§§§
Jiyong menerima Jennie sebagai pembantu pengacaranya. Gadis yang berdandan layaknya seorang wanita terpelajar kaya raya itu ternyata tidak seluar biasa kelihatannya. Orangtuanya punya bisnis tteokbboki kecil di tengah pasar dekat firma hukum yang baru Jiyong dirikan 7 hari lalu. Gadis itu baru saja bermasalah dengan seorang hakim sehingga ia di skors selama 6 bulan dari firma hukumnya.
Matahari terbenam, Jiyong menyuruh ketiga bawahannya untuk pulang dan tentu saja tidak ada yang melawan. Tidak lama berselang, seorang pria yang lebih tua darinya datang ke firma hukum bobrok itu. Seorang pria yang hampir berumur 50 tahunan melangkah dengan senyum diwajahnya.
"Oh! Selamat atas tempat ini pemgacara Kwon," ucap sang pria yang di ikuti beberapa pengawal itu.
Jiyong tersenyum, membalas sapaan serta pujian pria yang dia puluh tahun terakhir ini merawat dan mengantikan posisi kedua orangtuanya. Park Jaesang namanya, namun orang-orang termasuk Jiyong lebih sering memanggilnya Psy.
Psy adalah seorang ketua geng paling besar disana. Kekayaannya tersebar diseluruh penjuru negri, baik yang legal seperti tempat karaoke dan bisnis pinjaman maupun bisnis illegal lainnya.
Sebelumnya Jiyong hanya tinggal bersama ibunya, di bangunan tua itu sampai usianya menginjak 7 tahun. Ibunya seorang Jaksa penuntut, yang dipecat dan memulai karir menjadi seorang pengacara. Keduanya sama sekali tidak berhubungan dengan Psy—karena Psy seorang gangster—hingga sang ibu meninggal dan menyuruh Jiyong untuk menemui Psy, satu-satunya keluarga mereka saat itu. Psy adalah kakak satu satunya dari ibu Jiyong, dan satu satunya orang yang bisa ia percayai untuk menjaga Jiyong setelah ia meninggal.
"Kenapa kau kembali kesini?" tanya Psy pada keponakannya yang sekarang menginjak usia 27 tahun.
"Aku ingin membuka firma hukumku sendiri,"
"Ditempat yang sama dengan eommamu?"
"Ya... di tempat aku terakhir kali bertemu dengannya,"
Seusai mengobrol beberapa waktu, seperginya Psy dari tempat itu, Jiyong menyuruh Lee Seungri—orang kepercayaan Jiyong yang di kirim langsung oleh Psy untuk menjaga Jiyong—pergi dari tempat itu. Meninggalkannya sendirian. Memberinya waktu untuk mengenang ibunya dan kebahagiaan masa kecilnya yang langsung lenyap begitu melihat ibunya meninggal.
Sementara Jiyong tengah bersedih. Lalisa Yang justru tengah sibuk dengan gelas beakker dan tabung reaksinya. Mencapur berbagai cairan disana, mengaduknya dengan spatula kaca, kemudian mencicipinya.
"Ini," ucapnya sembari memberikan segelas minuman pada Nam Joohyuk. Segelas kopi didalam gelas beakker.
"Apa ini?" tanya pria yang baru saja tiba dan tidak melihat Lisa meracik minumannya.
"Racun," jawab gadis itu sembari tersenyum seperti biasanya. Saat itu sudah pukul 10 malam dan Lisa masih senang berada di laboratoriumnya, masih senang bermain main dengan segala jenis obat dan zat yang harus di analisisnya. Alih-alih mendengarkan musik baru di perusahaan ayahny, Lisa lebih suka mendengar suara air yang dituang kedalam gelas beakker, suara air mendidih diatas hotplatenya, atau suara sentrifusnya yang berputar ratusan kali permenit. "Jadi, ada apa kau kesini? Ruang otopsimu terlalu dingin dan membuatmu kesepian?"
"Ini kopi," jawab Joohyuk
"Hm... lalu?"
"Aku ingin tau apa kau sibuk atau tidak,"
"Dan kalau tidak?"
"Bantu aku,"
"Mengotopsi? Hhh... baiklah, asal kau menutup mulutmu dan tidak membentakku,"
"Setuju, ku tunggu di ruang otopsi 5, 30 menit lagi," jawab Joohyuk sembari menenggak habis kopinya dan mengembalikan gelas beakkernya pada Lisa. Mereka tidak di izinkan memakai peralatan lab untuk makan dan minum. Terlalu berbaya jika terjadi kontaminasi dan keracunan. Sayangnya siapa yang bisa melarang Lisa? Gadis itu sampai membeli satu set peralatannya sendiri hanyauntuk bermain dengan racun racun buatannya yang bisa di minum.
Di menit ke tiga puluh, Lisa melangkah masuk kedalam ruang otopsi dengan pakaian khususnya, pakaian biru dan jubah operasinya.
"Dimana kameranya? Ah itu dia," tanya dan jawab Lisa sendiri, gadis itu melangkah sembari memakai maskernya kemudian meraih kameranya. Bukan pertama kali, Nam Joohyuk yang akan membedah dan Lisa yang akan mengambil fotonya. Joohyuk memiliki timnya sendiri, memiliki asistennya sendiri namun di jam hampir tengah malam ini, tidak ada orang lain yang bisa ia mintai tolong selain Lisa. Karena orang lain yang masih di gedung itu masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
"Akan ku mulai," ucap Joohyuk yang hanya Lisa jawab dengan sebuah anggukan kecil. Pria itu mulai mengambil pisau bedahnya, kemudian menyayat daerah tengah leher hingga dada dan perut gadis yang terbaring kaku diatas meja otopsinya.
Lisa mengambil gambar setiap kali Joohyuk menyuruhnya, mengambil puluhan gambar dari tubuh gadis yang sudah meninggal itu.
Kasihan. Tapi itu satu satunya cara untuk mengetahui alasan kematiannya. Karena korban tidak akan menjawab bahkan setelah ditanya ribuan kali.
"Ini bukan pemerkosaan," guman Joohyuk dan Lisa hanya diam. "Vaginanya sehat, tidak ada tanda tanda ia penganiayaan, kecuali patah tulang di pangkal paha. Titik cideranya 60 cm diatas tanah. Kalau ini kecelakaan berarti mobil yang menabrak..."
"Jenis SUV," gumam Lisa, memberi jawaban atas pertanyaan yang sedang di pikirkan senior di hadapannya. "Lampu depan dan bempernya pasti rusak sekarang,"
Seusai membantu Joohyuk yang akhirnya selesai di pukul 12 malam, Lisa pergi meninggalkan gedung itu untuk menemui teman-temannya di sebuah night club di kawasan Hongdae. Masih dengan hotpans dan kemeja oversizenya, gadis itu melangkah masuk kedalam night club yang dijanjikan. Mino dan Bobby seharusnya sudah menunggu didalam namun Lisa tidak dapat menemukan mereka ditempat biasanya mereka duduk. Mino dan Bobby adalah artis yang bekerja di agensi ayahnya, ketiganya bertemu ketika Lisa masih sering berkunjung ke agensi hingga sekarang mereka akhirnya berteman.
"Oh! Pengacara Kwon? Iya kan?" ucap Lisa ketika secara tidak sengaja, ia hampir menabrak Jiyong yang akan pergi dari night club itu. "Apa yang kau lakukan disini? Bersenang senang?"
"Oh, hallo, dokter Lalisa, iya kan?"
"He'em... kau sudah akan pergi?"
"Ya, aku hanya menemui klienku disini," bohong Jiyong yang sebenarnya datang untuk berburu.
"Semalam ini? Woah... kau pekerja keras pengacara Kwon," puji gadis itu sembari menepuk bahu Jiyong. "Kalau begitu, kau mau bersenang senang disini atau langsung pulang?"
Jiyong berfikir sejenak, ingin tetap disana tapi takut nama baiknya rusak didepan seorang dari NFL. Bisa saja setelah ini NFL tidak mau bekerja sama dengannya lagi. Rumor mudah menyebar dan dimatanya Lisa terlihat sangat hebat dalam hal membicarakan orang lain. Seorang pengacara bersenang senang di night club, itu akan jadi gosip yang sangat menarik.
"Bergabunglah, tidak akan ku katakan pada siapapun kalau seorang pengacara bermain disini," ucap Lisa seakan bisa membaca pikiran Jiyong. "Toh tidak akan ada orang yang tau kalau kau pengacara disini, selain aku dan klienmu,"
§§§
Ini cerita Lee Joongi dari lawless lawyer sama Stella Hwang dari investigator couple. Mempertemukan tokoh dari dua drama
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.