22

2.3K 327 8
                                    

§§§

"Bagaimana perkembangan kasus pembunuhan calon walikota itu?" tanya Lisa pada Taehyung dan Jungkook yang benar benar datang kerumahnya setelah disuruh Jiyong.

"Noonim tau soal kasus itu?" tanya Taehyung sembari merapihkan beberapa buku di rak yang sudah ia bersihkan sebelumnya.

"Hm... pengacara Kwon sempat membicarakannya,"

"Ahh... begitu? Sekarang kami sedang mencari pembunuh sebenarnya,"

"Pembunuh sebenarnya?" ulang Lisa sembari menghentikan gerakannya menyusun kotak sepatu di rak dekat pintu masuk. "Jadi benar benar bukan dektektif Woo pembunuhnya?"

Mengingat alasan Jiyong mengambil kasus itu membuat Lisa khawatir. Takut Jiyong ikut melakukan sebuah kejahatan hanya untuk dendamnya. Walaupun perbuatan Woo Hyungman itu memang tidak bisa dimaafkan.

"Ne, seorang pembunuh bayaran, hyungnim sedang mencarinya sekarang,"

"Bukankah itu berbahaya?"

"Jangan khawatir noonim, kami akan melindungi hyungnim," jawab Jungkook, terdengar seperti bualan untuk Lisa tapi gadis itu hanya mengangguk, setidaknya mereka terdengar seperti pengikut yang setia.

"Setelah disini selesai, apa noonim akan kembali bekerja? Sore ini hyungnim akan melakukan sesuatu yang berbahaya dengan Manager Lee,"

"Sesuatu yang berbahaya?"

"Heish kau harusnya tidak mengatakan apapun!" tegur Taehyung pada Jungkook. "Anniyo noonim, hyungnim hanya akan pergi untuk menjemput seseorang, seorang rentenir yang terkena masalah dengan gengnya dan akan memakai jasa hyungnim sebagai pengacaranya,"

"Pengacara Kwon juga melakukan hal illegal?"

"Hal illegal?" ulang Jungkook membuat Lisa menggeleng.

"Akan ku tanya sendiri pada pengacara Kwon nanti,"

Sementara Lisa sibuk dengan apartementnya, Jiyong baru saja menginjakan kakinya di kantor bersamaan dengan Jennie yang baru duduk di kursinya. Suasana terasa canggung untuk Jennie, terasa sangat canggung untuk gadis itu. Namun yang Jiyong seakan tidak peduli terus melangkah masuk dengan senyuman diwajahnya.

"Good morning Jennie," sapa Jiyong sembari melangkah kedalam ruang pribadinya.

"Selamat pagi pengacara Kwon," balas Jennie, sangat gugup, malu dan sedih, semuanya bercampur menjadi satu di dadanya. Ia mengingat dengan jelas bagaimana ia menelpon Jiyong dan mencium seseorang yang menjemputnya.

"Kau tidur dengan nyenyak semalam? Kau sangat mabuk semalam," ucap Jiyong, hanya berbasa basi tanpa berniat mendengar jawaban Jennie. Pria itu langsung masuk kedalam ruang pribadinya didalam lemari dan merebahkan tubuhnya disana, lelah karena duduk dimobilnya semalaman.

"Ng- pengacara Kwon," tegur Jennie setelah mengetuk lemari kayu yang berdiri tegak membagi dua ruang itu.

"Ne?" tanya Jiyong yang langsung duduk begitu menyadari kehadiran Jennie. "Ada apa?"

"Soal semalam-"

"Tidak perlu di pikirkan, kau hanya mabuk, dan tidak ada masalah. Aku mengerti, tapi lain kali jangan minum terlalu banyak, hm?" sela Jiyong yang kemudian berdiri dari ranjangnya, berjalan menjauhi ranjangnya untuk meraih pintu lemarinya. "Dan kalau tidak ada yang penting, aku ingin tidur sebentar,"

"Ah ne,"

"Bangunkan aku kalau nanti ada yang datang mencariku," ucap Jiyong yang kemudian mengganti kemejanya dengan sebuah jacket berhoodie hitam. Jennie menelan ludahnya melihat tubuh Jiyong, tidak begitu berotot tapi terlihat sangat kuat, terlihat kurus tapi mempesona. Benarkah semalam ia tidur dengan pria mempesona ini?

