Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia***
Tanpa kau sadari setiap kata yang keluar dari mulutmu membuatku semakin menginginkanmu.
- Aldy Maldini -___
"Aldi!? Sayang!?" Langkah Aldi tertahan di anak tangga yang pertama mendengar suara Mamanya memanggilnya.
Mampus. Mama udah pulang. Aldi menepuk dahinya. Mamanya sudah berjalan ke arahnya.
"Loh. Kok, pake masker. Kenapa, sayang?" tanya Astrid segera menghampiri putranya.
"Hatchiiiiiinnn!?" Aldi menirukan suara bersin.
"Loh-loh. Kamu sakit? Kamu flu? Kita ke dokter, yah?" Astrid langsung memegang lengan putranya. Ia jelas khawatir. Ia tidak pernah ingin putranya sakit.
"Nggak apa-apa kok, Ma. Nanti juga flunya sembuh." Aldi membuat suaranya sedikit serak-serak khas orang flu. Sumpah demi apapun, Aldi tidak sanggup berbohong. Tapi lebih gawat lagi nantinya kalau ia jujur.
"Iya. Tapi kamu harus diperiksa dokter, sayang."
"Nggak apa-apa kok, Ma."
"Tapi emang harus pake masker ya, sayang. Nggak apa-apa kok dibuka. Kamu juga lagi di rumah, kan?"
"Nggak apa-apa, Ma. Nanti nular ke Mama. Kalo Mama sakit nanti Mama nggak bisa kerja lagi. Trus kan ada Bibi juga. Ya buat jaga-jagalah, Ma," jelas Aldi berharap mamanya mengiyakan saja.
"Beneran? Nggak usah ke dokter? Mama khawatir, nih."
"Mama, Aldi nggak apa-apa. Ya udah Aldi ke kamar, yah." Aldi segera meninggalkan mamanya. Ia benar-benar takut Mamanya terus bertanya dan sadar kalau Aldi tengah berbohong.
Aldi mengetuk-ngetuk pulpen di meja belajarnya. Maskernya tidak digunakan lagi. Ia sedang mengerjakan tugas pertamanya di sekolah. Jujur, Aldi sama sekali tidak mengerti. Padahal ia sudah mempelajarinya saat homeschooling. Akhirnya Aldi membuka buku catatannya saat homeschooling. Ia mencatat semuanya, tapi tidak mempelajarinya.
Aldi mulai menganalisis sendiri buku catatannya dan menyamakan catatannya dari sekolah. Hampir sama. Tapi Aldi tetap bingung. Di otaknya telah dilegalisir oleh game sampai-sampai pelajaran saja sudah tidak muat.
Berbicara tentang game. Dua hari ini Aldi tidak sibuk dengan hobinya itu. Dua hari ini ia malah sibuk memikirkan (Namakamu), (Namakamu), dan (Namakamu). Anehnya, (Namakamu) sama sekali tidak ramah kepadanya, tapi ia selalu ingin bersikap baik kepada pacar Zikri itu. Selain rasa penasarannya akan diri (Namakamu) yang sebenarnya, rasa aneh juga muncul di hatinya saat (Namakamu) bicara kepadanya.
Jatuh cinta? Sama pacar teman sendiri? Boleh nggak, sih? Pikir Aldi. Ia tidak bisa memungkiri. Kata-kata peringatan (Namakamu) tadi malah membuatnya semakin menyukai (Namakamu). Aldi baru menelaah kata-kata cewek itu barusan. Jika (Namakamu) memperingatinya berarti (Namakamu) memperhatikannya, (Namakamu) mengkhawatirkan keselamatannya. Padahal yang akan menghancurkan hidup Aldi adalah (Namakamu) sendiri. Ya, (Namakamu) sendiri yang bilang.
"Aden. Ini Bibi." Suara ketukan pintu membuat Aldi tersadar dari lamunannya.
"Iya, Bi." Aldi memakai maskernya cepat dan segera membuka pintu kamarnya. "Mama mana, Bi?" tanya Aldi mencari-cari Mamanya.
"Lagi mandi, Den. Makanya langsung Bibi bawain. Bibi nggak tahu mau bilang apa ke Ibu." Bi Keke menyodorkan nampan berisi makan malam untuk Aldi.
"Kan, Aldi udah bilang, bilang aja Aldi kangen sama Bibi. Hehe." Aldi mengambil nampan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldy Maldini
Fanfic》Selesai《 Sinopsis By : Jumriani Ismail ¤¤¤ Anak Manja Vs Anak Garang? Good Boy Vs Bad Girl? Kira-kira yang mana yang menang? Aldy Maldini yang manjanya ketulungan atau (Namakamu) Fadiyah yang garangnya bukan main? Aldi dan (Namakamu) dipertemukan d...