Kalender kian menipis. Sepanjang musim libur, gadis berkerudung itu hanya pergi bekerja dan diam di rumah. Ya, kejadian terakhir kali membuatnya cukup ragu untuk berjalan-jalan. Bahkan saat di resto, ia sebisa mungkin menghindari bosnya.Tak dirasa jika perlahan kalender libur terlewati. Dia kembali pada kuliahnya yang sibuk. Dia duduk di kursi belakang seperti sebelumnya, di kelas yang berbeda. Bahkan mungkin dengan beberapa orang berbeda.
"Sudah kuduga akan sekelas lagi denganmu..."
Sungjae tiba-tiba duduk di kursi kosong tepat di samping Humaira. Tak berselang lama, Hyunsik juga datang dan duduk di sisi lain yang juga samping Humaira. Lelaki itu tersenyum, dan Humaira juga terlihat membalas dengan hangat.
"Hei! Kau sangat acuh padaku, tapi ramah dengannya..." Sungjae mendorong bahu kanan Humaira karena merasa diabaikan.
Humaira pun menengok dan terkejut begitu melihat Sungjae,"kau di sini? Kupikir tidak ada orang..."
"Aish... apa di matamu hanya ada Hyunsik?"
"Itu lebih baik. Aku malas memikirkanmu..."
Tawa Humaira lepas, ia terlihat puas menggoda Sungjae yang kian kesal. Sementara Hyunsik hanya tersenyum dan turut menggoda Sungjae.
Selepas mata kuliah gadis itu pergi menemui dosen wali. Dia mengisi sebuah formulir, kemudian diserahkan kembali pada sang dosen.
"Kau yakin melepas liburanmu hanya untuk mempercepat waktu?"
"Ne, saya akan lebih giat lagi. Saya ingin segera kembali pada orang tua saya..." balasnya.
Sang dosen tersenyum,"kau pasti sangat merindukannya..."
Gadis itu mengangguk. Setelah urusannya selesai, gadis itu bergegas pergi. Sebelum bekerja, gadis itu lebih dulu pulang ke rumah dan mengayuh sepeda menuju DeLee.
Di ruang ganti, ia tak mengganti baju melainkan mengeluarkan semua barang-barangnya dan melipat rapi pakaian kerjanya. Setelah itu dia meletakkan sepatunya diatas lipatan baju itu. Dia membopong benda itu pergi menuju ruangan Changsub. Usai mengetuk pintu beberapa kali, dia pun masuk.
Begitu matanya mengedar, ia mendapati ruangan bos yang biasanya rapi kini sangat berantakan. Banyak sampah berserakan, di meja tamu ada beberapa jas tergeletak acak dan tampak kusut.
Matanya pun berpindah pada Changsub yang duduk di kursinya dengan pakaian acak-acakan juga rambut yang berantakan. Kedua kaki tak beralas pria itu terjulur di atas meja kerja.
Enggan berpanjang lebar, gadis itu meletakkan pakaiannya di atas meja kerja Changsub, tepat di samping kaki pria itu dan menyematkan selembar kertas di atasnya. Dia kemudian memundurkan langkahnya dan membungkuk hormat di depan lelaki itu.
"Wae? Apa kau menghindariku?"
Sejenak pergerakan gadis itu tertahan. Dia menghela nafas panjang lalu kembali pada sikap sempurna,"animnida, Sajangnim. Saya ingin fokus untuk belajar."
"Geojitmal," lelaki itu menurunkan kedua kakinya dan meraih lembar kertas itu. Tanpa membaca ia telah tahu apa isi kertas tersebut, dia pun merobeknya begitu saja,"tetaplah bekerja... setidaknya selama kau tinggal di sini. Akan kuringankan waktumu tanpa memotong gaji." Ujarnya lalu bangkit dari duduknya.
"Ma'af, saya tidak bisa. Terima kasih atas kebaikan Anda..." lagi gadis itu membungkuk kemudian memutar haluan dan pergi.
Hal itu membuat Changsub cukup marah. Lelaki itu membiarkannya pergi dan menutup kembali pintu. Seketika matanya menanar, tangannya meremas keras kertas yang baru saja dirobeknya lalu mengerang keras sembari membanting kertas itu di lantai. Nafasnya menggebu tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW WE MEET ☑
Fanfiction(SELESAI REVISI) Perlahan gadis itu mendekat,"kenapa kau tidak mendengar? Aku sangat lelah mengejarmu sedari tadi. Kau tahu jika kakiku tak sepanjang milikmu..." Langkah dan ucapan gadis itu tertahan saat melihat Changsub tiba-tiba berjongkok di de...