Jiyong bangun sekitar pukul 11, membersihkan tubuhnya kemudian bersiap. Dan disaat itu, Lisa datang bersama Taehyung dan Jungkook.

"Dimana hyungnim, pengacara Kim?" tanya Taehyung pada Jennie yang hanya diam melihat Lisa.

"Semalam aku membatalkan janjiku, jadi sekarang aku datang, kalau kau penasaran," ucap Lisa sembari membalasan tatapan bingung Jennie, tatapan merasa terancam.

Lisa melangkah mendekati ruang pribadi Jiyong, mengetuk lemari pembatasan namun tidak melihat Jiyong diatas ranjang.

"Hei pengacara Kwon, kau masih ti- dur?" ucap Lisa, sedikit terkejut karena Jiyong yang tiba tiba menutup pintu lemari dan menariknya mendekat. Memeluknya.

"Sampai beberapa menit lalu memang masih tidur," jawab Jiyong yang kemudian memeluk erat pinggang Lisa. Rambutnya masih setengah basah karena hanya di keringkan dengan handuk, dan kancing kemeja hitamnya belum sepenuhnya terpasang. "Kenapa kau kesini? Merindukanku?"

"Anggap saja begitu kalau itu bisa membuatmu senang," jawab Lisa yang kemudian mengulurkan tangannya untuk mengancingkan kemeja Jiyong. "Mana manager Lee?"

"Kenapa kau mencarinya?" Jiyong mencium bibir Lisa yang tidak dapat di tolaknya. Mencium bibir itu dan meluapkan segala emosinya semalam, membuat Lisa larut dalam ciuman itu dan ikut membalas ciumannya. Menikmati bibir masing-masing seakan tidak ada lagi hari esok untuk mereka.

"Kurasa kita harus berhenti, ada banyak orang disini," ucap Lisa setelah mendorong Jiyong untuk menghentikan ciuman mereka.

Jiyong terkekeh, akan menanggapi namun kemudian terdengar suara yang sangat familiar didepan.

"Sepertinya tamuku sudah datang, tunggulah disini, mengerti?" ucap Jiyong yang kemudian mengambil asal jasnya dan memakainya sembari berjalan keluar.

"Woah... annyeonghaseyo hyungnim!" sapa Jiyong sembari menyisir asal rambutnya dengan jari. "Taehyung, pergilah dengan Jungkook untuk mengantar pengacara Kim membeli camilan," lanjutnya, mengusir tiga bawahannya sekaligus.

"Maaf, ku pikir kau akan datang di jam makan siang nanti hyungnim," ucap Jiyong sembari mempersilahkan tamunya untuk duduk—Psy.

"Jadi mereka karyawanmu?"

"Ne,"

"Kau yakin manager Kim saja sudah cukup? Aku bisa mengirim orang lagi kesini,"

"Tidak perlu, manager Lee saja cukup, tapi Hyungnim, bisakah kau membantuku?"

"Itu alasanku datang kesini,"

"Padahal aku bisa datang ketempatmu, kenapa kau repot repot datang kesini? Aku ingin kau membantuku, mencari seseorang,"

"Siapa?" tanya Psy namun Jiyong justru bangun dan berjalan ke ruang pribadinya, mengambilkan foto pria yang ingin ditemukannya.

"Jadi mereka geng yang mendukungmu pengacara Kwon?" tanya Lisa yang menunggu sembari duduk di atas ranjang Jiyong.

"Tunggu sebentar hyungnim!" teriak Jiyong dari dalam ruang pribadinya sembari bergerak mencari sebuah foto di laci. "Kau ingin keluar dan menyapa? Tetap disini juga tidak apa apa, hanya sebentar," ujar Jiyong setelah mendapatkan barang yang dicarinya kemudian mengecup singkat bibir Lisa dan kembali keluar.

Jiyong meminta pamannya untuk mencarikan seseorang— mencarikan si pembunuh bayaran yang sudah menjebak kliennya.

"Hanya ini?" tanya Psy setelah melihat foto yang Jiyong berikan

"Untuk sekarang hanya dia, dalam keadaan hidup,"

"Kau butuh babi dalam keadaan hidup?" tanya Psy membuat Jiyong menaikan sebelah alisnya kemudian mengikuti arah tatapan Psy, Lisa berdiri disana, keluar dari ruang pribadi Jiyong dan berdiri di sebelah meja kerja Jiyong yang penuh dengan berkas-berkas kasus.

§§§

BelladonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang