CHAPTER 5: She Is Dijah

902 62 0
                                    

"HWAAAA!!!!! TOLONG SELAMATKAN AKU!!!!!"

Humaira lari terbirit-birit, sementara lelaki bernama Sehun itu dengan gurat bahagianya mengejar gadis berkerudung panjang itu. Lelaki itu tertawa lepas dengan tangan kanan memegang seekor laba-laba.

Keberuntungan rupanya sedang tak berpihak. Begitu Humaira memasuki masjid, kakinya tergelincir dan membuatnya jatuh terududuk di lantai. Gurat wajah Sehun kian sumringah, lelaki itu mendekat dan menunjukkan laba-laba kecilnya.

"Mau ke mana kau? Aahh... aku kehilangan 8.000 won hari ini..."

"Sunbae... tidak... Oppa... ma'afkan aku... kumohon..." gadis itu memelas.

Namun hal itu membuat Sehun semakin merasa menang,"gwaenchana... ini tidak menggigit, hanya sedikit menggelikan... hahaahaa..."

Namun tawa pria itu tak bertahan lama saat seorang wanita tua menarik salah satu telinga Sehun,"Halmeoni... lepaskan telingaku!!!!"

Mendapat belaan, Humaira bangkit dan merapikan pakaiannya, dia merangkul lengan sang nenek,"Halmeoni... dia menakutiku..."

"Aaahh... anak ini..."

Sehun kian memekik sakit dan memaksanya membuang laba-laba kecil malang itu. Namun, bukan berarti Humaira bisa lepas tertawa. Sang nenek pun menarik telinga gadis itu.

"Dengar! Berhubunganlah dengan bbaik dan jadilah dewasa. Kalian sudah pantas untuk menikah tapi masih seperti anak-anak."

"Ne..."

"Halmeoni. Apa yang kau lakukan?"

Nada tanya itu membuat wanita tua itu melepas telinga keduanya dan mengarah pada cucu lelakinya,"kau sudah datang. Changsu..."

"Hyung, ayo pergi. Akan kutunjukkan hal menarik. As salamu'alaikum," sela Sehun dan meraih lengan Changsub tiba-tiba.

Lelaki itu membawa Changsub pergi begitu saja untuk menghindari hukuman dan omelan nenek lagi. Ya, melarikan diri dengan cara yang tepat.

(***)

"Kau bertengkar dengannya lagi?"

"Siapa? Khadijah?"

Changsub mengangguk. Lelaki yang berjalan di sampingnya itu pun berhenti dan menghadap ke arahnya.

"Itu dia yang mulai. Aku kehilangan 8.000 won karena daun yang dia masukkan dalam bajuku..."

Mendengar cerita singkatnya, Changsub tertawa,"kau tidak seharusnya dendam padanya. Dia terlihat sangat baik, hanya sedikit menjengkelkan..."

Sehun menghela nafas dan matanya mengarah jauh ke depan. Di sana ada Humaira yang sedang bergurau dengan anak-anak madrasah. Dia mengarahkan telunjuknya ke sana menyuruh Changsub untuk melihat.

"Lihatlah. Dia bodoh. Dia terlalu banyak tertawa dan bergumul dengan anak-anak. Itu sebabnya dia sangat menjengkelkan," Sehun tersenyum ringan dan masih memerhatikannya,"dia kesepian. Itu sebabnya banyak tertawa. Tapi... dia juga sering menangis, itu sebabnya sesekali aku menjahilinya untuk menghibur..."

Changsub tertegun, dia memerhatikan Sehun yang tampak mengenal baik Humaira. Itu terdengar seperti seutas pengakuan kecil. Bahkan sorot mata dalamnya. Ya, ia benci Sehun menatap seperti itu.

Perjalanan Sehun dan Changsub berakhir saat adzan berkumandang. Sehun berpamitan lebih dulu sementara Changsub memilih untuk pergi dan mencari tempat duduk sembari menunggu sang nenek.

Lelaki itu duduk di sebuah bangku taman. Dia menyandarkan punggungnya dan membiarkan telinganya mendengar sisa suara yang disebut adzan itu. Perlahan dan pasti, ketenangan itu kembali. Matanya oub terpejam mengikuti alurnya. Suara yang tak dimengerti olehnya itu seperti sebuah panggilan. Barangkali benar, karena tiap suara itu terdengar orang-orang muslim itu bergegas mendekat kemari.

HOW WE MEET ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang