dengannya. Ya, Zikri Daulay.

Selain Zikri, ternyata Kiki juga mendaftar di SMA Pankus. Apalagi semenjak kejadian yang menimpa Aldi, Kiki memihak kepada (Namakamu). Alhasil, jadilah mereka gank kecil yang beranggotakan 4 orang. (Namakamu), Zikri, Kiki, dan Iqbaal (sahabat Zikri di SMP). Karena (Namakamu) menyukai hal yang berbau alam dan angkasa, mereka menamai gank mereka Galaksi.

Satu bulan bersekolah anggota mereka bertambah menjadi 10 orang. Hal yang mereka lakukan, biasa-biasa saja. Duduk belajar di kelas, nongkrong di kantin, dan hangout tiap pulang sekolah. Tapi yang tahu SMA Pankus milik kakek (Namakamu) hanya Zikri seorang.

Hari itu (Namakamu) pulang malam karena ada tugas yang ia harus kerjakan bersama teman-temannya. Tiba di rumahnya ia terkejut melihat wanita paruh baya dengan wajah asing dan pria muda yang mungkin sebaya dengannya. Ibunya menunduk dan matanya memerah. Ada apa ini? Pikir (Namakamu).

"Bunda," panggil (Namakamu) tanpa basa basi. Firasatnya sudah tidak enak. "Siapa mereka?" tanya (Namakamu) menunjuk Kang Soo Hee, wanita paruh baya itu, dan anaknya, Kang Chan Hee (Candra). "Kok diem? Siapa mereka?" tanya (Namakamu) sedikit meninggikan suaranya.

"Ibu tiri dan adikmu," jawab Ayahnya.

"Apa? Ini bukan permainan, kan?" tanya (Namakamu) dengan remeh. "Mana buktinya?" tanya (Namakamu).

Ayahnya langsung menunjuk berkas yang ada di meja. (Namakamu) mengambilnya dan membacanya. Matanya membulat sempurna. (Namakamu) menggeleng menatap wanita korea dan anaknya itu. Tatapannya tajam membuat wanita yang ia ketahui ibu tirinya itu sedikit menunduk.

"Kang Soo Hee?" (Namakamu) membaca nama Ibu Chandra itu. "Ah, Kang Soo Hee-ssi. Bukannya orang Korea menggunakan akhiran -ssi untuk menunjukkan rasa hormat."

"(Namakamu)," tegur Ayahnya.

"Ayah, apa aku salah? Aku bukan orang Korea tapi tahu." (Namakamu) menatap Ayahnya yang melotot. "Dia akan tinggal di sini, kan?" tanya (Namakamu), tapi belum sempat Ayahnya menjawab ia sudah melanjutkan ucapannya. "Bunda, kemasi barang-barang kita lalu pergi. Sudah waktunya memakai apartemen kakek."

"(Namakamu)." Ayahnya berdiri menatapnya tajam.

"Kenapa? Kau sudah membuat Bundaku menangis." (Namakamu) menunjuk Ayahnya dengan kasar. "Kau yang kubanggakan, kau yang kupercaya. Dia, kau lihat!! KAU LIHAT!! Umurnya hanya satu tahun di bawahku? SEJAK KAPAN KAU SELINGKUH?" (Namakamu) menunjuk Chandra lalu kemudian menunjuk Ayahnya.

"Sayang!!" Tania langsung berdiri menenangkan putrinya.

"Maafkan, Ayah!!" Gilang ingin menghampiri putrinya.

"Stop!!" (Namakamu) meminta ayahnya untuk tidak melangkah lagi. "Apa Bunda tahu?" tanya (Namakamu) melihat Bundanya. "Kapan Bunda tahu? Jawab, Bun!!"

Aldy MaldiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang