§§§
"Aku baru tau kalau CEO sebuah gallery seni ternyata juga berburu babi," ucap Lisa setelah Jiyong menyuruhnya untuk duduk disebelahnya.
"Dan aku juga baru tau kalau putri CEO Yang yang sudah menolak banyak pria kaya ternyata suka bermain ditempat seperti ini," balas Psy yang kemudian mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Lisa. "Lama tidak bertemu Lisa,"
"Ya, tentu saja lama karena kau tidak mengadakan pameran lagi tuan," balas Lisa yang kemudian tersenyum dan membalas jabatan itu.
"Kalian saling kenal?" tanya Jiyong dan Lisa mengangguk.
"Nona cantik ini pengunjung tetap galleriku, dan kurasa sekarang dia akan takut lalu berhenti berkunjung,"
"Lalu hubungan kalian?" tanya Lisa, sama sekali tidak melirik Jiyong, hanya fokus pada pria paruh baya dihadapannya.
"Memang tidak ada dalam kartu keluarga, tapi ibunya adalah adikku, jadi dia keponakanku," jawab Psy membuat Jiyong langsung menatapnya. Lisa terkejut, namun Jiyong sudah lebih dulu bereaksi, tidak memberi Lisa kesempatan untuk berkomentar.
"Hyungnim-"
"Wae? Kau membiarkannya tetap disana, bukankah dia bukan orang sembarangan?" sela Psy membuat Lisa terkekeh kemudian bangkit untuk membuatkan tamu Jiyong kopi.
"Hyungnim, kita bicara untuk-"
"Wae? Kau membuatku kecewa karena tidak mengenalkan kekasihmu dan memanggilku hyungnim didepannya," sela Psy membuat Lisa yang sedang mengaduk kopinya hanya terkekeh. "Tapi Lisa, kau menolak tawaranku waktu itu,"
"Tawaran apa? Sepertinya hubungan kalian bukan hanya pengunjung dan pemilik gallery," tanya Jiyong yang kemudian bangkit untuk menerima dua gelas kopi dari Lisa.
"Eommaku sangat menyukai lukisan lukisan di gallery pamanmu jadi aku sering datang kesana, kalau merindukan eommaku," jawab Lisa sembari kembali duduk, kali ini di sebelah Psy. "Tolong rahasiakan sisanya-"
"Rahasiakan soal apa? Kalau kau selalu datang sambil menangis karena baru saja menolak partner kencan butamu? Atau soal kekasihmu-"
"Cukup Sajjangnim, kau tidak boleh membongkar rahasia pengunjung gallery mu," sela Lisa sembari menghindari tatapan penasaran dari Jiyong.
"Sepertinya kau sudah lebih lama mengenal pamanku dibanding mengenalku," komentar Jiyong yang kemudian hanya meminum kopinya.
"Aku berencana akan mengenalkan kalian setelah firma hukum mu ini stabil, karena ku pikir kau sedang sangat sibuk, tapi sepertinya kau masih punya waktu untuk berkencan," balas Psy, pria itu menghabiskan minumannya kemudian mengambil foto yang Jiyong berikan. "Baiklah, kau harus kembali bekerja pengacara Kwon, atau mungkin kembali berkencan? Aku pergi dulu," lanjutnya kemudian berdiri dari duduknya dan melangkah ke pintu, dimana para pengawalnya tengah menunggu.
"Aku akan berkunjung ke gallery anda," ucap Lisa yang menggantikan Jiyong mengantar Psy ke pintu. Jiyong tengah sibuk dengan pesan masuk dari Seungri sehingga tidak ikut mengantar Psy ke pintu.
"Padahal kau menolak tawaranku untuk mengatur kencan butamu dengan keponakanku, tapi apa ini? Aku benar benar terkejut nona," jawab Psy yang kemudian menepuk bahu Lisa. "Tapi aku senang,"
"Aku jauh lebih terkejut, ternyata anda bukan hanya seorang Sajjangnim," jawab Lisa yang kemudian menoleh karena melihat Jennie berdiri didekat tangga dengan sekotak donat di tangannya.
"Kita bisa mengobrol berdua di tempat yang lebih indah kapan kapan," jawab Psy yang mengikuti arah tatapan Lisa. "Aku akan selalu menunggu kedatanganmu,"
"Ne... annyeonghaseyo Sajjangnim," ucap Lisa yang kemudian membungkuk untuk memberi salam pada Psy. Lisa menunggu Psy menghilang dari pandangannya, sementara Jennie masih berdiri ditangga, hanya menunduk kemudian tersenyum kikuk untuk menyapa Psy yang akan pergi.
Selang beberapa menit kemudian, Lisa berlari ke ruang pribadi Jiyong dan menjatuhkan tubuhnya disana. Menghela nafasnya lega.
"Sekarang aku ingat dimana pertama kali aku melihat tattoo dragon ballmu," ucapnya begitu melihat Jiyong yang menghampirinya dan duduk ditepi ranjang. "Sebelum bekerja di NFL aku pernah melihatnya di tubuh Sajjangnim tadi,"
"Ne? Kenapa kau melihatnya?"
"Bagaimana tidak? Pamanmu sakit dan karena Seunghyun oppa sangat menyukai lukisan di gallerynya, dia mengenalkan kami dan aku jadi sempat jadi dokternya waktu itu, sebelum bekerja di NFL,"
"Ah... Seunghyun?" ucap Jiyong membuat Lisa segera bangun dari baringannya. Lisa baru saja tidak bisa mengontrol ucapannya.
"Bukan- maksudku-"
"Arraseo, kita bicarakan nanti karena sekarang aku harus pergi menemui Seungri," sela Jiyong yang kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah keluar. "Jennie-ya, kau tetap di sini bersama Taehyung dan Jungkook, aku akan pergi menemui klien baru,"
"Baiklah pengacara Kwon,"
"Oppa, kau bisa memanggilku oppa seperti biasanya, kenapa jadi kaku begitu? Lalu kalian, antarkan dr. Yang kalau dia sudah mau pulang," jawab Jiyong sembari menatap Taehyung dan Jungkook yang mengangguk dengan mulut penuh donat.
Jiyong masuk kedalam mobilnya, hendak menemui Seungri yang baru saja mengiriminya sebuah pesan. Namun belum sempat ia menutup pintu mobil mahalnya, Lisa sudah lebih dulu masuk kedalam mobilnya.
"Wae? Aku tidak pergi untuk menghindarimu, aku sungguhan akan menemui Seungri," ucap Jiyong karena Lisa yang tiba tiba ikut duduk bersamanya didalam mobil itu.
"Kalau begitu aku mau ikut," jawab Lisa sembari menutup pintu disebelahnya dan memasang seatbeltnya. "Kemana kau akan menemui Seungri?"
"Turunlah, kali ini kau tidak boleh ikut,"
"Wae?"
"Aku akan pergi ke tempat yang tidak cocok untukmu, jadi tidak perlu ikut,"
"Kemana?"
"Heum... menemui klien, aku sudah bilang kan tadi?"
"Berkelahi? Kau bilang aku harus ikut setiap kali kau mau berkelahi, cepatlah menyetir, manager Lee sudah menunggumu pengacara Kwon," jawab Lisa sembari bersandar pada sandaran kursinya.
"Heish... tapi jangan turun dari mobil, mengerti?" titah Jiyong sebelum ia mulai menyetir mobilnya menjauhi gedung empat lantai itu.
§§§

KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanficBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.