CHAPTER 7: I Adore

855 69 0
                                    

"Dijah-ya, kapan kau libur bekerja? Aku sangat ingin berjalan-jalan denganmu dan membahas tentang sesama wanita..." perempuan bersurai panjang itu menggandeng lengan Humaira.

"Aku libur saat hari minggu."

"Tapi... kau sedang berpuasa. Hm... tidak bisa makan bersama..." gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Humaira menghentikan langkahnya,"hei, apa itu masalah? Haruskah kita pergi saat malam? Lalu kau akan diterkam serigala saat terlambat pulang..."

Gadis itu menghela nafas panjang,"kau benar," dia lantas berjalan dengan gurat lesunya,"Junmyeon terlalu seram..."

Humaira pun terkekeh pelan sebelum akhirnya mengekori gadis di depannya. Dia berjalan di sampingnya yang masih lesu,"hei! Jangan tekuk wajahmu, bagaimana jika Sehun lewat?"

Sontak gadis itu behenti,"benar. Aku tidak bisa terlihat buruk..."

"Aigo... kau sungguh menyukainya?"

Junhee mengangguk cepat sembari menata senyumnya,"tentu saja. Dia yang terbaik dan tampan..." gadis itu pun tersipu.

Humaira yang mendapati sikap temannya itu hanya menggeleng,"ck... ck... terserah kau saja..." ucapnya kemudian pergi begitu saja.

"KAU MAU KE MANA!!!!"

Humaira berbalik,"BEKERJA!" serunya sembari melambai tangan dan melanjutkan langkah yang tertunda.

Gadis bernama Junhee itu mengangguk dan masih menatap punggung temannya yang menjauh,"memang apa salahnya? Sehun Sunbae memang pantas disukai... aaah... wajahku selalu merah saat memikirkannya" dia menepuk pipinya dan lari begitu saja.

Seorang pria yang duduk di salah satu bangku taman dan sedang sibuk membaca buku perlahan menurunkan buku yang menutup wajahnya,"suka? Haaah... ini akan sedikit rumit..." dia pun bangkit dari posisinya dan berjalan pergi.

(***)

Lee Changsub, lelaki bersetelan jas biru tua itu berdiri di depan sebuah pintu apartemen yang jauh dari kata mewah. Dia tersenyum ringan saat sosok pemilik rumah membuka pintu dari dalam.

"Hyung, masuklah..."

"Eum..."

Ia pun melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan yang tak dapat dikatakan luas untuk seukuran rumah. Ya, ini lebih mirip dengan kamar sewa. Changsub melihat setiap sudut ruangan sembari menunggu si empu rumah kembali dari dapur.

"Hyung, duduklah dan silakan minum..." si empu rumah menyuguhkannya minuman kaleng bersoda di atas meja persegi tanpa kursi.

"Ini sedikit canggung,'kan?" tanya Changsub dengan mata tertuju pada kaleng soda dingin di depannya.

"Eum, iya."

"Hyunsik-a, kau sepertinya sangat sibuk belajar."

Lelaki yang dipanggil Hyunsik itu sekadar menghela nafas kemudian membuka kaleng soda di depannya dan menenggak isinya. Changsub mendongakkan kepala dan melihat perilaku Hyunsik yang sudah memberinya jawaban asumsi.

"Apa ibu berkunjung belakangan?" tanyanya kemudian.

"Tidak. Dia mungkin sibuk dengan kakakku... juga bisnisnya." Balasnya lalu bangkit dari duduk.

Dia bergerak menuju kamar dan mengambil sebuah buku cukup tebal. Dia kembali duduk di depan Changsub dan mulai fokus pada bukunya. Changsub melihat lelaki yang mulai belajar itu dan mengabaikannya.

"Haruskah kau belajar juga saat bersamaku? Tidak mau menghangatkan suasana?"

"Aku menyukai buku-bukuku." singkat pria itu tanpa menggubris Changsub.

"Aaah... anak ini. Kau membuatku merasa menjadi pengganggu..." Changsub membuka kaleng minuman soda itu lalu menenggaknya perlahan.

Dia pun bangkit dari duduknya,"baiklah. Aku pergi dulu, lanjutkan saja kegiatanmu."

"Hmmm..."

Tak ada lagi yang dapat Changsub katakan. Dia pun memutuskan pergi dan meninggalkannya sendirian. Mendengar suara pintu tertutup rapat, Hyunsik meletakkan penanya dan membaringkan tubuh di atas lantai. Dia lantas memejamkan matanya yang sayu dan meletakkan lengan di atas dahi.

Sementara Changsub masih berjalan menyusuri setiap lorong apartemen sederhana ini. Lelaki itu tampak berfikir sembari menatap sekeliling,"kupikir tempat ini tidak asing. Aku yakin tidak pernah memasuki tempat ini, tapi dari luar sangat familiar..." monolognya.

Langkahnya pun terhenti saat ia melihat seorang perempuan berkerudung panjang yang berjalan dari lawan arah. Dia terhenti di depan sebuah pintu dan terlihat menekan beberapa tombol sandi. Ia yang menyadari pun segera menghampiri sebelum gadis itu masuk.

"Hei!!! Khadijah!!" serunya membuat gadis itu menengok.

Dia berhenti tepat di depan gadis itu,"pantas saja aku merasa familiar dengan tempat ini."

"Chef, kau menguntitku? Kau tidak bisa melakukan hal itu..." celetuk gadis itu membuat kedua mata Changsub membesar.

"Menguntit?" lelaki itupun mendecih laku berkacak pinggang,"hei! Kau menganggap bosmu penguntit? Aish... gadis ini. Aku hanya kebetulan lewat usai menjenguk adik tiriku!"

"Sungguh? Kalau begitu, aku pergi dulu..."

Belum sempat Changsub menjawab, gadis itu telah hilang dari hadapannya. Alhasil raut wajah lelaki itu tampak kesal. Dia pun pergi dari sana dengan beberapa kata makian. Ya, terabaikan dua kali dalam satu waktu.

(***)

HOW WE MEET ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang