14

2.5K 333 5
                                    

§§§

"Maaf," ucap Lisa setelah ia dan Jiyong berbaring bersebelahan di ranjang single size itu. Tubuh keduanya tidak tertutup apapun sekarang.

"Dengan siapa kau bercinta barusan?"

"Denganmu, pengacara Kwon,"

"Baiklah, kalau begitu tidak masalah,"

"Ne?"

"Kau tidak memikirkan pria lain saat bercinta denganku?" tanya Jiyong dengan kedua mata yang tertutup rapat, takut kecewa karena mendengar jawaban Lisa. "Katakan tidak, dan aku akan mempercayaimu,"

"Tidak,"

"Baiklah, itu sudah cukup untukku," jawab Jiyong yang kemudian tersenyum, seperti biasanya. "Pulanglah lebih awal hari ini, akan kusuruh Seungri mengirim beberapa barang kesini," lanjutnya kemudian mengecup singkat bibir Lisa. "Kalau kau tidak punya banyak pekerjaan, mampirlah ke sidangku siang nanti,"

"Sidang apa?"

"Seok Hyeon, akan ku tunjukan bagaimana aku membebaskannya,"

"Bagaimana?"

"Jangan berpura pura tidak tau, kau yang memberitau Jennie bagaimana caranya,"

"Aku?" Lisa menautkan alisnya, ia pikir Jennie tidak akan mengatakan apapun tentangnya karena gadis itu ingin mencari perhatian Jiyong.

"Kalau buktinya tidak berguna, kau bisa menggunakan pelaku atau saksinya, bukankah kau yang mengatakan itu?"

"Jennie bilang begitu?"

"Tidak, tapi dia belum cukup hebat sampai mampu berfikir kesana, jadi aku yakin pasti kau yang memberitaunya," jawab Jiyong yang kemudian bangkit dari baringannya untuk segera berpakaian. Sudah waktunya ia pergi ke kantor. "Hanya kau yang Jennie temui kemarin, dia juga tidak mungkin mendapat kata kata itu dari internet,"

"Bukan aku yang mengatakannya, aku sedang marah padanya kemarin," jawab Lisa, ikut berpakaian. Sebenarnya itu bukan hal yang penting yang perlu mereka obrolkan, tapi... dibanding membicarakan hal yang menyakitkan seperti bagaimana perasaan masing-masing, membicarakan Jennie terasa lebih aman.

"Lalu? Kenapa kau marah padanya?"

"Dr. Nam yang memberitaunya,"

"Dan, kenapa kau marah pada Jennie?"

"Karena dia tidak mau mencicipi kopi buatanku,"

"Tentu saja, dia takut kau meracuninya," jawab Jiyong dan Lisa mengerucutkan bibirnya, membuat wajahnya seakan akan sedang marah. "Hehe... aku bercanda, lain kali aku sendiri yang akan datang dan mencicipi minuaman buatmu," jawab Jiyong yang kemudian kembali memeluk Lisa dan membuat gadis yang baru saja selesai memasang branya itu kembali terbaring di ranjang. "Aku ingin melakukannya lagi,"

"Heish... kembalilah ke kantormu dan bersiap untuk sidang nanti siang," balas Lisa sembari berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Jiyong. "Aaaa... kau kuat sekali..." keluhnya karena tidak dapat melepaskan lengan Jiyong dari tubuhnya.

"Kau saja yang terlalu lemah dr. Yang,"

"Ya! aku sudah sabuk biru ju jitsu..."

"Lalu? Mana buktinya?" goda Jiyong yang kemudian sedikit melonggarkan dekapannya. "Aku sudah-"

"Jangan pamer, aku tau kau anggota geng, kau pikir aku tidak pernah mengotopsi mayat dengan tattoo dragon ball seperti milikmu? Hhh... dasar tukang pamer," protes Lisa sembari mengigit pelan lengan Jiyong. Membuat pria itu melepaskan dekapannya—bukan karena gigitan Lisa, melainkan karena ucapannya.

BelladonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang