SECHSUNDZWANZIG

2K 178 0
                                    

Sekarang atau tidak sama sekali?

***

Kericuhan yang terjadi di luar mansion benar-benar tidak begitu kentara. Semua berbanding terbalik dengan kamar rahasia tempat Blaire dirawat. Wanita paruh baya itu masih terlelap walaupun sudah berhasil diobati oleh Azzura.

Di sampingnya, Xander tengah duduk memperhatikan wajah damai istrinya. Sesekali ia tersenyum kala memandang senyum tipis yang mengukir indah dari kedua belah bibir merahnya. Pun, pria itu menggenggam erat tangan Blaire dengan maksud untuk saling menguatkan diri.

"Kumohon, segeralah bangun, dear."

Ada nada rindu bercampur asa di dalam setiap untaian kata dari lisannya. Xander begitu menginginkan waktu untuk kembali bersama Blaire. Terlebih berkumpul secara lengkap dengan Blaire dan Selena di dekatnya.

"Kau tahu, Blaire, saat pertama kali aku melihatmu di Jerman, kupikir jika calon ibu mertua Luxio masih hidup," ucap Xander lirih bersamaan dengan setetes cairan bening yang mengalir tanpa permisi dari pelupuknya.

"Tapi ternyata saat aku bertanya pada Luxio, dia bilang justru Mrs. Coleen sudah tiada akibat melindungi seseorang. Saat itu aku benar-benar tidak tahu jika ternyata kau di masa lalu lah yang menyelamatkan adikku."

Menarik napas perlahan, Xander kembali melanjutkan, "Sungguh, saat itu aku begitu bahagia bisa mengenalmu. Seperti aku menemukan kembali belahan jiwaku yang hilang padahal di masa itu saja kita tak pernah bertemu."

Jemari Xander menggosok pelan punggung tangan Blaire. Ia menyalurkan seluruh kasih sayang yang dimilikinya dengan melakukannya secara lembut dan perlahan. Bahkan jika Blaire sadar, sudah dipastikan pipi perempuan itu akan merona bak tomat ranum siap dipetik.

"Walaupun sekarang aku bukan seutuhnya manusia, sungguh, aku bersyukur bisa hidup hingga detik itu dan mengenalmu. Apalagi saat diam-diam aku mengetahui jika Aurora lah yang membunuh adikku," menghela napas pelan, "dan jika diingat-ingat, saat itu aku seperti orang gila yang kecanduan akan cintamu. Perasaan pada Aurora pun menguap begitu saja saat aku menyatakan keseriusanku untuk menjalin hubungan denganmu."

Xander rapuh. Dia tahu akan hal ini dan begitu lambat untuk menindaklanjuti setiap rencana demi rencana yang dilancarkan oleh para musuh Luxio itu.

Kembali, cairan bening mengalir dari matanya yang masih terus berwarna merah. "Ah, aku tak bisa kehilanganmu, honey. Aku tak ingin terjadi apapun denganmu. Jika harus mengorbankan nyawa pun akan kulakukan demi dirimu dan buah hati kita."

Jemari di tangan kanan Xander pelan-pelan menghapus setiap tetesan yang berusaha terus-terusan keluar. Matanya yang tertutup sesaat tanpa sadar telah melewatkan pergerakan signifikan dari tubuh Blaire.

Kelopak mata wanita yang menginjak kepala tiga itu terbuka. Netranya menelisik sekitar dengan perasaan sedikit pusing.

Kedua alat pendengarannya yang mulai aktif seolah mengirimkan sebuah sinyal ke otak untuk diteruskan ke mata agar melirik ke arah samping ke tempat Xander berada.

"Xander," panggil Blaire lirih. Wanita itu masih terlihat sedikit lemah meski tubuhnya tak ada ada lagi luka luar maupun dalam.

Merasa terpanggil, Xander menghentikan kegiatannya. Matanya bersiborok dengan milik Blaire hingga kemudian pria itu tersenyum senang dengan binar kebahagiaan di kedua obsidian indah berwarna merah tersebut.

"Blaire, kau sudah sadar?"

Walau bahagia tetapi sejujurnya Xander khawatir dengan keadaan Blaire yang berusaha menguatkan diri, terlebih saat memberikan respon anggukan untuk pertanyaan Xander.

FALSE : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang