§§§
Jiyong duduk di mobilnya. Jam baru menunjukan pukul 8 ketika ia berencana membuka pintu apartement Lisa tanpa meminta izin pada pemiliknya lebih dulu.
Tapi itu sebuah kesalahan.
Seharusnya Jiyong tidak diam diam mengintip password pintu Lisa.
Seharusnya Jiyong tidak berencana datang dan menunggu Lisa disana.
Seharusnya Jiyong tetap bersama Jennie agar tidak perlu melihat Lisa mencium pria lain, membanting pintu di hadapannya dan entah melakukan apa didalam.
Tapi semua yang Jiyong pikirkan tidaklah terjadi. Lisa memang mencium Seunghyun, mendorongnya sampai tidak sengaja membuat Seunghyun menabrak pintu dibelakangnya hingga tertutup. Namun alih-alih membalas ciuman Lisa, Seunghyun mendorong gadis itu. Berusaha tidak berlebihan tapi tetap membuat gadis itu jatuh terduduk dilantai. Dan saat itulah Jiyong memilih pergi, tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi didalam apartement Lisa.
"Aku akan berpura pura ini tidak pernah terjadi," ucap Seunghyun setelah mendorong Lisa ke lantai. Pria itu hendak membuka pintu di hadapannya tapi Lisa menahannya. Memegangi kaki Seunghyun tanpa mengatakan apapun. "Lisa-"
"Jangan pergi," pinta Lisa, tanpa melepaskan pegangannya dari celana Seunghyun.
Tapi Seunghyun tidak bisa tetap berada disana. Untuk Lisa. Agar Lisa tidak perlu lagi bertengkar dengan ayahnya, Seunghyun sudah terlanjur membuat sebuah perjanjian.
"Aku oppamu, sekarang aku oppamu, kakak laki-lakimu dalam arti yang sebenarnya, bukan kekasihmu, bukan milikmu, sadarkan dirimu," ucap Seunghyun yang kemudian menarik kakinya dari pegangan Lisa dan melangkah keluar. Kali ini benar benar keluar, kali ini benar benar meninggalkan Lisa sendirian di sana.
Dari mobilnya Jiyong melihat Seunghyun yang keluar dari bangunan apartement Lisa, melihat Seunghyun melangkah keluar dan masuk kedalam mobilnya, melihat Seunghyun yang langsung meninggalkan tempat itu dengan mobilnya tanpa ragu.
Handphone Jiyong berbunyi, sebuah panggilan. Sebagian dari diri Jiyong berharap itu dari Lisa, namun sebagian lainnya merasa tidak sanggup melihat Lisa sekarang. Dan nyatanya, yang menelponnya adalah Jennie.
"Halo?" ucap Jiyong dengan nada yang sangat datar, bukan panggilan yang di harapkannya.
"Aku- aku- aku menyukaimu oppa! Jennie menyukai Jiyong oppa!" jerit Jennie begitu mendengar suara Jiyong.
"Kau mabuk?"
"Mabuk? Jennie mabuk? Oh no no no... Jennie tidak mabuk~ Jennie menyukai oppa hehe tapi oppa tidak dan hati Jennie sakit,"
"Kau mabuk Jennie, dimana kau sekarang?"
"Waeyo? Oppa ingin datang menjemput Jennie? Oppa sudah menyukai Jennie? Oppa Jiyong oppa love you! Jennie love you oppa~"
Jennie mabuk. Entah dimana.
"Jennie-ya, dimana kau sekarang?"
"Oppa akan datang dan menjemput Jennie? Oppa tidak membenci Jennie? Oppa akan datang untuk Jennie?? Aaaa... jangan datang... jangan datang..."
"Jennie-ya, di-"
"Jangan datang padaku kalau oppa di tolak... Jennie menyukai oppa... Jennie bukan tempat sampah!!" jeritan Jennie terdengar sangat menyedihkan. Namun tidak bagi Jiyong. Jiyong tidak merasa iba, ia tidak peduli dimana Jennie berada tapi nomor telponnya yang di hubungi Jennie. Tapi, kalau sampai terjadi sesuatu pada Jennie, nomor telponnya yang terakhir dihubungi Jennie. Jiyong tidak peduli, bagaimana terlukanya Jennie karenanya, karena sekarang pun ia terluka.
"Aku akan menyuruh Taehyung menjemput-"
"Tidak mau!! Aku mau oppa!! Cepat kesini!!" jerit Jennie membuat Jiyong menjauhkan handphone itu dari telinganya. "Tinggalkan dokter itu dan datang padaku oppa.... datanglah padaku..." rengek Jennie yang sudah cukup mabuk padahal jam saja belum sampai di angka 9.
Tidak pernah ada yang menolak Jennie sebelumnya. Tidak ada yang pernah mengabaikan Jennie sebelumnya. Tidak pernah ada yang menjadikan Jennie sebagai cadangan sebelumnya.
Walaupun tidak menjadikannya cadangan, tapi Jiyong menolak Jennie, menolak Jennie tanpa butuh banyak waktu untuk berfikir. Menolak Jennie sepersekian detik sebelum Jennie menyatakan perasaannya.
"Oppa, sebenarnya aku-"
"Jennie-ya, kalau aku meminta dr. Yang memanggilku oppa dan memintanya jadi kekasihku, apa menurutmu dia mau?"
Begitu cara Jiyong menolak Jennie. Begitu cara Jiyong menghancurkan perasaan Jennie dan membuatnya mabuk seperti sekarang.
"Aku akan datang, dimana kau sekarang Jennie?" tanya Jiyong setelah memberikan beberapa menit waktunya untuk mendengarkan Jennie mengoceh tentang perasaannya.
"Masih ditempat tadi... oppa meninggalkan Jennie disini sendirian... oppa meninggalkan Jennie untuk gadis-"
Jiyong mematikan panggilan Jennie, tidak ingin mendengarkan ocehan Jennie lebih lama lagi dan langsung menelpon Seungri, menyuruh Seungri untuk menjemput Jennie.
Jam sudah menunjuk pukul 9 tepat, tapi Lisa tidak menghubunginya. Jiyong menunggu, hingga di menit kelima. Lisa tidak keluar dari apartementnya, tidak juga menelponnya.
Hingga Jiyong memutuskan untuk menelpon Lisa lebih dulu.
"Halo? Baru saja aku mau menelponmu," ucap Lisa begitu menjawab panggilan Jiyong. Berusaha terlihat baik baik saja, namun suaranya bergetar, namun Jiyong bisa menebak kalau Lisa baru saja atau bahkan masih menangis sekarang.
"Dimana kau sekarang?"
"Apartement, tapi pengacara Kwon, bisakah kita menunda-"
"Ya, kurasa malam ini kita tidak bisa bertemu, aku menelpon karena tidak bisa datang ke apartementmu malam ini. Jennie baru saja menelponku dan sepertinya di mabuk di suatu tempat, aku harus menjemputnya," bohong Jiyong. Ego Jiyong membuatnya tidak ingin mendengar kebohongan Lisa. Harga dirinya tidak mengizinkannya di bohongi sendirian.
"Ah baiklah, malam ini aku juga sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Aku lelah dan punya banyak masalah sekarang, jadi malam ini aku- aku rasa aku hanya ingin tidur, sendirian,"
"Terjadi sesuatu?"
"Ya, terjadi sesuatu di rumah, tapi jangan khawatir hanya masalah keluarga biasa,"
"Berhubungan dengan eomma dan oppa tirimu?"
"Hm... mereka- anniyo, oppaku akan menikah- karenaku- maksudku dia akan menikah dengan gadis yang di jodohkan dengannya, agar aku tidak perlu kencan buta lagi, ya begitulah... dia mengalah dan rasanya aku- woah... aku tidak tau tapi rasanya aku tidak bisa bersenang senang sekarang,"
Lisa tidak berbohong.
Jiyong dapat mendengar Lisa terisak dan ia menyesal karena membohongi Lisa.
Kenapa gadis itu tidak berbohong saja?
Kenapa Lisa justru memberitaunya? Memberitau Jiyong kalau ia masih menyukai Seunghyun, secara tidak langsung.
"Kau mau aku datang? Kita bisa mengobrol-"
"Tidak... maaf tapi aku tidak ingin melibatkanmu, maaf tapi aku tidak ingin kau salah paham dan mengira aku memanfaatkanmu, malam ini... aku hanya ingin... sendirian, kututup ya, pastikan Jennie pulang dengan selamat, bye,"
Tidak ada semangat dalam suara Lisa. Tidak ada kesan lain dari suaranya, selain kesedihan. Tidak ada rasa lain dari suaranya, selain rasa sakit.
§§§
KAMU SEDANG MEMBACA
Belladonna
FanfictionBelladonna Berarti wanita cantik dalam bahasa Italia. Belladonna Juga mengartikan sebuah Berry beracun. Belladonna Wanita cantik dan racun.