NEUNZEHN

1.8K 187 2
                                        

Lidah akan selalu mempunyai dua mata tajam untuk menusuk siapapun demi kepentingan pemiliknya.

***

"Edward?"

Luxio memandang penuh rasa penasaran ke arah pemuda yang mengaku Edward tersebut. Alisnya terangkat sebelah bersamaan dengan tungkainya yang perlahan didekatkan ke arah sosok tersebut.

"Kau ... teman Selena, bukan?" tanya Luxio setelah berhadapan dengan Edward.

Edward mengangguk mantap. "Kukira kau mengenaliku karena aku tahu jika kau selama ini mengikuti kami berdua."

Bagai tersambar petir di cuaca cerah, Luxio terhenyak. Lidahnya mendadak kelu. "Kau tahu dari mana?" tanyanya gugup.

Menyeringai tipis, Edward mengembuskan napas. Ia tak habis pikir bagaimana lawan bicaranya ini begitu ceroboh dengan tidak menyadari jika selama ini telah ketahuan menguntit mereka berdua.

"Jawab aku!" bentak Luxio di sela-sela kegugupannya.

Edward tertawa remeh kemudian melirik sekilas ke arah Selena. "Mudah saja. Aku bisa membauimu. Ah tidak, jangan kau pikir jika aku werewolf. Aku bukan hewan berbulu lebat yang terlihat menggemaskan itu."

"Lalu, sebenarnya kau ini apa?"

Telunjuk Edward terangkat ke udara. Diarahkannya jari itu kepada dirinya sendiri dengan wajah tanpa dosa. "Aku hanya seorang elf," akunya enteng.

Luxio mencerna perkataan pemuda jangkung di hadapannya. Ia menggeleng tak percaya. Bagaimana bisa seorang elf masih hidup sementara sepengetahuan Luxio jika makhluk immortal itu melarikan diri dan tak dapat dilacak keberadaannya. Bahkan Edward tak menunjukkan ciri-ciri seorang elf.

Masih dengan rasa tak percaya, netra penerus klan Dalton itu menelisik tubuh Edward. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, ia berusaha menemukan ciri-ciri yang sesuai dengan apa yang adai di pikirannya.

Namun nihil. Ia tak menemukan satupun ciri-ciri elf yang melekat pada tubuh Edward.

"Kau mengamatiku karena penasaran jika aku tak mirip seperti elf kebanyakan yang kau temui?" tebak Edward tepat sasaran. 

Luxio mengangguk. "Kau seperti manusia biasa," gumamnya seraya mengembalikan warna netranya seperti semula.

Edward kembali tertawa. Kali ini tawa itu terdengar lepas dibandingkan sebelumnya. Bahkan ia sampai harus berdeham kala menatap pelototan dari seorang Luxio. "Maafkan aku."

"Aku tak dapat menjelaskannya. Karena sekarang kau harus pergi menyelamatkan dhampiremu. Dia saat ini mengalami kecelakaan saat perjalanan menuju ke sini."

Rahang Luxio terjatuh sempurna. Ia sangat memahami siapa sosok dhampire yang dimaksud oleh pemuda bertubuh atletis itu. "Tidak mungkin Axelle, kan?"

"Memang siapa lagi dhampire yang bersamamu?"

Luxio menelan salivanya. Ia merasa dunianya kini berotasi hebat hingga membuatnya ingin memejamkan mata sejenak dan melupakan segala yang terucap oleh Edward.

"Pergilah! Xander butuh pertolonganmu, dan dia adalah ayah Selena. Aku tak ingin sampai Xander maupun Blaire meninggalkan Selena. Sudah cukup ia menderita di masa lalu akibat ulahmu."

"Tapi bagaimana dengan Selena?" Luxio menoleh ke arah Selena. Gadis itu masih terus terbaring tanpa ada pergerakan yang berarti.

Tatapan Edward tertuju jua ke arah Selena. Ia menyeringai tipis dan menyenggol pelan tubuh Selena. "Bangun! Hentikan semua omong kosong ini."

FALSE : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang