CHAPTER 9: What It Is?

819 62 0
                                    

Tak seperti biasanya, Humaira mengayuh sepedanya dengan raut wajah kesal. Dia tak hentinya menggerutu sepanjang jalan menuju apartemen. Ya, di jam yang masih sore gadis itu telah pulang dari restoran bersama wajah masamnya.

"Kalo tau resto libur, aku kan bisa lebih lama kerja kelompok dan gak keburu-buru. Dasar Changsub kejam! Apa dia sengaja lakuin hal itu? Kenapa coba? Astaghfirullaaah..."

Sesampainya di depan gerbang utama, ia turun dari sepeda dan memilih untuk menuntunnya sampai tempat parkir. Namun, langkahnya terhenti saat ia menjumpai lelaki yang tak asing dengan sebuah rantang. Lelaki itu menyandarkan punggung pada sebuah pohon. Tak yakin, ia memutuskan mendekat. Melihatnya yang ragu, lelaki itu pun bergegas mendekat dan meletakkan rantangnya dengan kasar di keranjang Humaira.

"Ke mana kau buang ponselmu? Aku sudah hampir menjadi kayu lapuk karenamu. Aish... gadis ini..."

"Aku?" Humaira yang tak menahu pun mendecih,"hei! Kenapa menyalahkanku? Apa aku menyuruhmu datang? Hei! Siapa juga yang menyuruhmu menunggu di sini..."

Kian kesal, Sehun memutuskan untuk tak melanjutkan perdebatan itu. Rupanya Humaira tengah kesal juga,"lupakan saja. Itu makanlah untuk sahur nanti, orang tuaku yang menyuruh datang..."

"Sungguh?" raut kesal Humaira berubah menjadi senyum. Ia melihat rantang itu dan mencium aromanya,"hwaaa... ini sepertinya enak... hmmm..."

"Hentikan itu. Kau menjijikkan..."

Humaira meletakkan rantang itu kembali,"katakan aku berterimakasih sangat banyak, dan aku akan memakannya dengan lahap. Sekarang pergilah..."

"Kau mengusirku?"

Gadis itu mengangguk,"anggap saja begitu. As salamu'alaikum." Singkatnya lalu kembali menuntun sepedanya.Sementara Sehun hanya diam dan mengumpat sendiri sebelum akhirnya ia pun pergi dari tempat itu.

Tanpa disadari, dari jauh sebuah sedan abu-abu terus mengamati. Lelaki di dalam jok kemuri itu menghela nafas dan melirik sebuah paper bag yamg ada di jok sebelahnya,"dia baik-baik saja."

(***)

Waktu sudah merujuk pada pukul 9 malam. Humaira tampak masih sibuk belajar bersama Hyunsik di lobi gedung apartemen. Humaira menghidangkan nasi gulung pemberian Sehun untuk disantap bersama Hyunsik. Ya, mereka terlihat satu pemikiran.

Tak lama setelahnya, ponsel Humaira bergetar. Ia meminta izin pada temannya itu untuk mengangkat sejenak. Usai bercakap, gadis itu tiba-tiba berlari meninggalkan lobi. Dia menghampiri sebuah sedan abu-abu yang di sana telah berdiri seorang pria.

"Chef, apa ada sesuatu yang penting?" gadis itu sedikit terengah.

"Tidak. Aku hanya mengantar ini," dia memberikan paper bag yang dibawanya,"titipan dari nenek."

Sontak gadis itu terkejut dan tersenyum lebar saat mendapati isi dari dalam paper bag itu,"ini sungguh untukku?"

"Eum... dia bilang sebentar lagi hari raya, dia ingin melihatmu berpakaian putih. Dan juga... ambilah cuti selama hari raya. Nenek memintamu datang dan membantu beberapa kebutuhannya, kuharap kau mau membantu hari raya pertamanya..."

"Sungguh? Tapi... bagaimana caraku ke sana?"

"Itu mudah. Sebaiknya, mari bahas lain kali..." balasnya dengan seutas senyum,"baiklah, aku pergi dulu. Selamat malam..."

"Terima kasih banyak, Chef. Hati-hati di jalan."

Changsub mengangguk kaku lalu berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. Lelaki itu menurunkan kaca jendelanya dan melambaikan tangan singkat bersama senyum yang canggung.

Gadis itu membalasnya dan membiarkan mobil Changsub pergi. Humaira masih di sana dengan menyimpan senyumnya. Dia menatap sedan yang berlalu itu sebelum akhirnya kembali ke gedung apartemen dengan senyum yang tersipu.

Dia menghampiri Hyunsik yang masih fokus pada buku dan duduk di depannya. Dia meletakkan pemberian Changsub di salah kursi kosong dan mulai membuka bukunya.

"Ma'af, apa aku terlalu lama?"

Lelaki itu mendongao dan tersenyum,"tidak. Omong-omong, kau dari mana?"

"Aah... menemui temanku, dia memberiku hadiah kecil untuk hari raya nanti."

Lelaki itu mengangguk. Dia kembali fokus lagi bersama Humaira, namun gadis itu terlihat mulai mengantuk. Barangkali ia terlalu lama di depan buku. Hyunsik memutuskan menutup bukunya.

"Aku mengantuk. Mari selesaikan di lain waktu. Kita tinggal menyuruh Sungjae untuk sedikit berfikir..."

"Baiklah, kurapikan dulu semuanya..." gadis itu pun mulai menata buku-buku yang berserakan.

Namun, Hyunsik meraih buku-buku itu,"rapikan saja bukumu. Ini biar aku saja, kau pergilah dulu..."

"Apa tidak masalah?"

"Tidak. Ini hanya buku..." ringannya.

Humaira pun tak dapat menyangkal lagi. Ia menuruti keinginan lelaki itu dan pergi lebih dulu. Sementara Hyunsik yang masih merapikan bukunya itu terlihat menyematkan senyum kecil di wajahnya.

(***)

HOW WE MEET ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang