Seokjin sedang berjalan santai dilobi perusahaan. Hingga suara panggilan yang sangat dikenal dan disukainya menghentikan langkahnya."Seokjin oppa!!" Panggilnya.
"Hara-ya,," lirih Seokjin yang sedikit terkejut melihat yeoja yang disukainya kini berlari pelan kearahnya.
"Sedang apa kau disini? Apa kau butuh bantuanku?" Tanya Seokjin pada Hara yang kini sudah ada dihadapannya.
"Aniya,, aku hanya datang berkunjung saja. Dan ada yang ingin kukatakan" jawabnya yang membuat Seokjin terdiam.
"Oppa masih ingat dengan anak yang kumintai tolong waktu itu?" Tanyanya yang mendapat anggukan dari Seokjin. Tentu anggukan canggung.
"Aku baru sadar jika marganya sama seperti margamu. Apakah dia adikmu? Atau mungkin saudaramu oppa?"
Deg,,,
Nafas Seokjin seakan tercekat sejenak. Hatinya dan pikirannya mulai bertengkar untuk menjawab pertanyaan Hara. Hingga dia memilih egonya.
"Aniya,, aku bahkan tidak mengenalnya. Mungkin kami hanya memiliki marga yang sama saja" jawab Seokjin sambil tersenyum canggung pada Hara.
"Ah,, begitu ya,, kufikir dia keluargamu" ujar Hara sedikit kecewa.
"Kenapa kau masih mengingat seorang yang sudah mengecewakanmu?" Tanya Seokjin.
"Mengecewakan? Ah,, iya,, aku lupa. Sebenarnya dia tidak mengecewakanku" jawab hera yang membuat Seokjin terlihat bingung.
"Mm,, dia menerima tawaranku dan membantuku. Dia sangat baik, berkatnya aku berhasil dipromosikan dan naik pangkat karena dia berhasil meraih juara pertama. Dia sangat hebat. Ah.. aku yakin keluarganya sangat bangga padanya" jelas Hara yang sukses membuat Seokjin membeku.
"Ah,, satu lagi. Ini untuk oppa" lanjut Hara sambil memberikan sebuah undangan pada Seokjin.
"Apa ini?" Tanya Seokjin seraya mengambil kertas cantik itu.
"Itu undangan untuk pesta pertunanganku" jawabnya.
"Per,,, pertunangan?"
"Mm,, dia adalah orang pilihan appaku. Kuharap oppa datang ne,,," ujarnya.
"Ah,, padahal aku menolak pertolongan Junki oppa yang ingin memberikan undangan ini ke Jungkook karena kukira dia adik oppa. Ah,,," lirih Hara yang kembali membuat Seokjin menatapnya.
"Kalau begitu aku permisi dulu oppa. Sepertinya aku harus kesekolah besok"
"Semoga harimu menyenangkan oppa" lanjut Hara sebelum pergi.
Seokjin nampak menunduk untuk menatap undangan yang ada ditangannya. Hingga pandangannya teralih pada suatu objek. Objek yang menatapnya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.
"Jungkook,,," lirih Seokjin saat tahu sang adik yang masih menggunakan seragam sekolahnya tengah membeku dan menatap kosong kearahnya. Kosong namun terlihat sangat memilukan.
Apakah Jungkook melihat dan mendengar semuanya? Jawabannya adalah iya, jika tidak namja itu tidak akan terlihat semenyedihkan itu.
30 menit yang lalu
Jungkook nampak memasukkan semua bukunya ke dalam tasnya. Hingga aktivitasnya terhenti.
"Hyung,, ada Jimin hyung" lapor Dino yang membuat Jungkook menatap Jimin yang kini tersenyum padanya.
Kini Jimin dan Taehyung sudah ada diparkiran sekolah.
Ah,, sepertinya saya lupa memberitahu. Jimin dan Taehyung juga satu sekolah dengan Dino dan Jungkook. Makanya mereka biasa bertemu dan bersama. Jimin yang sekarang sudah ada ditingkat akhir. Dan Taehyung yang 1 tahun dibawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life, But Die (Completed)
Fanfiction"Aku memang masih hidup, tapi aku seperti mati dihati kalian"