Chapter 24

3.7K 190 7
                                    

Revan membenarkan posisi duduknya ia membuang napas kasar "mamah meninggal disaat umur gw masih kecil, awalnya Raihan bilang mamah meninggal karena punya penyakit kanker dan bodohnya gw, gw percaya gitu aja sama apa yang dibilang kaka gw Raihan, dan selama itu gw ngira bahwa mamah meninggal karena ith hingga pas gw duduk dibangku SMP semuanya terbongkar bahwa meninggalnya mamah itu semuanya karena papah, papah gw dan suami nya sendiri" Revan berhenti bercerita Sesak itu kembali hadir di hatinya

Ia merasakan sesak hingga untuk bernafaspun sangat sulit, Raihan yang melihat adiknya tak sanggup mengambil alih untuk menceritakan kisah selanjutnya

Raihan juga meraskana sesak yang sama " papah yang udah bunuh mamah dengan tangan papah sendiri"

Jeslyn dan Sindy yang mendengar itu langsung meneggakkan badannya mereka terkejut bahkan sangat keringat dingin keluar dari tubuh Jeslyn

"Se..serius ka?" Gugup Jeslyn

"Karena apa?" Tanya Sindy berusaha setenang

" Adiknya mama " Jawaban yang dilontarkan Revan membuat kedua cewek itu bingung dibuatnya karena tak mengerti sama sekali maksudnya apa dan bagaimana nya

Wanita dengan kisaran umur 24 tahunan sedang tersenyum memandang langit Indonesia, setalah 15 tahun dirinya menetap di Jerman kini akhirnya ia bisa kembali ke tanah kelahirannya Indonesia, bahkan ia merasa bersalah ketika pernikahan kakanya ia tak bisa datang dan kini kakanya sudah memiliki 2 anak  cowo itu berarti sekarang dirinya menjadi tante, serta ia belum begitu mengenal suami dari kakanya itu memang adik yang kurang ajar

Ia memperhatikan Bandara Soetta, mencari keberadaan kakanya yang katanya akan menjemput di Bandara 

Namun ia melihat wanita memakai pakaian santai baru memasuki kawasan bandara dan tersenyum hangat kearahnya, tanpa berfikir lagi, ia segera berlari dan berhambur kepelukan sang kaka yang sangat ia rindukan selama 15 tahun tak bertemu

"Udah gede aja" celetuk sang kaka mengengacak rambut sang adik yang membuat adiknya cemberut

"Ka Sania jangan ngacak-ngacak rambut Sinta deh" kesel adiknya yang bernama Sinta itu sedangkan kakanya hanya tersenyum melihat adiknya yang tumbuh besar dan menjadi perempuan yang begitu cantik

Sinta tersenyum kearah Sania "ka, dimana dua jagoan kaka? Ponakan aku? Suami kaka?" Tanya beruntun Sinta

Sania menyentil jidat adiknya "pulang dulu yuk nanti liat deh dewa dewa dirumah kaka" Sinta mengangguk dan menggandeng tangan kakanya itu agar segera pulang kerumah karena ia tak sabar melihat keponakannya itu seperti apa

Sania membawa mobilnya santai membuat Sinta tertidur namun setelah sampai dihalaman rumah Sania membangunkan adiknya itu pelan tak sulit membangunkan Sinta

Sinta mengerjapkan matanya membulat ketika tahu di depannya berdiri bangunan yang begitu megah hingga membuat dia mengucek ngucek matanya apakah sekarang dia sedang dalam negeri dongeng? Lihat saja bangunannya seperti istana di kerajaan barbie

"Ka? Ini rumah kaka?" Tanya Sinta yang dibalas anggukan oleh Sania

Sinta mengikuti kakanya yang sudah turun dari mobilnya perhatian Sinta teralih ketika terdengar suara anak lelaki memanggil kakanya dengan sebutan "mamah"

"Mamah? Udah pulang? Tante Sinta mana?" Tanya bocah umur sekitar 8 tahun itu

Sania berjongkok mensejajarkan posisinya dengan kedua anaknya "itu" tunjuk Sania kepada perempuan yang baru masuk

Sinta berbinar melihat kedua anak kecil itu bagaimana tidak, mereka sangat tampan sekali buatan ka Sania keren sekali pikirnya

Sinta melihat kebawah dimana ada anak kecil yang menarik-narik bajunya " tante, tante Sinta ya?" Tanya polos salah satu anak dari kakanya itu

Namun belum dijawab, terdengar suara langkah kaki yang seperti sedang menuruni anak tangga itu

