28

2.3K 309 4
                                    

§§§

"Kau pasti Kwon Jiyong,"

"Dan kau pasti Yang Seunghyun,"

"Choi Seunghyun, eommaku memang menikah lagi dengan tuan Yang tapi aku tidak mengganti namaku,"

"Ah ne... lalu kenapa kau memanggilku?" tanya Jiyong yang entah kenapa tidak dapat berpura-pura baik. Yang entah kenapa ingin segera pergi dari hadapan pria tampan di depannya. Pria itu terlihat luar biasa, bahkan bagi Jiyong yang biasanya sangat percaya diri.

Bagaimana Jiyong bisa tetap percaya diri? Lisa menangisi pria itu, Lisa masih mencintai pria itu dan pria itu pun kelihatan masih mencintainya, hanya keadaan yang membuat mereka tidak bisa bersama. Ditambah wajah pria itu yang bagi Jiyong saja terlihat tampan, pria itu terlihat sangat berkarisma, terlihat sangat cocok untuk Lisa, dari segi apapun. Hal yang pasti membuat Jiyong kehilangan kepercayaan dirinya adalah, pria itu— Choi Seunghyun— terlihat seperti pria baik, pria yang akan melakukan apapun untuk Lisa, pria yang tidak pernah melakukan tindak kejahatan, pria baik baik yang bisa menjadi pasangan sempurna untuk Lisa.

"Kau yang menjawab telponku pagi itu, iya kan? Aku tidak bisa melupakan suaramu," ucap Seunghyun, keduanya terperangkap dalam suasana canggung yang mereka buat sendiri. Jiyong masih diam, masih menunggu kata selanjutnya yang akan di ucapkan Seunghyun. "Ng... ku dengar kau keponakan Park Sajjangnim, kemarin aku ke gallerinya dan kami bertemu. Ku dengar darinya kalau kau dan Lisa- kalau kau dan adikku berkencan," lanjutnya membuat Jiyong menaikan sebelah alisnya. Bisa bisanya pamannya mengatakan itu pada Seunghyun.

"Park Sajjangnim bilang begitu? Tidak perlu khawatir, aku tidak-"

"Lisa, tidak pernah berkencan dengan pria lain selain denganku. Ya... kalau dia membual soal kencan butanya, dia memang sudah berkali kali pergi kencan buta tapi dia tidak pernah menemui pria pria itu setelah pertemuan pertama mereka. Lisa- aku akan menikah, beberapa bulan lagi dan itu pasti akan sangat sulit bagi Lisa jadi dengan sangat egois dan tidak tau malu bisakah aku memintamu untuk mengisi tempat kosong yang ku tinggalkan?"

"Kenapa kau menikah?" tanya Jiyong yang kemudian duduk di salah satu bangku di lorong itu. "Dari yang ku lihat kau juga tidak bisa melupakannya, Lisa... juga satu satunya gadis yang pernah kau kencani?" tanya Jiyong, hanya memancing agar Seunghyun memberitaunya lebih banyak lagi hubungan mereka. Menyakitkan memang, tapi bisa jadi itu akan berguna nantinya.

"Kami tidak bisa bersama, kau tau itu, orangtua kami sudah menikah dan orangtua kami juga tidak akan senang kalau mengetahui soal ini jadi- toh kami tidak akan bisa hidup bersama seperti ini terus, jadi sebelum semuanya semakin sulit, aku akan menikah,"

"Dan melukai Lisa?"

"Kita bukan teman yang pantas untuk saling meminta tolong tapi bisakah kau menolongku? Aku sudah melukai Lisa jadi tolong-"

"Menyembuhkan lukanya? Kenapa kau berfikir aku bisa melakukan itu? Aku bahkan bukan dokter,"

"Kau pernah melihat Lisa makan bersama teman temannya? Bukan minum minum di night club. Pernah melihat Lisa meminta seseorang menjemputnya- atau pernah melihat Lisa pulang dan pergi bersama seseorang? Dia bahkan mengizinkanmu membantunya mencari tempat tinggal. Lisa... tidak melakukan itu pada sembarang orang, dan saat kau menjawab telponnya pagi itu, aku yakin kalau Lisa mau membuka dirinya untukmu,"

Tidak ada yang berubah. Rasa percaya dirinya yang hilang karena Seunghyun memang tidak kembali, tapi Jiyong seakan mendapat kesempatan untuk merebut Lisa— dari Seunghyun dan tanpa ada perlawanan apapun dari Seunghyun.

Sebuah panggilan masuk menginterupsi obrolan Jiyong dan Seunghyun. Sebuah panggilan dari Lisa.

"Dimana?" tanya Lisa begitu Jiyong menjawab panggilannya.

BelladonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang