§§§
National Forensic Laboratory-NFL-adalah tempat yang kini didatangi Jiyong dan nona jaksa.
"Heish kenapa kita harus kesini sebelum makan?" keluh Jiyong begitu keluar dari mobilnya. Bersamaan dengan sebuah Bentley putih yang entah sejak kapan terparkir disebelahnya. "Aku benci melihat mayat,"
"Aku tidak akan mengajakmu melihat mayat sunbaenim, oh! Dokter Yang!" sapa nona Jaksa pada seorang gadis yang baru saja keluar dari Bentley putih yang diparkir disebelah Lamborghini hitam Jiyong.
"Oh! Eonni sudah datang? Cepatnya," jawab gadis itu yang tidak menyadari kehadiran Jiyong. "Masuklah duluan, temui Felix saja dulu didalam, aku masih harus menunggu seseorang,"
"Siapa? Dokter kejam itu? Kekasihmu?"
"Jangan mengatakan omong kosong itu di hadapannya atau kau akan di marahi lagi kkk~ ah! Dan siapa ini?" tanya gadis itu begitu mendengar suara Jiyong yang berdeham. Mana mungkin pria mempesona itu mau di abaikan oleh dua gadis dihadapannya.
"Ah... aku sampai lupa, ini pengacara Kwon, Kwon jiyong. Dia sunbaeku-"
"Lalisa!" bentak seorang pria di depan gedung yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ah... hai Pengacara Kwon, sebentar aku harus mengurus macam lepas ini dulu, kita mengobrol nanti, hasil labmu ada pada Felix ya eonni!" sapa gadis itu yang kemudian berlari menghampiri pria yang memanggilnya.
Gadis bernama Lalisa Yang itu menghilang dibalik pintu otomatis gedung NFL. Keduanya pergi secara terburu-buru, tidak benar-benar keduanya, hanya Lalisa yang berusaha mengejar pria di depannya.
"Siapa dia Jisoo?" tanya Jiyong yang akhirnya tetap masuk ke dalam gedung empat lantai itu. Berjalan berdampingan dengan nona Jaksa disebelahnya. "Aku baru tau ada gadis sepertinya yang bekerja disini,"
"Sunbaenim tidak tau? Dia Lalisa Yang, putri satu-satunya CEO YG entertaiment. Tapi alih alih bekerja di perusahaan appanya, dia justru beralih untuk bekerja disini, sebagai ahli forensik," jelas si nona Jaksa-Kim Jisoo.
"Ah... pantas saja penampilannya tidak seperti dokter forensik lainnya," jawab Jiyong yang terus mengekori Jisoo sampai mereka masuk kesebuah laboratorium yang penuh dengan tabung reaksi, gelas beakker dan perlatan lainnya.
"Kalau pria yang tadi memanggilnya siapa?" tanya Jiyong lagi, tanpa mempedulikan Jisoo yang tengah menyapa seorang dengan ID card bernama Lee Yongbok.
"Felix, apa maksudnya hasil lab ini?" tanya Jisoo setelah membaca beberapa kalimat disana. "Yang tadi memanggilnya itu si keji Dokter Nam Joohyuk, kalau Sunbae menangani kasus pembunuhan jangan sampai bertemu dengannya. Bagiku dia terlihat seperti seorang psikopat dibanding dokter forensik,"
"Jadi maksudnya, serbuk yang ada disepatu itu adalah flukonazol. Flukonazol yang di hancurkan," jawab Felix sembari melihat catatannya.
"Kenapa flukonazolnya di hancurkan?" tanya Jisoo dengan wajah cantiknya yang justru membuat Felix sedikit gugup hingga melupakan jawaban atas pertanyaan itu.
"Bukan kenapa, tapi siapa, siapa yang menghancurkannya," ralat Jiyong, yang ternyata belum bisa melepaskan juniornya begitu saja. Sudah dua tahun Jisoo bekerja bersamanya, dan selama itu juga si nona Jaksa belajar darinya, menjadi junior sekaligus muridnya.
"Flukonazol tidak boleh dimakan bersamaan dengan obat antiglukogannya, kalau flukonazol ditelan bersamaan dengan warfarin, mereka akan membentuk racun dan menyebabkan kematian," jelas Lisa yang tiba tiba masuk kedalam ruangan itu. Gadis itu sudah memakai jas putih laboratoriumnya, rambut panjangnya diikat asal-asalan memperlihatkan leher indahnya yang menarik perhatian Jiyong. Dan jangan lupakan kaki jenjangnya yang hanya tertutup sebuah hotpans pendek. Penampilannya terlalu ekstrem untuk seorang pegawai di sebuah lembaga ilmu pengetahuan.
"Jadi penyebab kematiannya, keracunan obat," ucap Jiyong memberi klue pada juniornya yang terlihat masih berfikir.
"Yups! 100 poin untukmu," ucap Lisa sembari menepuk pelan dada Jiyong, seakan keduanya sudah lama saling kenal. "Woah. Sepertinya tubuhmu bagus," komentar Lisa yang kemudian berlalu menuju sebuah meja kerja.
"Lalu siapa yang meracuninya?" tanya Jisoo pada Lisa
"Bukankah itu tugasmu eonni? Mana aku tau?"
"Suaminya pasti meracuninya, dia tidak hanya menganiaya-"
"Berhenti menulis novel disini, pergilah kau pikir tempat ini taman bermainmu? Sana pergi!" usir pria yang tadi memanggil Lisa-Dokter Nam Joohyuk. Jiyong dapat melihat dengan jelas wajah terkejut Jisoo, wajah terkejut sekaligus kesal dan takut. "Kenapa kau selalu menerimanya disini?" gerutunya sembari menghampiri Lisa.
"Dia teman sekolahku dulu, waeyo? Apa lagi yang harus ku kerjakan?" tanya Lisa pada pria yang kini berdiri disebelahnya dan memberikan Lisa beberapa kapsul obat.
"Caritau apa isinya," ucap Joohyuk membuat Lisa mengangguk kemudian memakai glove-nya.
"Kami pergi," sela Jisoo, berpamitan sementara Jiyong hanya menatap Nam Joohyuk dengan tatapan meremehkannya. Tidak ada yang menanggapi ucapan Jisoo kecuali Felix. Lisa tidak peduli lagi pada Jisoo dan Jiyong yang akan pergi setelah mendapat kapsul dari Joohyuk. Sementara Joohyuk memang sudah tidak peduli sejak awal.
"Waeyo? Kau terkejut melihat Lisa, sunbaenim?" tanya Jisoo setelah keduanya duduk didalam mobil Jiyong. "Aku dan Lisa sudah kenal sejak kami sekolah menengah atas, kami berada di kelas yang sama karena dia bergabung di kelas akselerasi saat sekolah menengah pertama. Lisa cantik kan? Tapi bukan hanya cantik daya tariknya, dia juga sangat pintar,"
"Dia seksi,"
"Ahh... sudah banyak yang menegur pakaiannya tapi dia tidak pernah mengganti gayanya. Dan ya tentu saja kakinya yang jenjang itu pasti menarik perhatian pria,"
Seusai mengembalikan Jisoo ke kantornya. Jiyong berniat untuk kembali ke firma hukumnya sendiri. Bukan sebuah firma hukum mewah seperti yang dibayangkan. Melainkan sebuah ruangan di lantai paling atas bangunan tua empat lantai yang bisa hancur kapan saja. Umur bangunan itu sudah 40 tahun dan tidak pernah berubah sejak terakhir kali Jiyong berlari ketakutan meninggalkan gedung itu 20 tahun lalu.
"Apa yang kau lakukan disini?" tegur Jiyong pada seorang gadis yang berdiri didepan firma hukumnya.
"K- kau?" ucap gugup gadis yang baru saja berbalik setelah mendengar suara Jiyong. Kim Jennie, gadis itu Kim Jennie. Yang tadi menatap Jiyong dengan tatapan meremehkan.
"Kau baru melihat hantu? Minggir," suruh Jiyong sebelum membuka pintu firma hukumnya yang baru saja berdiri 7 hari lalu. "Apa yang membuatmu kesini nona pengacara?"
"Ku- ku dengar firma hukum ini membutuhkan-"
"Ya, aku membutuhkan seorang pembantu pengacara, kau mau melamar pekerjaan?" sela Jiyong yang kemudian duduk diatas mejanya, melirik sofa di hadapannya dan menyuruh Jennie untuk duduk disana. Tempat ini sebelumnya adalah sebuah kantor pinjaman-sebuah kantor milik seorang rentenir yang akhirnya Jiyong beli 7 hari lalu.
"Hyungnim! Kau sudah datang?" sapa tiga orang pria yang berlari masuk kedalam kantor itu untuk menyapa Jiyong. Seorang adalah orang kepercayaannya-Lee Seungri, dan dua orang lainnya adalah rentenir yang dulu bekerja di kantor itu-Kim Taehyung dan Jeon Jungkook.
§§§
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.