§§§
Jiyong menyuruh Jennie menunggu di mobil setelah melihat tatapan marah dari Lisa. Bukan cemburu, apalagi pada Jennie. Tapi karena permintaan Jiyong yang sedikit tidak masuk akal.
"Ini illegal," ucap Lisa, menegaskan untuk kesekian kalinya. "Lagi pula aku bekerja di divisi zat beracun, tidak ada DNA dalam laboratoriumku,"
"Tapi kau pasti bisa melakukannya, iya kan? Hanya mencocokan DNA di darah pada plastik ini pada air liur di rokok ini atau para rambut ini," ucap Jiyong tidak mau kalah
"Ini illegal pengacara Kwon Jiyong-ssii,"
"Aku tau, karena itu-"
"Bawa surat izin dari hakim yang bersangkutan atau setidaknya surat persetujuan tes DNA dari pemilik rambut, rokok atau darah ini," sela Lisa, ia benar benar tidak ingin melakukannya.
"Aku akan menaruhnya di lobby kalau bisa mendapatkan dua surat itu. Seorang bocah 24 tahun harus menjalani hukuman sampai 15 tahun kedepan kalau kau tidak mau melakukannya Lisa," bujuk Jiyong, ingin memanfaatkan hati nurani Lisa agar mencapai tujuannya.
"Tsk... kau pikir berapa umurku," gumam Lisa yang kemudian menoleh ke arah pintu dan melihat Joohyuk berdiri disana. "Lupakan. Aku harus pergi sekarang," ucap Lisa sembari melepas jas laboratoriumnya. Ia berjanji akan mengantar Joohyuk kembali ke TKP sore ini.
"Kau akan melakukannya kan?" tanya Jiyong sebelum membiarkan Lisa pergi.
"Bawa barang barang itu pergi," suruh Lisa sembari melirik tiga kantong plastik transparan diatas mejanya. "Kita bicara lagi nanti. Dan tinggalkan berkas kasusnya disini, akan ku pikirkan setelah membaca kasusnya,"
Di luar kendali Jiyong, ia pikir Lisa akan dengan suka rela menguji DNA dalam darah diatas plastik ganja itu.
Jiyong pikir, kalau ia yang memintanya, Lisa akan bersedia.
Tapi Lisa menolak mentah-mentah permintaan Jiyong.
"Kita, tidak bisa mendapatkan-"
"Kita akan mendapatkannya, hasil tes DNA itu apapun yang terjadi. Aku pasti akan membebaskan Seok Hyeon." sela Jiyong, entah untuk mejawab Jennie atau untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Dua jam kemudian, tepat di jam 7 malam, Lisa kembali ke kantornya dan melihat berkas kasus pembunuhan Kim Minjoo yang Jiyong tinggalkan. Baru saja membuka halaman pertamanya, Lisa langsung mengerti kenapa Jiyong sangat menginginkan tes DNA itu. Jiyong adalah jaksa penuntut dalam kasus itu. Ia sudah melakukan sebuah kesalahan karena mengirim orang yang salah kepenjara dan akan mengakui kesalahannya sekarang. Atau bahkan mungkin ia sudah mengakui kesalahannya.
Bermodal ongkos taxi, Lisa membawa berkas kasus itu bersamanya ke firma hukum Jiyong. Kakinya melangkah menaiki tangga, lantai demi lantai. Mengabaikan tiga pria yang tengah mengobrol di lorong lantai tiga dan terus melangkah ke lantai empat. Lisa mengetuk pintu firma hukum itu kemudian membuka pintunya dan melihat Jiyong dan Jennie yang tengah membaca berkas masing-masing di meja masing-masing.
"Jennie-ya, kurasa cukup untuk hari ini, pulanglah," suruh Jiyong begitu melihat Lisa yang masuk tanpa menunjukan ekspresi apapun.
"Eh? Tapi- ah annyeonghaseyo," sapa Jennie pada Lisa yang baru saja melangkah masuk.
"Oh ya- hai-" balas Lisa yang langsung duduk di sofa dan menaruh bawaannya diatas meja.
"Pulanglah, mungkin Taehyung atau Jungkook masih ada dibawah, sudah malam, minta mereka mengantarmu," ucap Jiyong, namun Jennie belum ingin pergi. Gadis itu masih harus menyelesaikan laporannya.
Belum sempat Jennie menolak untuk pulang, Jiyong sudah mengibaskan tangannya, menyuruhnya pulang sekali lagi.
"Pulanglah Jennie, kerjakan saja besok," ucap Jiyong sekali lagi sembari menatap handphonenya yang bergetar. "Tunggu sebentar dr. Yang," lanjutnya sembari menatap Lisa.
Lisa mengangguk dan Jiyong menjawab panggilan itu. Sebuah panggilan dari penjara, dari dektektif Woo dan orang itu bilang kalau ia bersedia mengganti pengacaranya dengan Jiyong. Dektektif Woo ingin Jiyong yang membelanya di persidangan selanjutnya.
"Aku permisi," ucap Jennie, menyapa Lisa kemudian menyapa Jiyong dan melangkah keluar dari kantor. Jiyong mengekori Jennie, masih sambil menelpon klien barunya. Membuat Jennie berfikir kalau Jiyong ingin mengantarnya, walaupun yang sebenarnya ingin Jiyong lakukan hanyalah mengunci pintu begitu Jennie keluar.
"Kenapa tidak menghubungiku sebelum datang?" tanya Jiyong sembari melangkah untuk duduk disamping Lisa.
"Hanya mampir,"
"Mampir? Ku pikir kau ingin konsultasi mengenai sesuatu,"
"Bisa lain kali. Aku hanya mampir untuk mengambil sampel yang ingin kau uji,"
"Mwo?! Kau akan mengujinya?!"
"Tapi kau tidak bisa membawanya ke pengadilan, bukti itu tidak akan di setujui, seseorang pernah memalsukan buktinya 4 tahun lalu, jaksa yang bertanggung jawab tidak mengetahui itu dan sekarang ia meminta persidangan ulang memakai bukti yang bisa saja sudah di manipulasi" jawab Lisa dengan tatapan tenangnya, membuat Jiyong menaikan sebelah alisnya. Sebenarnya siapa yang pengacara sekarang? "Kenapa tidak memberitauku sejak awal?"
"Kau sendiri yang bilang kita tidak dalam hubungan untuk saling percaya,"
"Dan aku tidak akan pernah mau menguji sampelmu kalau kau tidak memberiku alasan untuk melakukannya,"
"Kau mau melakukannya sekarang?"
"Hm..."
"Kenapa? Kau merasa iba pada Seok Hyeon yang sudah dipenjara selama 4 tahun atas kejahatan orang lain?"
"Aku kasihan pada mantan jaksa yang merasa bersalah karena memenjarakan orang yang salah," jawab Lisa yang kemudian mengusap pipi Jiyong dengan sangat lembut. "Kapan persidangan ulangnya?"
"Dua hari lagi,"
"Aku mengganggu persiapanmu dengan pembantu pengacaramu?" tanya Lisa dan Jiyong menggeleng, mendekatkan tubunya untuk mendapatkan bibir Lisa yang tidak dapat ditahannya sejak tadi. "Kenapa kau sangat ingin mengeluarkan orang orang dari penjara?" Lisa menahan dada Jiyong, agar pria itu kembali duduk didepannya dengan benar.
"Kau pasti tim forensik yang tadi datang ke penjara,"
"Dan aku melihatmu di tolak mentah mentah oleh calon klienmu, pembunuh calon walikota,"
"Hei! Kau tidak boleh mengintip!"
"Bagaimana ya? Sipir yang menjaga pintunya lebih tertarik melihat bahuku dibanding mengusirku dari depan pintu, kau tau tubuhku memang sangat indah,"
"Oh ya? Aku tidak tau, bisa kau tunjukan bagian mana saja yang indah dari tubuhmu?" balas Jiyong yang sekarang menyerang Lisa dengan ciuman-ciumannya.
§§§
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.