§§§
Jiyong meninggalkan Lisa. Terlalu marah sampai tidak bisa memberi Lisa kesempatan untuk menjelaskan maksudnya.
Jiyong pikir Lisa mengerti.
Karena Lisa hanya diam malam itu, Jiyong pikir Lisa mengerti.
Lisa mengejar Jiyong pun sia sia, pria itu pergi dengan mobilnya, sementara mobil Lisa masih berada di firma hukum Jiyong. Matahari belum tenggelam, jadi Lisa pikir Jiyong pasti ke firma hukumnya.
"Jiyong sudah kembali?" tanya Lisa begitu masuk ke dalam firma hukumnya. Mengejutkan Jennie dan Taehyung yang tengah bicara—berdua dan entah membicarakan apa, Lisa pun tidak peduli.
"Be- lum?" ucap Taehyung sedikit gugup, pria itu berjalan menjauhi Jennie dan mendekat pada Lisa. "Ada apa noonim?"
"Telpon aku begitu dia kembali," suruh Lisa yang kemudian kembali melangkah keluar, terburu-buru. "Dan kirimkan aku nomor telpon Manager Lee,"
Lisa tidak tau kemana tempat yang mungkin di datangi Jiyong. Lisa sama sekali tidak punya ide dimana Jiyong sekarang, bisa saja Jiyong ada di galleri seni pamannya namun Lisa tidak pernah melihatnya disana, dan bisa saja sekarang Jiyong tengah menemui pembunuh ibunya.
"Dimana kau sekarang?" tanyanya begitu Seungri menjawab panggilannya.
"Rumah sakit, tulang rusukku patah dan-"
"Pengacara Kwon disana?"
"Tidak, Jungkook disini, ada apa?"
"Hubungi aku kalau kau bertemu dengan Jiyong,"
"Apa yang terjadi noonim? Apa hyungnim baik baik saja? Lukanya-"
"Ya, dia baik, maksudku lukanya baik baik saja, aku hanya tidak bisa menelponnya," ucap Lisa hendak mengakhiri panggilan itu. "Hubungi aku kalau kau bertemu dengannya, arraseo?"
Dengan banyak pertimbangan, Lisa akhirnya pergi ke penjara. Mencari Jiyong tapi tidak menemukannya disana. Ia sudah terlanjur tiba di penjara hingga akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Woo Hyungman lebih dulu sebelum pergi.
"Kau datang lagi nona pengacara," ucap pria paruh baya itu ketika melihat Lisa duduk dibalik dinding kaca.
"Ne, kita bertemu lagi, apa tadi pengacara Kwon datang kesini?"
"Tidak, tapi... kau membohongiku, kau bukan rekan pengacara Kwon, bukan pengacara pembantu seperti yang terakhir kali kau katakan," ucap pria itu, melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Heum... ya, dan kau baru menyadarinya? Berarti kau sudah bertemu pengacara Kim yang asli. Kalau begitu, mari kita ulang, aku Lalisa Yang, dokter forensik yang menulis laporan kematian calon walikota,"
"Dan alasanmu datang kemari?"
"Entahlah, bagiamana menurutmu?"
"Mana pengacara Kwon? Berpura pura menjadi pengacara juga sebuah kejahatan,"
"Entahlah, bukankah seharusnya kau tau kalau membelamu terlalu berat untuknya?" tanya Lisa, tanpa menuntut jawaban, tanpa menatap pria dihadapannya. "Dia sedang berkeliaran di luar mencari bukti, untuk membebaskanmu, orang yang seharusnya melindunginya justru sudah menghancurkan hidupnya, wae? Karena dia seorang pengacara,"
Woo Hyungman terdiam. Tidak punya sepatah katapun untuk di ucapkan. Bagaimana tidak? Ia hampir gila karena harus memohon pada orang yang sudah pernah di sakitinya.
"Ketika kau membunuh eommanya, didepan matanya, dan menyamarkannya sebagai kasus pembunuhan- tsk... kau sangat keterlaluan. Tapi seharusnya, saat itu, kau membunuhnya juga,"
"Aku- siapa kau sebenarnya?"
"Empat tahun lalu, kau juga hampir membuatku membunuh appaku sendiri, kau bilang kalau appaku membunuh eommaku— dengan melepas selang oksigennya, tapi apa kau tau? Hasil otopsi- cih. Aku bahkan memaksa appaku untuk melakukan otopsi pada tubuh eommaku. Hasil otopsi bilang, eommaku... eommaku meninggal karena shock setelah operasi, bukan karena selang oksigennya. Kenapa kau sangat senang menghancurkan hubungan seseorang? Untuk uang? Untuk mengobati istrimu? Kalau dia tau darimana asal uangmu, akankah dia segera sembuh?"
"Kau- kau- Lalisa Yang?"
"Akhirnya kau mengenaliku, jangan memanggil namaku dengan mulut kotormu itu. Aku membencimu, karena kau hampir membuatku jadi pembunuh sepertimu," Lisa tidak peduli, ia hanya ingin mengatakan semua yang selama ini tertahan dalam kepalanya. "Tapi kira-kira, bagaimana perasaan pengacara Kwon sekarang? Dia berusaha sangat keras untuk membebaskanmu, menurutmu, apa yang akan di lakukannya setelah membebaskanmu?"
"Aku... tidak ingin hidup lebih lama lagi, istriku sedang kritis sekarang, dan kalau pengacara Kwon membiarkanku menemani istriku- sebelum- sebelum istriku meninggal, akan ku berikan segalanya, akan ku berikan nyawaku untuknya,"
"Memberinya nyawamu? Tentu saja kau harus memberi nyawamu pada putra- anniyo, kau bahkan tidak cocok menjadi appanya. Kau harus memberi nyawamu untuk pengacaramu, kau harus membayar jasanya dengan nyawamu, jadi... ketika ia ingin membunuhmu- bunuh dirimu sendiri, jangan membuatnya jadi pembunuh sepertimu. Kau tau? Aku bisa membuat hidupmu serasa seperti di neraka, kalau kau menusuknya dari belakang setelah membunuhnya 20 tahun lalu,"
Lisa meninggalkan bangunan mengerikan itu. Hendak kembali mencari Jiyong setelah meluapkan segala emosinya didalam sana. Namun langkahnya terhenti, didepan pintu gerbang penjara. Langkahnya terhenti karena Jiyong berdiri dihadapannya. Jiyong memang ingin menemui Woo Hyungman, tapi setelah ia menenangkan dirinya, menemui pria itu untuk mengingatkan dirinya akan dendam yang sudah 20 tahun ini di tahannya.
"Sudah ku duga kau akan kesini... Tidak perlu menemuinya, aku bisa memberikan apa yang kau butuhkan sekarang," ucap Lisa begitu matanya bertemu dengan mata Jiyong, yang sembab, yang memerah setelah menangis.
"Tau apa kau soal yang kubutuhkan, minggir, kau menghalangi pintunya," ucap Jiyong dengan nada ketusnya— meremehkan.
"Lalu bagaimana denganmu? Kau tau apa yang kau butuhkan?" balas Lisa. "Kau menganggapnya balas dendam, kau sangat ingin membunuh keparat yang sudah membunuh eommamu. Selama 20 tahun terakhir, kau pasti mengira itu yang sungguh kau butuhkan. Kau masih berfikir aku tidak mengerti perasaanmu? Aku... juga sudah kehilangan eommaku, dan ketika itu terjadi... bahkan sampai sekarang, aku tidak mempecayainya,"
"Kau tidak mengerti, bagaimana rasanya melihat orang yang sudah membunuh eommamu hidup bahagia dengan istri-"
"Kau ingin kita beradu kesedihan? Siapa yang paling menyedihkan diantara kita? Ne... kalau begitu kau menang, kau yang paling menyedihkan. Kesedihanku tidak ada apa apanya dibanding denganmu. Tapi apa itu berarti aku tidak sedih? Hidupku, juga behenti... bersamaan dengan jantung eommaku yang berhenti berdetak, sama sepertimu," Lisa mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Jiyong, menyentuhnya dengan sangat hati hati seakan lengan pria itu adalah keramik rapuh yang sangat mudah hancur. "Aku tidak sedang menghakimimu, aku tidak punya hak untuk itu, tapi... apa yang akan kau lakukan padanya setelah membebaskannya? Membunuhnya? Kau punya dua hari, hari ini dan besok untuk memikirkannya, benarkah kematiannya yang kau butuhkan?"
Jiyong tidak menjawab.
Matanya bergetar dan dalam hitungan detik, pria itu berbalik, memunggungi Lisa agar gadis itu tidak melihat air matanya jatuh.
§§§
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.