VIER

4.2K 413 0
                                        

Alunan nada dering ponsel menggema di atas nakas. Membangunkan seorang manusia yang tampak begitu malas terjaga dari buaian malam.

Sesekali ia mengumpat kesal dan kembali bergumul dengan selimut hangatnya. Namun, bagai nyamuk yang menyapa telinga sebelum menghisap, nada dering itu membuat bendera putih berkibar di gerbang antara mimpi dan alam nyata sang pemilik raga.

"Halo," sapanya terdengar serak.

"Apa kau sedang tertidur?" tanya suara di ujung sana.

"Menurutmu bagaimana?"

"Ah, maafkan aku. Bagaimana kabarmu, Lux?"

Lux memicing sebentar ke layar ponselnya sebelum kembali menempelkan ke telinga. "Aku baik-baik saja. Bisakah kau menghubungiku lagi nanti, Reese?"

"Ah, baiklah. Kapan kau akan kembali ke London?" suara di seberang sana terdengar was-was. Takut jika sang penjawab tidak memberikan kalimat yang diinginkan.

"Besok pagi. Ada lagi? Aku sungguh mengantuk," keluh Lux dengan mata tertutup kembali.

"Tidak ada. Beristirahatlah. Aku mencintaimu."

"Aku juga."

***

"Bagaimana kabarnya?"

Pertanyaan Devian menginterupsi Reese dari lamunan. Gadis itu tampak menatap ponselnya dengan sesekali menghela napas.

"Baik," jawab Reese seadanya.

"Apa dia mengabaikanmu kembali?" tanya Devian seraya mendaratkan tubuhnya ke sofa. Pemuda itu menuang darah ke cangkir, "Kau mau?"

Reese menggeleng pelan. "Tidak. Aku sudah meminumnya sebelum perjalanan pulang."

"Kau bercanda? Bahkan kau tampak pucat sekarang," cemooh Devian selepas menyesap nutrisi untuk vampire tersebut.

"Setiap vampire memang pucat, bodoh."

Devian terkekeh pelan. "Kau memang adikku yang jenius."

Reese memutar bola matanya. Sedikit berlama dengan Devian ternyata memberikan efek jengkel. Pemuda itu tak pernah kehabisan ide untuk menggodanya. "Terima kasih atas hinaannya," balas gadis itu penuh penekanan.

Sekejap, Devian tersenyum simpul. Kemudian dalam hitungan detik, ia mengubah sikapnya. Pewaris utama klan Colton itu menatap intens ke arah adiknya dan membuat atmosfer di sekitar berubah menjadi menegangkan.

Merasa suasana di sekitarnya berubah, gadis itu memandang heran. Sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Pikirnya, pemuda itu pasti ingin membicarakan hal yang serius.

"Reese," panggil Devian.

"Ada apa? Bicaralah. Aku tahu, ada hal serius yang ingin kau bicarakan, bukan?" tembak gadis itu tepat sasaran. Seringaian tipis terlukis jelas di rupanya yang menawan.

"Sebenarnya aku punya informasi penting untukmu," Devian begitu menimang perkataan selanjutnya, "aku menemukan keberadaan reinkarnasi Luna."

Dalam hitungan detik, Reese terdiam dan mengedipkan matanya. Namun selanjutnya yang terjadi justru gadis itu terbahak. Dia menatap remeh ke arah Devian. "Ayolah, Dev. April Mop telah usai. Jangan membuat lelucon," guyon gadis itu dengan tawa hambar.

FALSE : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang