Chapter 38

3.3K 164 15
                                    

New York 

03.00 P.M

Sindy tengah menunggu Jeslyn yang sedang bertemu dengan klien nya, Sindy mengerti mengapa Jeslyn layaknya seperti CEO yang bertemu klien karena butik milik Jeslyn merupakan salah satu butik terbesar di Amerika ini karena itu banyak perusahaan - perusahaan ternama,  terutama perusahaan yang terdapat divisi perancangannya, perusahaan tersebut sering mengajak kerja sama butik milik Jeslyn, ditambah Jeslyn merupakan desainer ternama yang dimiliki oleh negara Amerika Serikat ini

Sungguh Sindy kagum dengan Jeslyn diusia 22 tahun ia mampu mencapai kesuksesan yang luar biasa seperti Revan. Bicara soal Revan, Sindy jadi ingat bagaimana sedihnya Jeslyn tadi ketika Revan meninggalkannya hingga 10 menit sebelum klien datang Jeslyn baru bisa berhenti menangis

Sindy menoleh ketika suara pintu terdengar, ia melihat Jeslyn yang berjabat tangan dengan klien pria muda sepertinya lalu pria itu keluar disusul Jeslyn yang berjalan di belakangnya

"Kak, anter aku ke tempat Revan yu" ajak Jeslyn dengam wajah masam lagi

Sindy mengangguk

Mereka berdua keluar dari butik,Sindy duduk di bangku penumpang di dalam mobil Jeslyn karena Sindy memang tak membawa kendaraan

"Kak, kaka mau nikah sama ka Rey, aku denger dari Jidny asisten aku si gitu" Sindy menoleh kearah Jeslyn yang berbicara memecahkan keheningan yang terjadi

"Iya Jes, besok acaranya harusnya hari ini tapi karena Revan baru datang hari ini jadi kita undur sampe besok" jelas Sindy

Mereka kembali terdiam sampai mereka di depan apartemen Reyhan pun tak ada yang berbicara, Sindy memencet bel hingga wanita paruh bayah yang tak lain Irene membukakan pintu untuk calon menantunya

"Tumben mencet bel, biasanya langsung masuk" Sindy langsung tersenyum memeluk Irene

Irene belum sadar wanita yang ada di belakang Sindy, namun ketika Sindy menggeser tubuhnya, Irene langsung terkejut dengan yang dilihat oleh matanya "JESLYN" teriak Irene langsung memeluk tubuh Jeslyn

"Kamu kemana aja? Selama ini gak ada kabar, ga ngasih tau mamah perginya kemana" cerocos Irene melepaskan pelukannya

Jeslyn tersenyum kikuk "maaf mah, nanti Jeslyn jelasin" Jeslyn terdiam sebentar "hmm mah Revan ada?" Tanyanya ragu

Irene tersenyum, sekarang ia tahu mengapa tadi Revan pulang dengan wajah yang sulit diartikan

Irene mengangguk "di dalam, mungkin ada di taman belakang. Kamu samperin aja gih"

Jangan tanya mengapa apartemen di sini ada tamannya, karena ini seperti rumah yang disewakan saja

Jeslyn mengangguk langsung pamit untuk menghampiri Revan, ia bukan pertama kali datang di apartemen seperti ini, ia sudah 7 tahun hidup di Amerika jadi ia sudah tau letak-letak apartemen seperti ini

Jeslyn mengedarkan pandangannya ke semua arah dan berhenti di sebuah kursi panjang disana terdapat pria yang sedang duduk sambil mencabuti rumput layaknya anak kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan mainan hal itu membuat Jeslyn tersenyum kecil

***

Entahlah perasaan apa yang sedang Revan rasakan sekarang bahagia, kecewa, senang, rindu itu semua campur aduk menjadi satu. Revan sedang duduk di hamparan rumput padahal dibelakang tubuhnya ada kursi panjang namun entah kenapa Revan memilih duduk di bawah sambil mencabuti rumput

Ia senang akhirnya bisa kembali melihat wajah wanita yang ia rindukan namun kekecewaannya terhadap Jeslyn membuat dirinya tidak tahu harus bahagia kah atau harus marah

Bad(BOY)Friend  [ B #1] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang