Berceritalah, maka aku akan mendengarkannya untukmu.
***
"Aku pulang, Mom!" teriak Selena di saat memasuki rumahnya.
Sepi. Tak ada sahutan penuh keceriaan dari ibunya. Pendengarannya pun tak menangkap suara apapun di dalam rumah sederhananya itu.
Selangkah demi selangkah, gadis itu memberanikan diri untuk masuk ke rumahnya yang gelap gulita. Tak ada penerangan seperti biasa, padahal Selena tahu persis jika Blaire tak pernah suka dengan kegelapan.
"Mom," panggilnya hati-hati.
Tangan gadis itu meraba sakelar di dinding dekat meja kecil dengan vas bunga di atasnya. Hingga bunyi klik, gadis itu mengedarkan pandangan pada ruangan yang masih tampak rapi.
"Mom," panggil Selena sekali lagi.
Nihil. Tak ada sahutan.
Hanya suara Selena yang menggema di dalam rumahnya sendiri.
Kali ini gadis itu semakin mantap melajukan langkah kakinya ke arah yang lebih dalam. Berharap jika memang ibunya hanya pergi dan lupa memberikan kabar kepada gadis itu.
"Apa Mom tidur?" tanyanya monolog.
Terus. Langkah demi langkah terdengar seperti pantulan pelan di telinganya. Pun, entah mengapa Selena merasa jika suasana mendadak suram di hunian nyaman itu.
"Kenapa terasa dingin?" batinnya.
Selena terus melenggang maju. Didekatinya kamar yang ditempati Blaire. Sejemang, dia menarik napas. Selena berupaya merelaksasikan diri sebelum mendapati berbagai kemungkinan yang terjadi.
"Semoga Mom tak apa-apa dan hanya pergi keluar saja."
Lamat-lamat, tangannya memutar knop pintu dan mendorong daun pintu berwarna putih tersebut.
Kosong.
Tak ada siapapun di dalam kamar Blaire. Bahkan suara gemerisik air di kamar mandi pun tak terdengar di telinga gadis itu.
"Mom ke mana ya?" Selena sekali lagi mengedarkan pandangannya sebelum menutup ruang pribadi milik ibunya.
Gadis berambut panjang terurai itu kemudian berlalu. Ia segera memasuki kamarnya yang tak jauh berada dari kamar Blaire.
Dengan cekatan, ia merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Pandangannya terarah ke langit-langit kamar.
Kini, gadis itu menerawang jauh. Pikirannya melalangbuana dan membawanya kembali ke masa di saat pertama kali mendatangi psikiater guna mengobati mimpinya.
"Apakah aku begitu bersalah hingga seperti ini?" lirihnya pelan bersamaan dengan nyaring bunyi pecahan kaca.
Selena berjengit kaget. "Suara apa itu?"
Sontak jantung Selena berdetak kencang. Perasaan tak enak sejak mencari keberadaan Blaire kini menghantuinya lagi. Cepat-cepat, gadis itu beranjak meninggalkan kamarnya dan berlari kecil ke sumber suara.
"Piring? Kenapa bisa pecah?" ucapnya seraya melambatkan laju kala melihat benda yang kini tak berbentuk itu.
Berjongkok. Diamatinya pecahan yang sedikit berserakan itu. Terlihat jika piring itu memiliki noda bercak berwarna merah.
"Darah?"
Selena segera mengalihkan pandangan ke sekitar. Ruang makan itu terasa sunyi seperti keadaan di ruangan lainnya. Selain itu, tak ada siapapun di sana. Hanya ada dirinya dan seekor kucing putih yang datang entah dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALSE : The Beginning
FantasiSelena tak pernah menyangka jika kalung yang selama ini diberikan sang ibu justru membawanya kembali bertemu dengan sosok-sosok yang berpengaruh atas kehidupannya di masa lampau. Gadis itu terus dihantui mimpi buruk yang membuatnya bertanda tanya me...