ELF

2.5K 236 0
                                        

Semuanya terasa mendadak, tetapi harus mampu menyiapkan rencana lain. Setidaknya, mengantisipasi jika rencana utama gagal.

***

Mendapati tanda yang asing di tangannya, buru-buru Selena memasuki toilet untuk membersihkannya. Tak lupa ia mengambil handuk ketika teringat untuk mandi agar tak bekerja dua tiga kali.

Seusai segala kegiatannya selama hampir dua puluh menit, Selena membalut tubuhnya dengan bathrobe lalu melenggang dengan manis ke depan cermin.

Ia mematut pantulan dirinya yang kini tampak terlihat lebih segar. Sangat berbeda dengan beberapa menit lalu. Tak ada lagi bekas sungai kecil di wajah putihnya, hanya tersisa mata yang sedikit membengkak.

Tersenyum tipis, Selena berujar monolog, "Sudahlah. Cukup kau saja yang menyimpan segalanya. Semangat Selena!"

Selanjutnya ia mulai bersiap. Tentu dimulai dengan memilih pakaian untuk bersiap berangkat ke Jerman.

Tak lama setelah membereskan diri, Selena mendengar ketukan pintu. Tungkainya mendekat untuk membukakan pintu bagi sang pengetuk pintu.

Derit pintu menandai pintu telah terbuka. Segera Selena menyapa menyapa riang kepada sosok di balik pintu itu. "Aku sudah siap, Mom."

"Wah, kau benar-benar sudah siap. Ayo, kita makan dulu!" ajak Blaire seraya menggamit lengan anaknya.

"Memangnya Mom memasak apa hari ini?" air muka Selena tampak antusias. Benaknya mulai membayangkan betapa nikmat masakan Blaire yang selalu berhasil menggoyangkan lidah. Terbaik dibandingkan restoran ternama seantero London.

Blaire semakin melebarkan senyum. "Lihat saja sendiri. Mom yakin kau pasti menyukainya."

Sungguh, Selena adalah orang kedua setelah ayahnya yang berhasil dibuat penasaran oleh ibunya sendiri. Blaire memang selalu pandai memanipulasi stimulus anaknya. Bahkan hingga sikap terlalu ingin tahu itu merupakan buah hasil dari tingkah Blaire.

"Jangan membuatku penasaran, Mom!" ucap Selena sebal dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

Terkekeh melihat laku putrinya, Blaire masih bertahan dengan sikap misteriusnya. Ia terus mengajak Selena hingga di meja makan.

"Voila! Makanan kesukaanmu, puding yorkshire."

Rahang Selena terjatuh. Mulutnya menganga dengan beberapa kedipan tak percaya. Blaire membuatkan makanan favorit Selena--dan ayahnya.

"Terima kasih, Mom." Selena memeluk erat ibunya, "kau adalah ibu terbaik di dunia ini."

Mendengar pujian dari anaknya, Blaire mengusap pelan kepala Selena. Ia tersenyum tipis, bahkan sangat tipis untuk dilihat sekilas.

Hampir satu menit, Selena terus memeluk ibunya. Energi positif dari kasih sayang Blaire begitu menghangatkan relung hatinya. Sangat nyaman untuk sentuhan kasih sayang dari seorang ibu.

"Ayo kita makan. Penerbangan sekitar dua jam lagi. Nanti kita terlambat."

Selena melepaskan pelukan dari Blaire. Ia mendekati kursi lalu menghempaskan diri di sana. Dengan sedikit memanjatkan doa, gadis itu mulai menyantap masakan ibunya. Tentu dengan sebuah senyuman yang jelas mengembang di wajahnya nang rupawan.

"Terima kasih, Tuhan. Setidaknya aku masih punya Mom yang akan selalu menjagaku."

***

Luxio menatap lurus dengan tangan dimasukkan ke dalam saku. Fokusnya tertuju kepada sebuah bingkai coklat muda yang tergantung sempurna di dinding.

FALSE : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang