LVII ; Senja

380 65 37
                                    

Dihujung sana, Ten bisa melihat matahari yang sudah mulai tenggelam, tepatnya akan segera menutup hari untuk kesekian kalinya diatas balkon apartemen

Ten termenung sebentar, terdiam tanpa sadar

"Kamu tau? Yang lebih indah itu bukanlah matahari senja sayang"

Ten berbalik, menatap Taeyong yang berjalan santai tanpa beban ke arahnya

Wajahnya seperti biasa memang, tapi sercecah cahaya senja membuatnya lebih berbeda

Tangan Taeyong menggantung bebas, membawa telapaknya mengusak pelan kepala Ten sayang, kebiasaannya kan?

"Kenapa berpikir seperti itu Boo?"

Taeyong kemudian bergidik acuh

"Entahlah, mungkin Bee bakalan ngerasa kurang indah ketika melihat senja"

Ten terkekeh, kemudian menggeleng manis

"Gak Boo, hanya saja-

-bagaimana bisa senja seindah itu?"

Taeyong tersenyum maklum

"Karena kamu suka senja sayang, kamu suka, makanya kamu bisa bilang bahwa senja indah"

Ten terkekeh lagi, kemudian menggeleng kembali

"Gak Boo, senja memang indah, coba lihat kesitu"

Ten berbalik setengah badan, menunjuk bebas udara, tepat disana, matahari seakan - akan ingin pergi dan menjadi malam dengan cepat

"Menurut Boo, senja tidak indah sayang"

Ten kemudian terkejut, memandang Boo-nya bingung, antara sedih, kesal dan entahlah

"Kenapa?" matanya tersirat, tapi Taeyong tau Ten akan menangis

"Senja itu hanya pancaran cahaya sayang, itu tidak indah"

"Tapi menurut Bee bagus kok"

Kemudian kedua tangan itu mengambil satu lengan Taeyong, menarik pelan, mencoba menunjuk kembali ke Taeyong bahwa pancaran cahaya yang akan hilang itu memang indah

"Lihat! Warnanya sempurna Boo-"

"Tapi kalau sempurnanya kamu, gimana Bee?"

Ten menatap Taeyong sekali lagi, kemudian mengernyit

"Apa Boo?"

"Kamu sempurnanya aku, Bee-" Taeyong terkekeh, membelai pelan pipi kiri Ten dengan sayang, sangat sayang

"-kamu gak harus sedih ketika Boo ataupun orang lain menganggap senja hanyalah sercecah cahaya matahari yang akan tenggelam tanpa makna sayang, mereka punya sesuatu yang indah sendiri, tidak semua orang kan bilang bahwa senja indah?"

Ten mengangguk mengerti, kemudian menghela nafasnya

"Senja memang indah, jika memang Bee suka itu, tapi kalau Boo bilang bahwa yang indah itu Bee, berarti Boo suka Bee, kalau Bee bilang Bee jatuh cinta sama senja karena cahayanya yang kontras, beda lagi dengan Boo yang jatuh cinta karena Bee kontras dengan sifat Boo, paham?"

"Paham Boo-"

Ten menunduk, kemudian melepas lengan Taeyong perlahan

"Tidak semua orang bilang senja indah, karena mereka punya 'senja'nya sendiri"

Memeluk Ten, Taeyong berbisik pelan

"Karena Boo tau, Bee adalah 'senja'nya Boo"

Ten mengangguk kembali, namun masih dengan wajah cemberutnya, dia menggelamkan wajahnya didada Taeyong

Taeyong tersenyum, kemudian menatap sekali lagi senja itu sebelum benar-benar hilang dari tatapannya, kemudian melihat Ten gemas

"Hey, senjanya Boo kok cemberut? Padahal malam belum datang"

Ten mendongak kemudian menggeleng

"Kenapa hm? Masih dengan senja? Tidak mau dengan Boo lagi ya?"

Taeyong pura-pura kesal, membuat Ten terdiam menatap Taeyong

"Bukan gitu Boo- Bee masih mau kok sama Boo, lagipula senjanya sudah mau menghilang"

Taeyong terkekeh, kemudian menunduk sedikit dan mencubit kedua pipi Ten

"Kalau Bee mau sama senja, nanti senja yang bakalan pergi dari hidup Bee, tapi kalau Bee mau sama Boo, Boo yang gak bakalan pergi dari hidup Bee, malah Boo yang bakalan selalu ada di 'senja'nya Bee nanti"

×
×
×
×
×

Buka puasanya dah dari tadi ya
(งಥ ͜ʖಥ)ง

Padahal maunya mau buat buka puasa, siapa tau manis kan ya?.g

Gimana? Kurang manis? Hm ya maklum ya hanya pengen mengetik bukan untuk membuat perasaan melting.hm

Long time no see gak seh? Gak ya
(งಥ ͜ʖಥ)ง

-Mama Ceceh ( ͡ᵔ ͜ʖ ͡ᵔ )

A. Marshmallow; TaeTen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang