6

3K 390 9
                                    

§§§

Jiyong tiba di bar sebuah hotel mewah. Menelusuri tempat itu dengan matanya sampai matanya dapat melihat Lisa. Gadis itu tengah berdiri dibalik meja bar, dengan dress ketat berwarna biru lembut yang membalut tubuh indahnya.

"Sepertinya kau sangat suka meracik sesuatu," tegur Jiyong yang langsung duduk di kursi tinggi, berhadapan dengan Lisa yang berdiri dibalik meja bar.

"Kau sudah datang, cobalah," balas Lisa, tanpa basa basi langsung menuangkan cairan hijau kebiruan di gelas berkaki panjangnya, dan menyodorkannya pada Jiyong

"Kau sudah datang, cobalah," balas Lisa, tanpa basa basi langsung menuangkan cairan hijau kebiruan di gelas berkaki panjangnya, dan menyodorkannya pada Jiyong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ini?"

"Margarita, dengan takaran yang sedikit berbeda," jawab gadis itu, menumpu dagunya dengan telapak tangannya diatas meja bar, menunggu Jiyong mencicipi minuman buatannya.

"Kau yakin ini bisa diminum kan?"

"Aku yakin kau akan menyukainya,"

Keduanya tertawa, mengobrol kesana kemari dengan topik yang terus berganti sesuai suasana hati mereka. Hingga Lisa mulai menyinggung Jisoo.

"Tadi aku bertemu dengan kekasihmu," ucap Lisa membuat Jiyong menoleh dan menaikan sebelah alisnya. "Jisoo eonni,"

"Jisoo? Kim Jisoo?"

"He'em... dia bilang kalian bertemu saat kau masih jadi Jaksa," jawab Lisa, wajah, suara, ekspresinya tidak ada yang berubah. "Apa kau mentattoo tubuhmu begitu berhenti jadi Jaksa? Seperti 'woah akhirnya aku bebas' lalu melakukan semua yang kau mau termasuk mentattoo tubuhmu?"

"Jisoo bilang kalau kami berkencan denganku? Dan kau masih bisa menemuiku seperti ini? Bukankah kalian teman?"

"Kau pikir aku seorang wanita yang akan merebut kekasih temanku sendiri? Haha jangan melucu tuan Kwon, aku memang memintamu datang untuk membicarakan ini," jawab Lisa, masih sangat santai seakan ia tidak terluka sama sekali. "Kita pasti akan sangat sering bertemu, jadi masalah ini harus selesai secepatnya. Dengankan aku tuan, malam pertama kita adalah kesalahan, karena mabuk. Yang kedua anggap saja bonus dan malam yang ketiga anggap saja itu kesalahanku karena menggodamu, jadi tidak perlu memikirkannya, dan tidak ada malam yang ke empat,"

"Ah... kau tidak ingin malam ini jadi malam keempat kita? Padahal Jisoo tidak tau," jawab Jiyong yang kemudian mengusap pipi Lisa dengan sangat lembut. Lisa tidak mengatakan apapun, tidak memberi feedback apapun, ia hanya menikmati sentuhan lembut di pipinya itu. "Padahal Jisoo tidak tau kalau kita sudah sampai sejauh ini, dan aku juga tidak tau kalau aku berkencan dengan Jisoo, ku pikir hanya kau yang tau kalau aku berkencan dengan Jisoo? Kapan kami berkencan dalam novelmu?"

"Mwo?" tanya Lisa yang kemudian mendorong tangan Jiyong menjauhi pipinya. Gadis itu menatap Jiyong dengan sebelah alisnya yang terangkat. Kemudian Jiyong tekekeh dan mencubit pelan hidungnya.

"Aku tidak berkencan dengan Jisoo, dia hanya juniorku saat aku masih jadi Jaksa," jelas Jiyong masih dengan senyum terbaik diwajahnya. "Kami dekat, tapi tidak sampai ketahap berkencan,"

"Heish menyebalkan," keluh Lisa sembari mendorong Jiyong yang hendak menciumnya agar kembali duduk dengan benar di kursi tingginya.

"Haha kau cemburu karena aku berkencan dengan Jisoo atau takut merebut kekasih temanmu sendiri?"

"Aku tidak menginginkan milik orang lain, dan jangan coba coba membohongiku,"

"Tanyakan saja pada Jisoo, kau ingin aku menelponnya agar kau bisa bertanya langsung?"

"Tidak,"

"Kau mempercayaiku?"

"Kirasa kita tidak dalam hubungan untuk harus saling percaya,"

"Baiklah... kau tidak perlu mempercayai teman tidurmu selama sentuhannya masih memusakan," balas Jiyong yang kemudian menyentuh dagu Lisa, memaksa untuk mengecup gadis itu. Tidak ada penolakan, karena pada akhirnya Lisa justru membalas ciuman itu. Keduanya dapat merasakan sensasi margarita yang masih tersisa dibibir masing masing hingga Jiyong menyudahi ciuman itu. "Kalau begitu, giliranku yang bertanya, kau berkencan dengan dokter Nam Joohyuk?"

"Dokter Nam? Astaga aku lupa menelponnya," ucap Lisa kemudian meraih handphonenya dan langsung menelpon Joohyuk tanpa mempedulikan Jiyong yang terlihat sedikit kesal. Sepertinya sekarang justru ia yang merebut milik orang lain.

"Halo? Dokter Nam. Kau masih di kantor?" tanya Lisa begitu Joohyuk mengangkat panggilannya.

"Hm, wae? Dimana hasil tes sempel darahnya?"

"Nah itu yang ingin kukatakan, masih ada di komputer laboratoriumku. Print sendiri ya, atau suruh Felix kalau dia masih disana,"

"Hm,"

"Sialan," gumam Lisa karena Joohyuk yang langsung mematikan panggilannya bahkan sebelum Lisa sempat mengucapkan selamat tinggal. "Maaf, yang tadi itu urusan pekerjaan. Jadi sampai mana kita tadi?" tanya Lisa sembari mematikan handphonenya kemudian memasukannya dalam tas. Kembali menumpu dagunya dengan telapak tangannya dan menatap Jiyong lekat-lekat.

"Sepertinya aku yang sedang merebut milik orang lain?"

"Milik siapa yang kau rebut?"

"Kau milik pria lain tapi sepertinya aku akan mengabaikan yang satu itu," jawab Jiyong yang kembali senang setelah melihat Lisa mematikan handphonenya. "Aku akan berpura pura tidak tau,"

"Sepertinya.... aku sudah memenuhi isi kepalamu sampai kau tidak bisa lagi berfikir dengan benar pengacara Kwon,"

"Hm?"

"Menurutmu, siapa yang memiliki ku?"

"Siapapun itu pasti dia sangat beruntung, pasti dia tidak akan bosan,"

"Hm... bagaimana ini? Aku yang lebih sering bosan dan membuang pemilikku," jawab Lisa sembari bangkit dari duduknya, menarik Jiyong agar ikut turun dari kursinya kemudian mengajak pria itu menaiki sebuah tangga di sudut bar. "Sebaiknya kau bersikap baik agar aku tidak cepat bosan padamu tuan,"

Jiyong menahan Lisa, sebelum gadis itu melangkah masuk kedalam lift. Menahan pergelangan tangan Lisa dan membuat gadis itu berbalik menatapnya.

"Untuk malam ini aku ingin mengajakmu ketempat lain,"

Lisa diam, menunggu Jiyong mengatakan hal lainnya. Namun pria itu sama sekali tidak mengatakan apapun dan hanya menggandeng Lisa untuk keluar dari hotel.

"Kemana?" tanya Lisa pada akhirnya setelah ia duduk disebelah Jiyong, didalam lamborghini hitamnya.

"Tiga kali bermain di hotel yang sama membuatku bosan,"

"Dan kemana kita akan pergi tuan Kwon?"

"Rumahku,"

§§§

BelladonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang