§§§
Seharusnya masih ada dua sidang. Namun di sidang kali ini, Jiyong bisa membawa pelaku sebenarnya. Dalam bentuk rekaman selama pelaku sebenarnya mengakui kejahatannya. Karena itu, hari ini Woo Hyungman di nyatakan tidak bersalah, ia di bebaskan.
Semua orang senang karena pada akhirnya Jiyong menang dalam persidangan itu. Menang melawan sang Jaksa penuntut. Namun sampai sidang selesai, Jiyong tidak dapat melihat Lisa. Setelah kemarin mereka bertemu di penjara dan berpisah disana, Jiyong tidak melihat Lisa.
"Terimakasih, karena sudah membebaskanku, tapi dimana kekasihmu?" tanya Woo Hyungman seusai sidang. Pria itu sudah tidak lagi memakai pakaian tahanannya dan bisa menghirup udara segar di luar penjara.
"Kekasihku?"
"Ne, dr. Yang, dimana dia? Kemarin lusa dia menemuiku dan... aku ingin meminta maaf padanya,"
"Apa yang kau lakukan padanya sampai harus minta maaf padanya? Dan kenapa dia menemuimu kemarin? Kau menemuinya tanpa mengatakan apapun padaku?"
Hyungman menceritakan bagaimana Lisa yang datang mengunjunginya dan berpura pura menjadi Jennie, pembantu pengacara Jiyong. Ia menberitau alasannya menerima Jiyong sebagai pengacara— karena Lisa— dan mengatakan secara garis besar bagaimana ia mencurigai Yang Hyunsuk telah membunuh istrinya sendiri.
"Seorang reporter tidak sengaja mendapatkan foto Yang Hyunsuk bersama wanita lain, di hari istrinya meninggal, ia juga menjadi orang yang terakhir masuk kedalam ruang rawat. Jadi aku mengancam Yang Hyunsuk, aku bilang aku mencurigainya karena selingkuh dan membunuh istrinya, Yang Hyunsuk memberiku uang dan aku memberikan semua berkas yang ku punya. Tapi siapa sangka kalau 5 bulan setelah istrinya menikah, dia menikah lagi. Dan ternyata putrinya menemukan semua berkas yang ku jual pada Yang Hyunsuk. Putrinya menemuiku dan aku menjual informasi itu lagi padanya. Saat itu, putrinya seorang gadis yang manis, tidak sedingin sekarang, gadis rapuh yang masih tetap tersenyum meski kehilangan ibunya,"
"Kau benar-benar iblis," komentar Jiyong setelah mendengar semua cerita itu. Ada banyak hal yang menempa Lisa, sudah ada banyak pukulan yang membuat Lisa menjadi pedang yang sangat tajam.
Sebuah panggilan masuk di handphone Jiyong menyela obrolan mereka. Sebuah panggilan dari Lisa.
"Kau bersama Woo Hyungman? Katakan padanya untuk cepat datang kerumah sakit, keadaan istrinya memburuk," ucap Lisa berusaha terdengar sangat tenang, walaupun Jiyong tetap dapat merasakan getaran dari suaranya. Lisa gugup. Lisa panik, tapi menekan semua perasaan itu dalam-dalam.
Woo Hyungman tidak dapat menahan air mata dan rasa khawatirnya begitu mendengar kabar dari Jiyong. Keduanya pergi ke rumah sakit, dan begitu tiba disana, Woo Hyungman langsung memeluk istrinya yang berusaha untuk tersenyum.
"Sejak kapan kau disini?" bisik Jiyong yang perlahan masuk kedalam ruang rawat itu dan berdiri disebelah Lisa.
"Kemarin malam, kesehatannya sudah menurun sejak kemarin malam," balas Lisa yang juga berbisik, sangat pelan hingga sepasang suami istri didepan mereka tidak dapat mendengarnya.
"Sayang, sekarang semuanya sudah selesai," ucap nyonya Woo dengan suara yang terdengar sangat rapuh. "Kau tidak bersalah... semuanya sudah selesai... sekarang, kau harus memohon ampun atas kejahatanmu di masa lalu. Terimakasih karena tidak pernah menyerah terhadapku, terimakasih karena tidak pernah meninggalkanku... sekarang, kau harus menebus semua kesalahanmu, hm? Berjanji padaku kau akan memohon ampun atas kesalahanmu, hm?" pinta wanita yang sudah tidak punya banyak tenaga hanya untuk sekedar mengangkat tangannya dan membelai wajah suaminya.
Lisa tidak sanggup melihatnya. Gadis itu sedikit goyah, menabrak bahu Jiyong, kemudian melangkah keluar dari ruang rawat. Melihat nyonya Woo rasanya seperti melihat ibunya.
Lisa tidak disana ketika ibunya meninggal, gadis itu berada di ruang operasi ketika ibunya tiba tiba meninggal. Rasa bersalahnya, rasa sedihnya, rasa kehilangan yang membuatnya sangat frustasi itu membuatnya dengan mudah mempercayai Hyungman. Mempercayai kalau ayahnya yang tetap bersama ibunya disaat saat terakhir itu telah membunuh ibunya.
Suara melengking dari mesin deteksi denyut jantung berbunyi begitu jantung nyonya Woo berhenti berdetak. Tangis Woo Hyungman pecah begitu juga dengan Lisa yang jatuh tepat sebelum menutup pintu ruang rawatnya. Dan Jiyong lebih terkejut mendengar suara Lisa yang jatuh dan membentur dinding dibanding dengan suara mesin itu.
Suara dari mesin pendeteksi aktivitas jantung itu mengantar Lisa pada rasa pening luar biasa, mengantar Lisa pada sebuah ruang gelap yang tidak di kenalinya. Kepalanya pening, tubuhnya tiba-tiba saja terasa sangat lemah. Suara dari mesin pendeteksi itu, terasa seperti sebuah pemukul baseball yang menghantam kuat tubuhnya, membuat Lisa jatuh dan tidak berdaya.
Jantung Jiyong yang berdegup sangat cepat karena persidangan, karena perdebatan dalam dirinya sendiri, karena dua pilihan yang memaksanya untuk memilih, kini lenyap. Kini jantungnya tidak lagi berdegup sangat cepat karena dilema antara membunuh Woo Hyungman atau membiarkannya tetap hidup. Kini jantungnya berdegup sangat cepat karena melihat Lisa terbaring tak sadarkan diri diranjang rumah sakit.
Seorang dokter bernama Rose yang mengaku sebagai teman Lisa memberitaunya kalau rumah sakit itu adalah tempat kerja Lisa empat tahun lalu dan selama beberapa tahun terakhir, Lisa tidak pernah sekalipun datang ke rumah sakit. Rose memberitau Jiyong kalau selama beberapa tahun terakhir, Lisa mengalami masa masa sulit hingga ia harus mengundurkan diri sebagai dokter bedah umum dirumah sakit itu.
"Setiap harinya ada orang yang meninggal disini, dan setiap kali itu terjadi, Lisa akan selalu pingsan seperti sekarang," ucap Rose setelah memasangkan sebuah infus pada Lisa. "Aku sudah menghubungi appanya, saat bangun nanti, dia akan langsung mencari appanya,"
"Bagaimana eommanya meninggal?" tanya Jiyong sembari menatap Lisa yang hanya berbaring dengan mata terpejam, sangat tenang seakan ia enggan untuk kembali bangun.
"Eommanya sudah lama sakit, seorang dokter senior yang merawatnya, Lisa sangat menghormati dokter itu. Tapi hari itu, dokter senior yang sangat di hormatinya itu meminta Lisa membantunya diruang operasi. Sebuah operasi yang sulit dan kesempatan seperti itu tidak akan selalu muncul untuk Lisa, jadi Lisa pergi keruang operasi dan setelah operasi selesai, ia kembali keruang rawat ibunya tapi ibunya sudah meninggal. Orang yang di operasinya juga meninggal, setelah itu, Lisa merasa tidak bisa menyelamatkan siapapun, ia tidak datang bekerja beberapa hari dan tiba tiba ia sudah bekerja di tempat lain, di NFL,"
"Lisa... tidak bisa menghadapi seorang pasien yang masih berjuang dengan nyawanya, jadi dia berhenti dan memilih bekerja dengan mayat? Hhh... aku tidak tau apapun dan menyalahkannya kemarin,"
Rose keluar dari ruang rawat itu, membiarkan Jiyong menunggui Lisa sendirian.
Yang Hyunsuk datang bersamaan dengan Lisa yang baru saja membuka matanya. Pria paruh baya itu terlihat sangat mengkhawatirkan putrinya ketika datang. Yang Hyunsuk terlalu mengkhawatirkan Lisa sampai tidak menyadari kehadiran Jiyong.
"Appa... maafkan aku..." isak Lisa begitu melihat Yang Hyunsuk. Gadis itu menangis dan memeluk ayahnya. Terus terisak dan meminta maaf karena pernah salah menilai ayahnya. "Aku tidak mengetahui apapun... appa maafkan aku... hiks,"
Yang Hyunsuk tidak datang sendirian, seorang pria lain juga datang tidak lama setelah Yang Hyunsuk datang. Seunghyun.
"Kau pasti Kwon Jiyong," ucap Seunghyun setelah menutup pintu ruang rawat Lisa dibelakangnya. Pria itu mengikuti Jiyong yang berjalan keluar setelah ayah dan mantan pacar Lisa datang. Jiyong merasa kehadirannya tidak lagi di perlukan disana, jadi ia memilih keluar, Lisa pun sudah terlihat lebih baik begitu melihat ayahnya.
§§§
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfikceBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.