Sinta terdiam melihat lelaki tampan yang sedang menuruni anak tangga itu, namun ia segera membuang pandangannya ketika melihat Sania mengahampiri lelaki itu

"Sinta!! Sini" panggil Sania kepada Sinta untuk menghampirinya

"Ya ka?" Tanya Sinta

Sania tersenyum "ini kenalin dia suami kaka mas Arwin, terus mereka ini dua anak kaka" Sinta manggut-manggut mengerti, jadi ini rupa suami kakanya pantas saja anaknya sangat tampan toh Sinta dan Arwinnya saja sangat cantik dan tampan sekali

"Ka, nama anak kaka siapa?" Tanya sinta penasaran yang melihat dua anak itu digendong oleh Arwin dan sinta

Arwin tersenyum "yang lagi digendong kaka kamu namanya Revan Arwin Brown, nah yang lagi di gendong mas namanya Raihan Arwin Brown, dia anak pertama kami" ramah Arwin

Sinta mendekati anak yang digendong Sania "ka, sumpah anak-anak kaka ganteng-ganteng banget, andai mereka udah gede bisa Sinta jadiin suami tuh" canda Sinta membuat Sania dan Arwin kompak tertawa

Namun keharmonisan rumah tangga Sania dan Arwin harus berakhir semenjak setahun kedatangan Sinta kerumahnya entah apa yang membuat Arwin berubah menjadi seperti itu

Namun tak lama, Arwin mengakui perasaannya bahwa dia mencintai adiknya Sania yaitu Sinta, Sintapun terkejut bukan main, ia tak mengira bahwa kehadirannya dapat merusak rumah tangga kakanya sendiri.  Anak pertama mereka yaitu Raihan yang mendengar pengakuan papahnya itu terkejut bukan main meskipun Raihan baru jelas 7 SMP namun ia mengerti semuanya

Hingga 1 tahun kemudian Arwin lelah dengan semuanya, ia tak bisa mendapatkan cinta Sinta karena Sania, Arwin menganggap bahwa kehadiran Sania menjadi penyebab utama ia tak bisa mendapatakan Sinta-nya

Tak disangka tanpa diduga Sania dan Arwin mengalami percekcokan yang besar hingga membuat Arwin sangat kesal bukan main, ia mencekik Sania penuh dengan nafsu, ketika melihat Sania kehabisan oksigen, ia melepas cekikannya itu dan ia menyesal melakukannya

Tanpa ia sadari Sinta dan Raihan melihat adegan itu dan langsung masuk ke dalam kamar mereka langsung menghampiri Sania yang sudah tak bernyawa. Sinta sangat murka ia menampar berkali-kali kaka ipar bejatnya itu

"Mas Arwin jahat! Iblis! Tega udah bunuh istri sendiri!" Sinta menangis ia kehilangan semuanya, ia kehilangan ibu, ayah sekarang kaka yang amat ia sayangi, Sinta menoleh ke arah Raihan yang menangis di depan Sania
"Mamah! Mamah bangun! Ehan sama Evan gak mau ditinggal sama mamah! MAMAH!" teriak Raihan histeris, Raihan menoleh kearah papahnya "Papah jahat!" Raihan berlari namun tak jadi karena melihat Revan yang masih mengenakan seragam SMP nya memasuki kamarnya dan langsung berlari ke arah mamahnya

"Mamah? Kok gak bangun?" Heran Revan, Raihan menghampiri adiknya itu lalu memeluk Revan erat

"Evan, mamah udah gak ada" jawab Raihan membuat Revan mendorong tubuh kakanya itu

"Mamah! Jangan tinggalin evan!" Tangisan dari kedua bocah itu membuat Sinta sedih bukan main sedangkan Arwin hanya menatap nanar 3 orang itu

Sindy memegang tangan Raihan, agar Raihan menhentikan ceritanya, Revan melihat ada kesedihan dimata kakanya saat menceritakan kembali

Jeslyn berusaha menenangkan hatinya yang tak tenang sejak mendengar cerita dari Raihan "terus, wanita yang jadi istri papah kamu sekarang, apa itu tante Sinta?" Tanya Jeslyn

Raihan dan Revan kompak menggeleng "Dia adalah wanita yang papah temuin setelah tante Sinta pergi balik ke Jerman" jelas Revan

Kini Sindy dan Jeslyn sudah tau semuanya segitu parahkan masalah yang dihadapi Revan dan Raihan

Hy see you again
Maaf lama
Semoga suka ya

Next part

Bad(BOY)Friend  [ B #1] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang