18

2.2K 307 9
                                    

§§§

Pukul 5 tepat. Lisa bergegas untuk pulang, untuk menemui Jiyong di apartement barunya. Gadis itu melangkah keluar dari laboratoriumnya, berencana untuk pulang dengan taxi karena bus pasti penuh di jam pulang kerja begini.

Langkah riangnya terhenti di lobby gedung tempat kerjanya. Senyumnya menghilang, semangatnya memudar.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Lisa ketus pada pria yang berdiri di hadapannya. Pria yang sudah menunggunya sejak tiga puluh menit lalu.

"Kita perlu bicara-"

"Aku sudah punya janji lain malam ini, kita bicara lain kali-"

"Appa akan terus mengirim surat pengunduran dirimu kalau kau terus menundanya," ucap pria itu membuat Lisa menghela nafasnya kasar.

"Akan ku batalkan janjiku," jawab Lisa, yang kemudian melangkah menjauhi Seunghyun dan menelpon Jiyong. Membatalkan janji mereka malam ini.

Jiyong terdengar kecewa, Jiyong terdengar marah, namun Lisa tidak punya waktu untuk memikirkan perasaan Jiyong, ketika miliknya sendiri pun tidak beraturan.

Lisa duduk berhadapan dengan Seunghyun, di sebuah restoran Prancis mewah. Duduk dimeja disebelah jendela dengan pemandangan kota Seoul yang di guyur hujan. Bercinta dengan Jiyong pasti menyenangkan disuasana seperti ini, pikir Lisa.

Dua piring steak yang di panggang medium sudah tersaji di hadapan keduanya, sebotol wine, dengan dua gelas berleher panjang yang terlihat seperti kuncup bunga tulip. Aroma harum dari tiga tangkai bunga mawar ditengah meja membuat suasana terlalu romantis, untuk keduanya.

Seunghyun memotong steak di piringnya. Bukan salahnya kalau hubungan mereka harus berakhir. Seunghyun pun menyesali keadaan mereka sekarang. Berharap ia tidak pernah perlu melepaskan gadis luar biasa seperti Lisa.

"Makanlah," ucap Seunghyun, menukar sepiring steak yang sudah di potongnya dengan piring steak yang sama sekali belum Lisa sentuh.

Bagaimana Lisa bisa makan sekarang? Ketika suasana dimejanya sekarang seakan mencekik lehernya.

Lisa meraih gelasnya, menahan tangannya sekuat mungkin agar tidak terlihat gemetar dan meminum red wine di dalam gelasnya, sekali teguk.

"Jangan hanya minum, kau bisa mabuk," tegur Seunghyun lembut, yang justru membuat semuanya jadi terasa semakin menyakitkan.

Lisa tidak menanggapi.

Lisa hanya membiarkan Seunghyun menjauhkan botol wine mereka dari jangkauannya.

"Makan-"

"Bagaimana kau masih bisa makan disaat seperti ini?" sela Lisa membuat Seunghyun menelan potongan steaknya tanpa mengunyahnya lebih lama lagi.

Seunghyun meletakan pisau dan garpunya, meraih gelas winenya dan menenggak habis isi gelas tersebut.

"Sudah empat tahun Lisa," ucapnya, berusaha meraih tangan Lisa yang masih memegang gelasnya. "Sudah empat tahun, dan kita akan terus seperti ini?"

Seunghyun mempersulit segalanya. Mempersulit Lisa untuk melindungi dirinya sendiri. Mempersulit Lisa dengan mengenggam jemari gadis itu, mengusapnya lembut punggung tangan Lisa dengan ibu jarinya.

"Baru empat tahun dan kau sudah ingin menikah dengan wanita itu, Sandara Park? Kau mencintainya? Aku menolak 100 pria yang di jodohkan denganku selama 4 tahun terakhir ini. Dan- dan kau menerima gadis itu? Dia pasti sangat cantik,"

"Bukan begitu Lisa... bukan begitu. Aku tidak pernah menerimanya, aku... aku hanya tidak bisa menolak permintaan appa, aku tidak ingin keluarga kita-"

"Keluarga kita? Dulu aku pikir yang kau maksud dengan keluarga kita hanya kau, aku dan anak anak kita. Ku pikir hanya menikah yang akan membuat kita punya-"

"Sudah terjadi, semuanya sudah terlanjur terjadi Lisa... apapun yang kau pikirkan, apapun yang kau bayangkan, apapun itu, hubungan kita tidak akan pernah lebih dari saudara tiri," sela Seunghyun, nada suaranya tidak berubah, tidak ada nada yang terlalu tinggi dalam ucapannya, namun pilihan katanya tetap saja melukai Lisa. "Hubungan kita tidak akan pernah lebih dari hubungan sepasang saudara tiri, jadi berhenti berharap, berhenti menyalahkan keadaan kita sekarang. Jadi, terimalah orang lain,"

"Ah... jadi itu alasanmu menerima perjodohanmu dengan wanita itu? Karena tidak ada harapan lagi untuk kita. Kau ingin menikah dan hidup bahagia dengan wanita lain? Kau ingin berkeluarga dengan wanita lain? Lalu kenapa kau menemuiku?"

"Aku ingin kau menikah, aku ingin kau memberi kesempatan pada pria lain, aku ingin ada pria lain yang menjagamu, aku ingin melihatmu bahagia dengan pria lain, aku ingin kau berhenti menyiksa dirimu sendiri dengan mengacaukan semua kencan butamu,"

"Mwo? Bagaimana kau bisa mengatakan semua itu dengan sangat lancar? Kau tidak terluka?" Lisa menatap Seunghyun dengan sangat intens, menunjukan bagaimana kata-kata Seunghyun telah melukainya cukup dalam dengan membiarkan air matanya jatuh.

"Terluka. Tapi melihat appamu yang marah setiap kali kau mengacaukan kencan butamu, melihatnya memarahi eommaku karena tidak becus memilih pria yang baik untukmu, mendengarmu menangis karena kencan buta sialan itu- semuanya juga sangat menyakitkan, bahkan jauh lebih menyakitkan," tutur Seunghyun, sangat ingin menghapus air mata Lisa tapi takut gadis itu menghindarinya. "Kau pikir appamu tidak tau, mengenai hubungan kita? Dia tau, dia sangat mengenalmu, dia bersikeras dengan kencan butamu agar kau bisa melepaskan hatimu dariku,"

"Hentikan,"

"Kencani siapa saja yang membuatmu bahagia. Aku tidak bisa terus melihat dua wanita paling penting dalam hidupku terluka seperti ini. Kita- hubungan kita tidak akan berhasil Lisa,"

"Berhenti, jangan katakan apapun lagi,"

"Akan ku pastikan appa menyetujui siapapun kekasihmu, akan ku pastikan appa berhenti mengganggu pekerjaanmu, aku ku pastikan appa tidak mengantur hidupmu sesuai keinginannya lagi. Siapapun pria itu, kenalkan padaku, ajak dia pulang dan kenalkan pada kami, hm?"

Lisa tidak memberi jawaban apapun. Gadis itu hanya diam dan meneteskan air matanya. Hanya diam sampai Seunghyun mengantarnya pulang.

"Jadi disini kau tinggal?" tanya Seunghyun sembari melangkah berkeliling dirumah Lisa yang masih kosong. "Aku tau kau tidak ingin tinggal bersama eommaku, aku mengerti kalau eommaku membuatmu kesal dengan segala usahanya menggantikan posisi eommamu. Jadi aku sudah meminta appa agar mengizinkanmu tinggal sendiri, akan ku kirim sebagian barang barang dan pakaian dikamarmu kesini, mobilmu juga, appa akan mengembalikan semua fasilitasmu,"

"Apa syaratnya?" tanya Lisa yang sudah sangat yakin kalau ayahnya tidak akan memberi semua itu secara cuma cuma.

"Pulanglah setiap akhir pekan, dan kenalkan kekasihmu, setidaknya padaku kalau kau tidak ingin mengenalkannya pada appa,"

"Hanya itu?"

"Hm... hanya itu," bohong Seunghyun yang kemudian berjalan untuk keluar dari rumah itu. Terus berdua bersama Lisa didalam apartement kosong itu tidak baik untuk hatinya.

"Oppa," panggil Lisa tepat setelah Seunghyun membuka pintu apartement Lisa. Dan begitu Seunghyun berbalik, untuk bertanya ada apa, Lisa menciumnya.

Ciuman yang menghancurkan tiga hati sekaligus.

§§§

BelladonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang