ZWÖLF

2.5K 238 0
                                        

Orang baik akan selalu terkenang, bahkan kesabarannya.

***

Sementara Xander dan Corra menuju ke bandara, Selena dan Blaire menunggu di sebuah kafetaria tak jauh dari bandara. Mereka duduk sembari memesan cappucinno. Tak lupa pula dengan kudapan khas negeri Hitler tersebut, Marmoriertes Schwarz-Weiß-Gebäck. Sebuah biskuit berwarna monokrom, yaitu hitam dan putih yang terbuat dari kakao.

Sungguh, Selena menyukai Jerman. Negara itu tak berbeda jauh dengan Inggris atau tepatnya tempat dia tinggal, London. Semuanya terlihat damai walau dibumbui hiruk-pikuk kesibukan manusia.

Sesekali ia memandang jalanan yang tampak sibuk melalui jendela kafe tersebut. Pun, ditambah lagu favoritnya, semakin membuat gadis itu terlena dengan pemandangan yang disuguhkan di hadapannya.

Sementara itu, Blaire memandang putrinya yang begitu asyik menikmati kesibukan manusia di sana.

"Kau begitu menikmatinya ya, dear?"

Selena menoleh dan tersipu malu. Pipinya sedikit memerah seiring anggukan pelan sebagai jawaban 'ya' atas pertanyaan ibunya.

"Ah, kau sungguh tak sabar untuk bertemu Dad atau Edward?" goda Blaire dengan mengedipkan sebelah matanya.

Canggung. Selena memalingkan wajah untuk mentralisir pipinya yang semakin memanas.

"Bukan begitu, Mom. Tapi ini pertama kali aku ke Jerman jadi aku sangat menikmatinya," jawab gadis itu terbata-bata hingga mengundang tawa kecil yang semakin membuat suasana riuh.

"Mom hanya bercanda, dear. Jangan terlalu kikuk begitu."

"Entschuldigung, das ist das Essen und Trinken, das Sie bestellt haben. Bitte genießen Sie!" sapa sang pelayan dengan menaruh satu per satu pesanan ibu dan anak tersebut. (Permisi, ini makanan dan minuman yang Anda pesan. Silakan menikmati!)

"Danke schön," balas Blaire ramah. (Terima kasih banyak)

"Bitte schön." Sang pelayan sedikit membungkuk lalu meninggalkan Blaire dan Selena dalam kesibukannya. (Terima kasih kembali)

"Mom, bisa berbahasa jerman?" tanya Selena sedikit bingung ketika mendengar Blaire membalas percakapan pelayan tadi.

Blaire tersenyum simpul. Netranya menyorot dengan penuh keseriusan, namun tetap dengan anggun. "Kau lupa jika semasa kecil Mom pernah tinggal di Jerman?"

Selena menepuk pelan dahinya. Ia seperti tertangkap basah telah lupa dengan kisah masa kecil ibunya. Wajahnya kembali bersemu merah. Buru-buru ia mengambil cappucinnonya lalu minum seteguk demi seteguk.

"Apa Dad akan segera sampai ke sini, Mom?" tanya Selena selepas menyesap cappucino yang baru saja diantarkan pelayan itu, tepatnya ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

Blaire sedikit menyingkirkan baju yang menutup jam tangannya. Ditiliknya sesaat jam yang melingkar manis di pergelangan tangan tersebut. 

"Sepertinya sebentar lagi. Apa perlu Mom menghubunginya agar memastikan mereka sudah sampai di mana?

"Tidak usah, Mom. Kita harus menunggu kedatangan Dad dengan sabar, walaupun aku sedikit gugup sebenarnya tapi kuyakin penantian akan membuahkan hasil yang menyenangkan."

"Kau begitu penyabar, Selena, persis seperti Xander."

Tatapan Blaire begitu jauh. Ia menerawang masa-masa Xander begitu penyabar mengurusinya, terutama saat mengandung Selena selama sembilan bulan.

FALSE : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang