16. SNAFU

3.2K 493 8
                                    

Semuanya tak berubah. Foto itu, mereka masih tersenyum padaku. Aku tak melihat adanya debu yang bertebaran, tetapi aku yakin sekali jika aku mengunjungi tempat ini sekali lagi dalam waktu yang lebih lama—dua atau tiga minggu—maka tak akan kudapatkan jejak seseorang. Semuanya akan tertutup debu—pasti.

Aku belum pernah ke lantai atas rumah ini, setidaknya sebelum mereka tinggalkan. Tempo hari, Wijaya yang menyisir bagian atas, membiarkanku untuk mengatasi bagian bawah, jadi aku tidak tahu persis bagaimana keadaan semula di atas. Namun, kini aku tak memiliki pilihan selain memeriksanya, diikuti oleh anak SMP itu yang turut memanjat, mengikuti seluruh pergerakanku.

Kami berkenalan dalam waktu singkat. Namanya Aldi, orang tuanya bekerja dan ada seorang pembantu di rumahnya. Setidaknya, anak ini tidak dibiarkan sendirian begitu saja biarpun aku yakin tak akan begitu masalah. Dia mengenakan kaus berwarna kuning dengan tulisan Jepang yang menempel pada bagian dadanya. Cukup besar hingga aku mengenalinya. Aku tidak bilang bahwa aku bisa berbahasa Jepang, tetapi aku mengetahui beberapa kata di antaranya. Sekolah Loka memiliki muatan mata pelajaran bahasa Jepang, dan aku pernah belajar bersamanya. Tulisan kanji pohon itu tertera pada dada Aldi, dan aku yakin benar akan tulisannya.

Aku meminta Aldi untuk menunggu di mana kupecahkan kaca jendela, berjaga-jaga seandainya ada seseorang yang ingin memasuki tempat ini, seperti pembunuh bayaran yang ingin mengambil nyawaku atau perampok yang ingin menggondol seluruh perhiasan dan benda-benda elektronik yang ada di tempat ini, walaupun aku tahu hal itu tak akan terjadi—itulah alasannya aku menyuruhnya di sana. Anak itu akan aman, dan aku tak dapat membiarkannya untuk mengetahui gerak-gerikku. Setidaknya, dia akan merasa berjasa karena turut membantu penyelidikanku. Penyelidikan tak resmi.

Mungkin, baru sekitar dua atau tiga hari semenjak kasus itu ditutup. Bahkan, seluruh berkas telah kusempurnakan, juga dengan Wijaya yang turut membantuku, begadang semalaman hanya untuk mengetikan kata-kata yang pantas, enak untuk dibaca. Namun, sekali lagi kupertanyakan semuanya. Benarkah seperti itu?

Keramik berwarna putih ini mulai sedikit berdebu, dan sepatuku yang kotor malah membersihkannya. Seperti papan tulis hitam yang ditulisi kapur, di mana asumsiku mengatakan bahwa warna hitam adalah kotor, sedangkan hal lain berlaku untuk warna putih. Derap langkahku seolah menggema di seluruh ruangan, padahal aku berjalan dengan sangat hati-hati, mengangkatnya secara perlahan dan sebisa mungkin tidak jatuh ke bawah, menginjak bagian yang salah dan malah terjun bebas, meremukkan tulang-tulangku.

Wajahku berseri-seri. Memang, terlihat gila, tapi begitu adanya. Tentu bukan tanpa alasan. Aku hanya membayangkan seluruh sikapku sebelumnya. Sialan. Bagaimana perasaanku jika aku salah menangkap seseorang, bagaimana seluruh beban yang akan kutanggung nantinya seandainya memang pelaku sebenarnya dapat berkeliaran dengan bebas di luar sana sekarang ini. Dan itu terjadi. Aku takut. Sungguh, aku benar-benar takut. Bukan karena sang pembunuh—yang kuduga adalah ayahnya—masih berada di luar sana. Tapi aku tak dapat membayangkan dengan apa yang akan terjadi pada Janu.

Maksudku. Ya ampun, bagaimana caraku menemuinya nanti? Hanya mengatakan bahwa aku melakukan kesalahan dan membiarkannya pergi? Sialan. Masih baik ia baru mendekam di penjara selama beberapa hari. Bagaimana jika aku baru menyadari kesalahanku setelah bertahun-tahun? Membiarkan hidupnya terbuang sia-sia hanya karena kebodohanku? Aku tak dapat membayangkannya.

Aku merasa sangat tolol sekarang sekaligus bersyukur karena aku dapat memikirkan hal lain—kemungkinan lain yang terjadi—dengan cepat berkat bantuan semua orang. Termasuk Ibu Dewi yang aku yakini sedang merengut kesal, berharap aku mati.

Aku sampai pada sebuah kamar yang cukup luas. Spring bed langsung tampak di hadapanku begitu kubukakan pintu ini. Sebuah televisi memenuhi ruangan.

Detektif Roy : Rasionalitas [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang