Sepekan sudah gadis berkerudung panjang itu bekerja paruh waktu di restoran bergaya Prancis itu. Dia sudah mulai hafal tugas-tugasnya bahkan beberapa nama bahan-bahan yang harus ia bersihkan. Ya, dia begitu semangat dengan pekerjaannya.
Tak ayalnya dengan waktu yang terus berputar, tak terasa Ramadhan telah menyapa muslim di dunia termasuk di Seoul. Udara awal musim panas tak terlalu menyengat, meski tak sesejuk musim semi. Namun, itu bukan alasan yang dimanfaatkan Humaira untuk meminta kompensasi pada bosnya.
'Kringgggggg!!!!!!'
Suara panjang alarm di dapur menandakan jika telah tiba waktu istirahat. Ya, satu jam sebelum berbuka puasa. Gadis berkerudung itu memakai waktu istirahatnya untuk sholat ashar kemudian membersihkan dapur sembari menunggu yang lain kembali bertugas.
"Apa itu berat?"
Suara khas lelaki itu membuat Humaira tersentak. Dia menghela nafas panjang saat mendapati bosnya berdiri di belakang.
"Aniya, Chef. Ini menyenangkan..." balasnya sembari mengelap piring basah yang telah dicucinya.
Lelaki itu pun mendekat dan duduk di meja stainless tepat di belakang Humaira,"kau seharusnya juga istirahat. Kalau tidak makan, tidurlah atau bersantai di halaman dengan udara segar."
"Aniya, kau sendiri yang mengatakan jika aku tidak boleh pulang terlalu malam. Dan ini akan mengurangi pekerjaanku nanti..."
"Aish... kau ini..." lelaki itu terkekeh pelan.
Waktu yang sibuk perlahan pun berlanjut. Dapur kembali riuh dengan kesibukan-kesibukan. Sorot mata Lee Changsub yang hangat pun menajam dengan tatapan seriusnya. Sesekali ia berkeliling memutari meja kerja dan mengecek hidangan yang sedang disiapkan oleh para juru masaknya.
Ya, begitulah waktu berlalu di ruangan penuh aroma masakan itu. Tepat pukul 11 malam, Changsub menekan tombol alarm penanda akhir dari pekerjaan. Lelaki itu pun beringsut ke ruang kerja pribadinya dan bergegas melepas pakaian kokinya.
Sementara Humaira baru saja merampungkan kegiatannya saat jam menunjuk pada tengah malam. Gadis itu mengucap syukur lalu berjalan hendak pulang. Di sela-sela perjalanan dia berpapasan dengan sosok pria tinggi yang tak asing. Benar, itu teman sekelasnya, Yook Sungjae.
"Hei! Kenapa kau di sini?"
"Siapa?" gadis itu mengecek sekeliling yang hanya ada dirinya,"aku?"
"Tentu saja kau. Hei! Dijah, apa yang kau lakukan di sini? Dan... bagaimana kau menemukan tempat ini? Bahkan... kau... jangan-jangan..." lelaki itu menyudutkan Humaira ke tembok di sampingnya,"kau..."
"Apa yang kau lakukan..." gadis itu merasa takut terlebih dengan tatapan seolah ingin membunuh milik Sungjae.
"Kau mencurigakan..."
"Menjauh darinya!"
Dua pasang mata itu pun teralih pada lelaki yang berjalan mendekat dengan wajah kesal. Ya, Lee Changsub meraih tangan Humaira dan menjauhkannya dari Sungjae. Dia kemudian berkacak pinggang di depan lelaki itu.
"Hei! Jangan ganggu pegawaiku!"
Sungjae tampak terkejut sejenak sebelum akhirnya tertawa,"pegawai? Hei! Hyung! Dia teman sekelasku, jelas aku curiga dia bermacam-macam padaku. Kau tahu.. aku sangat sensitif..."
"Sensitif pantatmu! Kalau kudapati kau mengganggu pegawaiku di manapun dan kapanpun. Kau akan habis..." kecamnya lalu menarik lengan Humaira untuk pergi.
"Habis? Apa dia mengancamku? Untuk gadis aneh itu? Aish... apa mereka memiliki hubungan spesial? Haaah... ini semakin rumit..." gumam lelaki itu lalu berbalik dan pergi.
(***)
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW WE MEET ☑
Fanfic(SELESAI REVISI) Perlahan gadis itu mendekat,"kenapa kau tidak mendengar? Aku sangat lelah mengejarmu sedari tadi. Kau tahu jika kakiku tak sepanjang milikmu..." Langkah dan ucapan gadis itu tertahan saat melihat Changsub tiba-tiba berjongkok di de...