CHAPTER 14: On The Last Autumn

686 66 0
                                    

Hari terus berlanjut. Gadis berkerudung itu terlihat sangat sibuk dengan tumpukan buku-buku pengetahuan. Beberapa ia pinjam dari Hyunsik. Ya, targetnya harus tercapai dengan begitu kepulangannya ke Indonesia pun akan segera terwujud.

Tanpa disadari hari telah menggelap, ia melirik ponselnya yang telah mengumandangkan adzan maghrib. Dia pun meregangkan tubuhnya yang terasa kaku sebelum bangkit dan mengambil air wudu'.

Selepas tiga raka'at terlaksana dan usai membaca Al-Qur'an, gadis itu merapikan semuanya dan pergi merebus air di dapur. Sebungkus mie instan diraihnya dari almari dapur.

Sebungkus mie telah cukup mengisi perut kosongnya sebelum ia kembali pada buku-buku itu. Setelah makan, dia mengenakan syal pink pastel yang hingga kini masih belum diketahui pemberinya. Dia pun mengenakan jaket lalu keluar dari tempat tinggalnya. Ya, ia perlu udara segar sejenak.

Tepat di pintu keluar gedung apartemen ia berpapasan dengan Changsub, lelaki yang berusaha dihindarinya. Gadis itu pun memalingkan wajah dan berjalan lebih cepat. Changsub yang mengetahui hal itu cukup memerhatikannya. Sekilas lekaki itu mengangkat sudut bibirnya mengukir senyum kecil sembari terus melangkah.

Berkeliling sejenak disekitar gedung apartemen, gadis itu menuju sebuah cafe dan membeli secangkir kopi panas. Setelah itu ia kembali ke tempat tinggalnya saat merasa malam kian mendingin.

Tepat di depan pintu, ia mendapati sebuah paper bag kecil dan sepaket makanan yang terlihat masih panas. Ia pun mengedarkan pandangan, namun tak siapapun tertangkap olehnya. Sekilas ia mendapati siluet seseorang dari balik salah satu sudut. Namun, saat ia menghampiri tak siapapun ada di sana.

Ia menghela nafas lalu memutuskan masuk ke dalam apartemen. Dia menuju meja belajarnya lalu meraih kertas dan pena. Usai menulis sesuatu, ia melipat kertas itu dan memasukkannya dalam sebuah paper bag bersama dengan sebotol minuman ringan yang dingin.

Gadis itu meletakkan paper bag tersebut di gagang pintunya. Berharap orang baik itu kembali dan melihat balasan setiap pesan yang selalu ia terima. Benar, sejak kejadian syal misterius itu, dirinya kerap menerima makanan hingga vitamin.

Tak berselang lama setelah gadis berkerudung itu kembali masuk ke dalam dan menutup pintu. Perlahan, sepasang sepatu yang nampak licin bergerak mendekat ke arah gagang pintu. Tangan kekarnya meraih paper bag yang tergantung itu dan tersenyum saat membaca tulisan tangan Humaira.

"Syukurlah... kumohon jangan sakit..." lirih suara yang terdengar seperti sosok pia.

Dia kemudian membawa paper bag tersebut dan berjalan meninggalkan tempat Humaira tinggal.

Di akhir musim gugur yang semakin dingin. Gadis berkerudung itu terlihat berjalan setengah lari menyusuri koridor kampus. Dia membawa sebuah buku yang cukup tebal. Karena mata yang tak fokus ia pun menabrak seseorang dan membiat bukunya tercecer termasuk kartu ujian.

Segera ia merapikan bukunya dan melihat kartu ujiannya berada di tangan orang lain,"ah... Hyunsik-a, ma'af, aku terburu-buru..." ujarnya dan meraih kartu ujian itu.

"Kau ujian hari ini?"

"Eum." Singkatnya.

"Tapi ke..."

"Ma'af, bisakah bicara nanti saja? Aku sedang ditunggu. Sampai jumpa." Potongnya lalu pergi begitu saja.

"Kupikir dia sedikit pucat..." gumam Hyunsik pelan.

(***)

Ujian yang sedang dijalani oleh Humaira berakhir saat pukul 11 siang. Ia pun terlihat bergerak menuju perpustakaan kampus dengan buku tebalnya. Langkahnya terhenti saat kepala terasa sedikit pening. Ia minggir dan meraih tembok untuk sandaran sejenak. Namun, bukannya membaik pening itu kian terasa, ia merasakan basah di bawah hidung. Saat mengusap, ternyata darah segar yang ia dapat. Semakin lama pandangannya memburam, ia bahkan tak dapat menopang diri sendiri hingga menjatuhkan bukunya.

HOW WE MEET ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang