§§§
"Wanita itu, bukan kekasihku, dia hanya pembantu pengacaraku. Kau salah menculik orang. Persidangannya akan di mulai, ku tutup ya," jawab Jiyong sebelum mematikan panggilannya. Berbalik untuk masuk kedalam ruang sidangnya. Kalau sungguhan Lisa yang diculik, mungkin Jiyong sudah berlari kesana sekarang juga.
"Jennie tidak bisa datang," ucap Jiyong karena Lisa yang berdiri tepat di hadapannya menghalangi langkahnya untuk masuk ke ruang sidang.
"Kau tidak akan pergi menyelamatkannya? Jennie di culik, karena di kira kekasihmu," tanya Lisa sembari menaikan sebelah alisnya.
"Taehyung! Jungkook-"
"Kalau aku yang di culik kau juga akan menyuruh mereka menyelamatkanku? Karena aku juga bukan kekasihmu,"
"Aku harus sidang-"
"Jadi sidang ini lebih penting dari nyawa seseorang?"
Jiyong mendesah kesal mendengar pertanyaan Lisa yang justru terdengar sebagai sebuah ancaman bagi Jiyong.
"Ne hyungnim!" ucap Taehyung dan Jungkook bersamaan.
"Tunda sidang ini selama yang kalian bisa, aku akan kembali setelah menjemput Jennie," ucap Jiyong, menyerah pada tatapan tajam Lisa.
10 menit lagi sidang akan di mulai dan sekarang Jiyong harus menjemput pembantu pengacaranya yang diculik. Demi Lisa. Hanya agar Lisa tidak membencinya. Jiyong rela menunda sidangnya.
"Aku melakukannya karena kau yang memintanya, bukan karena dia kekasihku, mengerti?" ucap Jiyong pada Lisa sembari menunggu penculik tadi menjawab panggilannya.
"Sepertinya kau memang pria sejati Kwon Jiyong," ucap si penculik itu begitu menjawab panggilan Jiyong pada handphone Jennie.
"Aku berubah pikiran. Aku harus ke persidangan sekarang, tapi kau merusak moodku," balas Jiyong sembari terus menatap Lisa yang hanya berdiri di hadapannya sembari mengamati kuku kukunya yang baru di cat. "Dimana kau?"
Jiyong mematikan panggilan itu, menyuruh Seungri menjaga Lisa, dan menyuruh Taehyung serta Jungkook untuk menunda persidangannya.
"Kau akan pergi sendiri?" tanya Lisa sebelum Jiyong berbalik dan melangkah pergi dari tempat itu.
"Jangan khawatir noonim, Hyungnim adalah petarung terbaik di negri ini," puji Seungri menyela ucapan Jiyong.
Sementara Jiyong pergi menjemput Jennie, Jungkook dan Taehyung bersiap untuk membuat keributan di dalam ruang sidang, agar sidang tersebut tertunda.
"Tsk... kalian akan di penjara kalau melakukan itu," ucap Lisa yang kemudian melangkah keluar. Tersenyum pada seorang pria berjubah hakim yang di kenalnya dan melangkah menghampirinya. Beauty and poison. Keahlian Lisa.
"Annyeonghaseyo hakim Lee Soo Hyuk," sapa Lisa pada si hakim yang baru saja keluar dari lift.
"Ah dr. Yang, apa kabar?"
"Sangat baik, kau akan melakukan sidang untuk sidang ulang kasus pembunuhan Kim Minjoo?"
"Oh! Darimana kau tau?"
"Aku melihatnya di papan pengumuman barusan, tapi sebelum kau pergi ke persidangan, bisakah kita bicara sebentar?"
"Masalah apa ini? Kalau soal sidangnya aku tidak bisa-"
"Ah... aku ingin bicara denganmu dan Jaksa Min sebelum sidang ini dimulai, sebelumnya pengacara terdakwa memintaku menjadi saksi dalam sidang ini tapi aku harus jadi saksi sidang lainnya juga, tidak bisakah kita bicara sebentar? Dengan jaksa Min juga?"
"Apa sangat mendesak?"
"Ya, mengenai bukti yang tidak bisa di pakai," jawab Lisa membuat si hakim tidak bisa menolak, ditambah pakaian Lisa yang selalu membuat darah lawan jenisnya berdesir.
Lisa duduk di sebuah ruangan bersama jaksa yang bertanggung jawab sebagai penuntut di sidang itu— Min Yoongi, dan hakim tengah, hakim Lee Soohyuk.
"Sebelumnya maaf karena membuat kalian harus menunda sidangnya, tapi aku benar benar baru menyelesaikan ini sekarang," ucap Lisa sembari menyerahkan berkas uji DNA yang di dapatnya dari Seungri— milik Jiyong. Hasil analisis dari tes DNA antara darah di atas plastik ganja dan puntung rokok Nam Sungtae.
"Ini tidak bisa dijadikan bukti," ucap jaksa Min setelah melihat berkas itu. Seharusnya mereka tidak boleh bertemu seperti ini, tapi bagaimana? Ketika keduanya terlena pada bahu Lisa yang hanya tertutup sehelai tali tipis.
"Ya, aku tau, karena kita tidak bisa membuktikan plastik ganja itu plastik yang asli atau sudah di manipulasi," jawab Lisa. "Tapi, Nam Sungtae, baru saja memalsukan tes kesehatannya," tambah Lisa sembari memberi mereka sebuah berkas lagi, berkas yang bahkan tidak ia tunjukan pada Jiyong, berkas cadangan untuk membantu Jiyong. "Ini, hasil tesnya di rumah sakit, dan ini foto yang tidak sengaja ku dapatkan,"
Lisa menunjukan sebuah foto di handphonenya pada dua orang di hadapannya. Foto Lisa tengah bersenang-senang dengan member Winner di night club. Tapi bukan itu fokus foto itu. Fokus dalam foto itu adalah Nam Sungtae, yang tengah menyuntikan sesuatu di lengannya.
Bukan kali pertama Lisa membantu Jiyong, dalam diam. Sebelumnya, Lisa sudah membuat Woo Hyungman mau menjadi klien Jiyong. Kemudian menemui Kim Jingyu dan membuat pria itu mau menjadi saksi kejahatan Nam Sungtae dan sekarang mengulur waktu bahkan memberi bukti lain pada Hakim dan Jaksa penuntut.
"Tapi bukan itu niatku sebenarnya meminta bertemu dengan kalian," ucap Lisa sembari menyunggingkan senyuman terbaiknya.
"Mwo? Lisa, kau tau kami harus-"
"Arraseo, aku tau, tapi menemui kalian berdua benar benar sulit, aku tidak punya pilihan lain,"
"Ada apa? Kenapa kau ingin menemui kami?"
"Aku... ingin menuntut istri kedua appaku, karena dia mengirim surat pengunduran diri ke kantorku, tanpa izinku, dia berpura pura jadi aku, memulis surat itu lalu mengirimnya, apa aku bisa menuntutnya? Itu penipuan namanya, atau pencemaran nama baik?" tanya Lisa membuat dua pria itu mendesah kesal. Mereka memang menyukai Lisa, keduanyanya, bahkan Lee Soohyuk pernah menjadi partner kencan buta Lisa. Tapi sesulit apapun Lisa didapatkan, sesuka apapun mereka pada Lisa, dibuat harus menunda sidang karena urusan sepele begini benar benar menyebalkan. "Hhh... baiklah... aku tau ini tidak lebih penting dari sidang kalian, tapi ku pikir kita teman,"
Rajukan Lisa selalu berhasil. Seperti racun dengan tingkat keberhasilan 100%.
Hakim tengah dan Jaksa melangkah memasuki ruang sidang bersamaan dengan datangnya Jiyong dan Jennie. Lisa melihat Jennie tidak terluka sama sekali, namun bagian belakang leher Jiyong berdarah. Sidang baru saja akan di mulai namun Jennie menginterupsi, sebagai seorang pembantu pengacara, gadis itu meminta hakim untuk mengizinkan pengacara Kwon Jiyong keklinik untuk mengobati lukanya.
"Aku baik baik saja, sungguh," ucap Jiyong begitu melihat Lisa masih berdiri di depan ruang sidangnya. Lisa masih menunggu sidang warisan yang harus ia hadiri dimulai.
"He'em aku percaya," jawab Lisa sembari melirik tangan kanan Jiyong yang terluka semakin parah.
"Aku akan membawanya ke klinik-"
"Jangan minum obat yang diberikan perawatnya, kau akan mengantuk nanti," sela Lisa. "Sidangnya tidak boleh di tunda lagi, atau kau akan kehilangan momennya dan kembali kalah,"
"Jennie-ya, bisa kau membelikan obatnya saja? Aku ingin dr. Yang saja yang mengobatiku," ucap Jiyong membuat Jennie sangat ragu.
"Di klinik juga ada dokter-"
"Anniyo, aku tidak ingin mengobati lukaku disana," sela Jiyong sembari menatap Lisa. "Aku tidak suka membuka pakaianku didepan orang lain," lanjutnya, membuat Lisa mengerti kalau Jiyong tidak ingin menunjukan tattoonya pada orang lain lagi.
Jennie tidak punya pilihan lain selain setuju, begitupun dengan Lisa.
"Aku hanya akan memasang perbannya, kau bisa kerumah sakit sendiri setelah sidangnya selesai, lukanya tidak parah, di pukul dengan botol kaca kan?" ucap Lisa sembari membersihkan leher Jiyong yang mengalami beberapa luka sobekan kemudian memasang perbannya. "Pergilah kerumah sakit begitu sidangnya selesai,"
§§§

KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.