CHAPTER 12: Little Confess

726 52 0
                                    

Para mahasiswa dari Fakultas Manajemen Bisnis terlihat memenuhi mading yang ada di salah satu sisi dinding. Mereka saling berdesakan guna melihat hasil ujian yang telah terpampang. Tak terkecuali Humaira, ia turut berdesakan mencari sela agar ia dapat membaca apa yang terpampang.

Begitu sampai di depan lembar kertas itu. Humaira menaikkan ponselnya dan memotret mading dengan seadanya lalu segera menyingkir. Ya, ia ingin leluasa mencari namanya.

Dengan degup jantung yang berpacu sangat cepat. Gadis itu mengucapkan sepatah basmalah dan mulai membaca hasil potretnya. Seketika ia tersenyum lebar dengan ketidakpercayaan. Ya, namanya ada pada jajaran paling atas dari peringkat umum.  Masih dalam lingkup percaya dan tidak, gadis itu bangkit dan kembali berdesakan dengan mahasiswa lainnya untuk memastikan.

Dia kembali dengan raut yang lebih bahagia. Ya, usahanya terlihat tak sia-sia. Dia mendapatkan keinginannya. Bahkan bayangan orang tuanya telah hadir sangat jelas. Tak henti gadis itu mengutarakan puji syukur pada Allah.

Waktu yang berputar kini sampai pada angka 10.15 pagi. Seluruh mahasiswa dari kelas Humaira terlihat riuh sendiri di dalam kelas. Ya, mereka bercerita tentang pencapaian masing-masing. Tak bersang lama, dosen wali pun datang dengan lembar nilai. Segera mereka kembali pada kursi masing-masing dan bersiap menerima giliran pembagian nilai.

"Khadijah..."

Begitu namanya dipanggil. Gadis berkerudung itu bangkit dan menuju meja dosen untuk menerima lembar hasil ujiannya,"selamat. Kau berhasil menempati peringkat pertama... apa kau mau tinggal lebih lama di sini?" ujar dosen itu dengan nada gurau pada akhir kalimatnya.

Seketika Humaira menggeleng,"tidak, Pak. Satu tahun saja sudah cukup... terima kasih." Gadis itu membungkuk hormat.

"Baiklah. Temui aku saat kau siap menerimanya..."

"Ne..."

Gadis itu tersenyum dan kembali pada kursinya. Sekilas ia melirik Hyunsik yang hanya tertunduk. Lelaki itu pun bangkit saat namanya di sebut setelah Humaira. Terlihat jelas wajah tak senang milik lelaki itu. Ia urungkan niat untuk menyapa dan memilih diam.

Selepas pembagian nilai, gadis itu berlari kecil menuju Fakultas Matematika. Dia celingukan di depan pintu masuk. Senyumnya tergambar lebar saat ia mendapati Junhee yang baru keluar. Segera ia menghadang temannya itu.

"Kau sudah selesai?"

"Eum..." singkatnya.

"Kau tahu, aku akan mendapat tiket berlibur ke Indonesia..."

Gadis itu berhenti dan menatap singkat Humaira,"sungguh? Baguslah. Semoga menyenangkan..."

Menyadari perbedaan ekspresi Junhee, gadis berkerudung itu menautkan kedua alisnya,"apa sesuatu terjadi padamu?"

"Tidak ada." Singkatnya kemudian menarik lengan Humaira dan mengajak duduk di sebuah bangku taman.

"Sehun Sunbae, aku ingin menyatakan perasaanku..."

Seketika Humaira terkejut,"ne? Apa harus kau yang memulai dulu?"

"Aniya, aku sudah sangat yakin."

"Junhee, sebaiknya jangan lakukan itu. Bagaimana jika Sehun menolak? Bagaimana jika Sehun menyukai orang lain? Aku tidak mau kau terluka nantinya..." cemas gadis berkerudung itu.

Junhee hanya tersenyum,"itu lebih baik. Jadi aku tidak berharap lebih lama. Tidak masalah jika dia menyukai orang lain..."

Humaira hanya menghela nafas. Ya, ia tak memiliki jawaban lain. Entah kenapa perasaannya menjadi tak nyaman. Ada kecemasan yang terus menyisa dan bergejolak.

Di bawah pohon cherry yang masih rimbun. Junhee dan Sehun duduk di sebuah bangku taman dengan jarak tak lebih dari satu meter. Tak ada percakapan antara keduanya. Pasang mata Junhee menatap lurus ke depan, sementara Sehun hanya diam tertunduk.

"Apa dia Khadijah?" tanya Junhee dengan wajah tanpa ekspresi.

Sehun menghela nafas lalu mengangguk,"eum... aku menyukainya sangat lama. Mianhae... aku tidak bisa menyukaimu..."

Seketika detak jantung gadis itu terasa berhenti mendadak. Matanya menanar, beberapa kali ia mengedipkan mata untuk menahan air matanya jatuh. Menyadari hal tersebut, Sehun bangkit dan berjongkok di depan gadis itu. Dia meraih telapak tangan Junhee dan berusaha menatapnya hati-hati.

"Junhee-ya, kuharap kau tidak membencinya setelah ini. Tetaplah berteman baik..."

"Lalu... bagaimana jika dia menyukai pria lain?"

"Aku akan melepasnya. Dengan siapapun dia berbahagia, aku akan bahagia juga. Tapi, jika dia terluka maka aku akan membelanya. Itulah perasaan..." lembutnya dengan senyum hangat.

Gadis itu terdongak, dia berusaha menatap balik Sehun yang ada di depannya,"kau akan mengaku padanya?"

"Tentu. Suatu saat nanti..."

Lelaki itu kemudian melepas tangan Junhee dan bangkit. Dia berpamitan lalu mulai melangkah pergi. Pasang netra Junhee masih menatap punggung Sehun yang menjauh. Setitik air mata menetes.

"Aku tidak tahu. Aku membencinya sedalam aku menerima penolakan itu. Akan kudapat bahagiaku..." lirihnya dengan nada penuh penekanan.

(***)

HOW WE MEET ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang