Perubahan yang semakin terlihat. Gadis bernama Junhee itu tampak menyukai lingkungan masjid Itaewon. Ia mendapat banyak teman baru di sini, luka yang sempat enggan pergi itu perlahan tak terasa. Barangkali mereka telah sembuh atau hilang perlahan.
Kian hari senyum gadis itu kian mengembang. Sehun menyebutnya Khadijah yang lain. Ya, senyum yang hangat dan ceria tanpa beban. Selama tinggal di Itaewon, ia telah banyak berubah. Ia kini bekerja paruh waktu di restoran Changsub kemudian menghabiskan hari di masjid dengan berbagai hal. Ya, ia belajar islam lebih dalam.
Di sela-sela harinya yang berbunga, gadis itu memutuskan untuk berpindah sebagai muslim. Mengucap kalimat syahadat dengan diiringi derai air mata. Ya, dia berubah menjadi sosok muslim cantik yang periang. Dia bahkan berkerudung. Semua perubahan itu tak lepas dari dukungan dan bimbingan orang di sekelilingnya.
Di salah satu anak tangga, terlihat Sehun berdiri dan memerhatikan Junhee dari kejauhan. Sesekali lelaki itu tersenyum sendiri. Semakin lama, ia merasakan bunga-bunga cherry mekar dalam hatinya. Eum... mungkin indah rasanya.
"Hei! Sampai kapan kau hanya melihatnya?"
Sehun terkejut. Dia mendecih pada Changsub yang tiba-tiba berdiri di sampingnya,"terserah aku. Kau pasti menyesal sudah mencampakkan Junhee... jangan menyukainya lagi!!!"
"Mwo? Hei! Aku tidak mencampakkan, justru karena hal itu perubahan terjadi!!! Aah... orang ini..."
"Bagus. Jika kau sampai menyukainya, maka urusanmu denganku!!!" ancamnya dengan tatapan mata seolah membunuh.
"Kenapa tidak nikahi saja dia. Dengan begitu tidak ada yang meliriknya lagi. Jika kau kalah cepat maka dia gagal menjadi jodohmu ahahaa.... bisa jadi memang dia jodohku... buwahahahaa..." Changsub tertawa puas.
Hal itu membuat Sehun semakin kesal, dia kemudian menyeringai,"hahaa... sudahlah, Hyung. Simpan omong kosongmu itu kalau kenyataannya kau tidak berani ke Indonesia dan menemui Humaira. Pecundang hahahaa..." tawanya pecah.
Changsub seketika terdiam dan melirik tajam pria itu,"HEI! AKU HANYA MENUNGGU WAKTU TEPAT!!"
"Bilang saja pecundang!!! Lihat saja, kupastikan aku akan menikah lebih dulu darimu, Hyung. Pecundang pffftt..."
"HATI-HATI UCAPANMU!!! LIHAT SAJA NANTI!!!" kesalnya dan pergi begitu saja.
Ia jengah pada Sehun. Sementara Sehun masih sibuk menertawakannya. Changsub kian mempercepat langkah, berharap suara tawa itu segera hilang.
(***)
Sepanjang jalan pulang, Changsub masih memikirkan ucapan Sehun beberapa waktu lalu. Ia mungkin kesal, namun ada kalanya ucapan itu benar. Kian gelisah, ia pun menghentikan mobilnya dan meraih ponsel. Ia menelpon seseorang.
"Siapkan penerbangan paling cepat kelas apapun." Ujarnya dan mematikan ponsel.
Ia kembali menyetir dengan laju lebih cepat dari sebelumnya. Sesampainya di rumah, ia bergegas masuk ke dalam kamar. Dibukanya almari dan dikeluarkannya sebuah koper. Kegiatannya terhenti sejenak saat mendengar ponselnya berbunyi. Usai membaca pesan, ia melirik sejenak jam tangan.
"Masih ada waktu 1 jam." Monolognya.
Changsub pun segera mengemas beberapa pakaian ke dalam koper. Setelah itu beralih pada meja kerja dan mencari beberapa barang termasuk paspor.
Melihat Changsub yang sibuk dan kebingungan, Hyunsik memutuskan menghampiri,"Hyung, kau mau ke mana?"
"Indonesia."
"Sekarang juga?"
"Eoh. Aku tidak ada waktu. Aku harus pergi..." ujarnya sembari menutup koper.
Ia kemudian menyeret kopernya keluar kamar. Langkahnya terhenti di dapur. Dia menghampiri seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang sibuk memasak. Menyadari kehadirannya, wanita itu berbalik,"Eoh. Changsub-a, kau tidak makan dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW WE MEET ☑
Fanfiction(SELESAI REVISI) Perlahan gadis itu mendekat,"kenapa kau tidak mendengar? Aku sangat lelah mengejarmu sedari tadi. Kau tahu jika kakiku tak sepanjang milikmu..." Langkah dan ucapan gadis itu tertahan saat melihat Changsub tiba-tiba berjongkok di de...