Kerumunan orang dan beberapa mobil polisi juga ambulans masih meramaikan Sungai Han kala itu. Beberapa SAR terlihat sibuk mencari sosok yang tenggelam beberapa saat lalu. Dari kejauhan, Humaira melihat semua orang-orang sibuk itu dengan penuh pikiran sesal. Tanpa sadar ia terisak menyesali beberapa hal.
"Geumanhae, air matamu tidak akan mengulang waktu," lelaki berkemeja putih itu mengulurkan sebotol air mineral pada Humaira lalu duduk di sampingnya.
"Wae? Jika saja... jika saja... aku tidak bertemu denganmu. Kau tidak melihatku, dan kau mengabaikanku, atau aku..." gadis itu kembali terisak dengan air mata yang mengalir dengan mudah.
"Kau tidak tahu seperti apa Korea. Aku hanya berusaha menjauhkanmu dari masalah..."
"Masalah? Masalah apa?" Humaira menatap pria di sampingnya dengan tajam,"dia mati. Jika saja aku bisa menahannya, maka dia takkan mati sia-sia. Setidaknya dia dapat hidup!"
“Kalau dia memutuskan tetap hidup jika tidak? Maka kau akan terkena imbasnya, orang akan mengira kau membunuhnya bukan membantunya. Apa lagi penampilanmu, orang bisa lebih kejam menganggapmu. Kau bukan warga sipil jadi jagalah dengan baik namamu itu mengerti!” sentaknya dengan nada penuh penekanan.
Ya, lelaki itu mulai termakan emosi. Ia memutuskan menghela nafas panjang lalu melempar jas hitamnya ke pangkuan gadis itu," buang air mata penyesalanmu itu."
Sekilas Changsub menyematkan senyum memerhatikan gadis di sampingnya. Ia pun bangkit san berdiri tepat di depan Humaira,"sudah malam. Mari pulang, biar kuantar..."
Gadis itu menggelengkan kepalanya,"tidak perlu. Aku pulang sendiri."
"Kau masih marah padaku? Kau tidak takut pulang sendiri di jam seperti ini?" Changsub berkacak pinggang dan mendecih,"heol, tindakan tadi tidak membuatmu takut? Hei! Ayo pulang!"
"Sirheo, aku bisa pulang sendiri. Di agamaku perempuan dan laki-laki tidak bisa berdua saja apalagi kau memakai kendaraan pribadi. Aku akan pulang sendiri." Putus gadis itu dan bangkit dari duduk.
"Kalau begitu. Ikuti aku atau aku mengikutimu di belakang. Mengerti!" titahnya lalu berjalan mendahului Humaira.
Gadis itu sontak meraih lengan Changsub,"apa yang kau lakukan? Sudah kubilang akan baik-baik saja. Lagipula ini tidak terlalu malam..."
Changsub menghela nafas dan memperlihatkan arloji miliknya yang sudah mengarah tengah malam,"tidak terlalu malam?"
Seketika Humaira tertunduk dan melepas lengan lelaki itu. Ia tak dapat menjawab sepatah pun. Alhasil Changsub menarik lengan gadis itu dan menyeretnya,"tidak baik juga seorang perempuan berjalan sendirian di hari yang larut. Apalagi kau bukan warga sipil..."
(***)
Humaira berjalan beberapa meter di belakang pria bertubuh cukup tinggi dan berkemeja putih itu. Sesekali ia melirik makanan pinggir jalan yang sedang dijajakan dan berhasil membuat perutnya meronta lapar. Namun ia memilih diam dan hanya menikmati asap yang terdengar lezat itu sembari mengusap perut kosongnya.
Changsub yang melirik gadis itu pun tersenyum. Ia mempercepat langkahnya dan membiarkan Humaira tertinggal.
Ya, gadis itu tampak sangat lapar. Dia ingin makan tapi lelaki di depannya enggan berhenti atau sekadar bertanya apa dia perlu minum atau tidak. Lelaki itu? Benar. Lelaki itu tak ada di depannya. Sejenak mata Humaira mengedar, namun nihil.
Gadis itu tampak kebingungan. Ia tak pernah pulang selarut ini, saat gelap ia kesulitan menemukan jalan pulang karena semua terlihat sama. Ke mana lelaki yang berniat mengantar pulang itu? Kenapa menghilang? Apa dia sengaja melakukannya? Apa karena dia terlalu kesal karenanya? Ya, kini gadis itu menjadi takut. Dia hanya diam di tempat tanpa berniat untuk bergeser atau pun bergerak lebih jauh.
"Kau takut?"
Mendengar suara yang mulai tak asing di telinga, Humaira lantas berbalik. Dia mendapati Changsub berdiri di belakangnya dengan beberapa tusuk sosis bakar. Lelaki itu tersenyum dan mendekat. Kemudian diberikannya beberapa sosis yang ada di tangan kanan kepada Humaira.
"Mari duduk dan makan. Aku lapar..." ujarnya lalu duduk di salah satu bangku besi yang ada di sisi trotoar.
Entah rasa kesal atau syukur, Humaira tak dapat membedakan hal itu. Dia melihat Changsub yang mulai makan sosisnya dengan lahap, sebelum akhirnya ia pun duduk di samping pria itu dan memakan sosisnya bersama perasaan yang campur aduk.
(***)
Waktu semakin larut dan udara sekeliling terasa lebih dingin dari sebelumnya. Humaira masih berjalan mengekori lelaki di depannya itu. Sesekali ia menggerutu karena lelaki itu hanya berjalan lurus dan mengabaikannya yang lelah.
"Kakinya panjang banget, sih. Kenapa rasanya jauh banget padahal biasanya gak sejauh ini... huft..." gerutunya sembari memaksa kaki lelahnya melangkah.
Menyadari hal itu, Changsub pun berhenti dan menunggu gadis yang tertinggal cukup jauh itu,"hei! Kakimu pendek sekali atau memang kau kekenyangan..." ejeknya saat Humaira mendahului.
Gadis itu tak menggubris dan hanya memberi lirikan tajam. Ya, dia tampak kesal dengan Changsub. Lelaki itu memutuskan berjalan di belakang Humaira hingga keduanya sampai di gedung kompleks apartemen gadis itu.
"Tidur dengan baik. Pastikan kau meluruskan kakimu atau menyekanya dengan air hangat,"
Humaira membungkuk,"bagaimana pun ini aku sangat berterimakasih, Changsub-ssi. Tapi... bagaimana caramu pulang? Kau akan berjalan kaki?"
"Bodoh, masuk saja. Seseorang akan menjemputku," kekehnya pelan.
"Tapi..."
"Aish..." lelaki itu memegang kedua bahu Humaira dan membalikkan badannya,"kau cerewet sekali. Pergilah... aku baik-baik saja..." ucapnya sembari mendorong pelan tubuh Humaira.
"Ne, gamsahamnida..."
Humaira pun menurut. Ia berjalan meninggalkan lelaki itu. Sementara Changsub masih menatap punggung Humaira yang perlahan menghilang dibalik pintu. Ia menghela nafas dan berbalik. Di belakangnya sudah ada sebuah sedan abu-abu yang menunggu. Ia pun masuk dan duduk di jok penumpang di samping pengemudi.
Lelaki itu menyandarkan punggungnya dan menutup mata perlahan. Beberapa potongan bayangan gadis berkerudung itu melintas dan membuatnya tersenyum tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW WE MEET ☑
Fanfiction(SELESAI REVISI) Perlahan gadis itu mendekat,"kenapa kau tidak mendengar? Aku sangat lelah mengejarmu sedari tadi. Kau tahu jika kakiku tak sepanjang milikmu..." Langkah dan ucapan gadis itu tertahan saat melihat Changsub tiba-tiba berjongkok di de...