§§§
"Kau sudah mendapat surat damai untuk Jimin?" tanya Jiyong sembari menyetir lamborghini mahalnya dengan Jennie disebelahnya. Baru saja mereka keluar dari penjara.
"Belum, tadi pagi aku kesana dan-"
"Kau harus melakukannya dengan cepat," sela Jiyong, memutar balik mobilnya untuk pergi ke rumah sakit tempat dimana pria yang tidak sengaja Jimin tabrak dirawat.
"Tapi mereka masih terlihat sedih karena-"
"Mereka akan lebih sedih kalau kau melakukannya terlambat. Putra mereka terbaring di rumah sakit tanpa tau penyebabnya, bagaimana kalau pria itu tiba tiba mati? Jimin akan dianggap membunuh dan keluarga korban akan semakin terluka," jelas Jiyong yang moodnya sedikit rusak setelah diremehkan oleh orang yang sama dua kali.
Handphone Jiyong bergetar, dan pria itu memakai earphonenya sebelum menjawab panggilan itu. Ia menjawabnya tanpa melihat nama kontak yang tertera di layar handphonenya.
"Yoboseyo,"
"Hi boy!" sapa Lisa begitu mendengar suara Jiyong. "Kau sedang menyetir sekarang?"
"Ah... dokter Yang?" tanya Jiyong sembari melirik layar handphonenya
"Yup!"
"Ada apa menelponku nona?"
"Aku ingin mendapat beberapa saran hukum dari seorang pengacara, kemana aku harus menelpon?"
"Ah... datang saja kekantorku, sekitar pukul 7 malam,"
"Mungkin aku harus bekerja sampai malam hari ini, bagaimana kalau aku terlambat? Sampai jam berapa kantormu buka pemgacara Kwon?" tanya Lisa, hanya basa basi karena ia sudah tau jawabannya. Karena ia tau kalau Jiyong akan selalu menerima kehadirannya.
"Hubungi saja kalau kau sudah mau datang,"
"Baiklah, kalau begitu terimakasih pengacara Kwon, bye!" jawab Lisa dan langsung mematikan panggilannya. Hanya mendengar suaranya saja Jiyong sudah luar biasa senang. Seakan Lisa dan segala hal yang ada padanya adalah doping yang menambah energinya.
"Klien baru lagi?" tanya Jennie setelah Jiyong melepaskan wireless earphonenya
"Ya, akan datang nanti malam," jawab Jiyong, yang berharap Lisa memang bisa datang setiap malam.
Jennie sama sekali tidak curiga, hanya klien, dan ia pun tidak punya alasan untuk khawatir karena sejauh yang diketahuinya, semua orang disekitar Jiyong adalah pria. Kenapa juga Jennie harus curiga? Ia tidak boleh menyukai atasannya.
Jennie terkejut, karena dengan sangat lembut Jiyong mendapatkan tanda tangan di surat damai tersebut. Tidak sampai 30 menit, Jiyong menyapa dan mendapatkan tanda tangan di surat damainya. Jennie terkejut, karena hanya dengan kata kata yang keluar dari mulutnya, Jiyong seakan bisa mendapatkan semua yang diinginkannya.
"Kau hanya perlu bicara, mudah kan?" ucap Jiyong sembari memberikan berkas yang baru saja ditanda tangani itu pada Jennie. "Kau hanya perlu mengurus sisanya,"
"Ne... gomawo oppa,"
"Hm... kalau begitu sekarang kita bisa kembali kekantor,"
"Oppa, bolehkah aku pergi ke tempat Jimin sekarang?" tanya Jennie, ingin segera menunjukan kemampuannya pada Jiyong. "Hm... baiklah,"
Sementara Jennie menyelesaikan urusannya untuk kasus kecelakaan Jimin, Jiyong kembali kekantornya. Kembali membaca dua kasus besar yang sangat ingin di selesaikannya.
"Ini yang anda minta Hyungnim," ucap Taehyung sembari memberikan tiga batang rokok yang sudah dihisap sampai habis dan hanya menyisakan filternya saja. "Tapi untuk apa rokok ini Hyungnim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.