Sepanjang musim gugur. Rasanya benar-benar dingin. Angin yang berhembus semakin kencang. Gadis berkerudung yang kini hanya memiliki dua tujuan yakni kampus dan tempat tinggal itu terlihat berjalan dengan langkah cepat. Dia mengeratkan jaketnya. Ya, udara benar-benar dingin meski musim salju belum datang.
Sesampainya di rumah, ia buru-buru menyalakan kompor dan merebus air. Dia kemudian menyiapkan bumbu mie instan yang akan dimasak. Melihat asap mengepul dari atas panci, dia meletakkan kedua telapak tangannya menyentuh asap-asap itu.
"Haaah... hangatnya..."
Kegiatannya tak berlangsung lama. Ia bergegas membuka pintu saat mendengar suara bel berbunyi. Begitu tahu siapa yang berdiri di balik pintu, gadis it segera mendorong kembali pintunya agar tertutup rapat. Namun, tenaganya yang tak terlalu kuat membuat pintu yang dipaksa tertutup itu pun akhirnya terbuka lebar.
Si pria yang berdiri di depan pintunya itu dengan sigap meraih pergelangan tangan Humaira dan menggenggam erat. Raut ketakutan jelas tergambar di wajah gadis itu. Ia tak berani menatap lelaki di depannya.
"Jjeeball... lleepaskan..." pintanya lirih.
Namun pria itu justru menariknya dengan cepat dan merengkuh seerat yang ia bisa. Sontak gadis itu terkejut, ia berusaha dengan keras untuk melepas pelukan itu. Ia meronta, tangannya sekuat tenaga mencoba mendorong pria itu, namun gagal.
Changsub tak membiarkan gadis itu lolos, semakin keras Humaira mencoba maka semakin erat Changsub memeluk. Yang dapat ditangkap indera pendengarnya saat ini hanyalah suara tangis dari gadis itu.
Tak peduli dengan rintihan gadis itu. Dia justru memejamkan mata dan meletakkan kepalanya di pundak Humaira yang terguncang,"menangislah... karena aku juga menangis... dengarkan aku... aku meletakkan hatiku padamu... Hu... ma... ira..."
Ya, air mata pria itu menetes perlahan, "... aku menyebut namamu dengan benar, bukan? Hu... ma... ira... jangan menghindariku, aku akan berusaha mengejarmu... aku takut kehilanganmu..."
"HEI!!!"
Teriakan yang melengking itu berhasil membuat Changsub melepas pelukan eratnya pada Humaira. Dia menengok ke samping dan mendapati Junhee berjalan dengan penuh amarah.
Tak sungkan gadis itu menjauhkan Humaira dari Changsub dan menamparnya dengan keras. Tak berakhir di sana, gadis bersurai panjang itu menarik Humaira masuk ke dalam apartemen dan menamparnya sekali lagi hingga terjatuh, bahkan cairan kental berwarna merah telah keluar dari sudut bibirnya.
Dengan amarah yang memuncak, Junhee mendekat dan menarik kerudung Humaira, lebih tepatnya rambut dan kerudung Humaira dengan kasar. Matanya yang tajam menatap Humaira yang hanya menitikkan air mata dan merintih.
"Brengsek!"
Gadis itu sudah melayangkan tangan kanannya. Namun, Changsub berhasil menahan. Dia memegang erat pergelangan tangan Junhee dan melepaskan tangan lainnya yang menjambak Humaira. Seketika dia menghempaskan tangan Junhee dengan kasar dan menatapnya dengan penuh amarah, dia bahkan menaikkan telunjuknya tepat di depan wajah Junhee.
"Brengsek!! Apa kau tuli? Aku menyuruhmu untuk tidak mengganggunya!!! Sialan!!!" kecamnya dengan nada penuh penekanan.
Amarah yang kian memuncak membuatnya bersiap melayangkan pukulan pada Junhee, namun ia merasakan kakinya digenggam. Ya, Humaira menatapnya dari bawah sembari menggelengkan kepala. Alhasil lelaki itu menghela nafas panjang dan mengepalkan tangannya dengan keras.
Ia kemudian meraih tangan Junhee dan menyeretnya pergi dari kediaman Humaira. Sesampainya di parkiran, Junhee menghempaskan tangannya yang sedari tadi di pegang erat oleh Changsub. Lelaki itu pun berhenti dan berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW WE MEET ☑
Fanfiction(SELESAI REVISI) Perlahan gadis itu mendekat,"kenapa kau tidak mendengar? Aku sangat lelah mengejarmu sedari tadi. Kau tahu jika kakiku tak sepanjang milikmu..." Langkah dan ucapan gadis itu tertahan saat melihat Changsub tiba-tiba berjongkok di de...