Kini sudah tepat satu minggu Jungkook dirawat inap dirumah sakit. Dan sudah satu minggu juga Jungkook tak pernah menemui keluarganya, ya Seokjin dan Mari.Jungkook tetap pada pendiriannya untuk merahasiakan keadaannya. Karena,, dia takut,, dia takut kembali tersakiti, tersakiti karena tindakan dan perilaku keluarganya. Toh, tahu ataupun tidak tahu tidak akan ada yang berbeda bukan. Mereka tetap tidak perduli.
Jimin kembali memasuki ruang rawat sang adik dengan sedikit bersenandung dan dengan senyuman yang merekah diwajah manisnya.
"Adikku Kookie,,," ujarnya yang membuat Jungkook bergidik ngeri.
"Hyung,, kau tidak sedang sakitkan? Kepalamu tidak terbenturkan? Kau memakai helm kan?" Tanya Jungkook tanpa henti.
"Mm,, wae? Kau menghkawatirkan hyungmu yang tampan inikan?" Ujar Jimin dengan ekspresi seolah dia tersipu yang semakin membuat Jungkook bergidik ngeri.
"Hiii,,, jijik,,, kau menakutkan hyung. Jangan begitu, atau aku akan gagal pulang hari ini" jawabnya yang membuat Jimin tersenyum pahit.
Hari ini Jungkook memang sudah diperbolehkan pulang. Ada perasaan senang dihati Jungkook, pikirnya dia senang karena akan segera bertemu dengan keluarganya. Dan juga perasaan takut, takut jika hatinya akan kembali tersakiti saat mengingat keluarganya yang tak perduli bahkan hanya mengiyakan saat Jimin mengatakan bahwa dirinya sedang mengerjakan tugas laporan bersama temannya untuk beberapa hari.
"Hyung,, apakah menurutmu ini akan baik-baik saja?" Tanya Jungkook yang membuat Jimin menatapnya serius.
"Apanya?"
"Apakah semuanya akan baik-baik saja? Aku takut dengan apa yang akan terjadi nanti" ujar Jungkook yang kini menundukkan kepalanya.
"Apanya? Dirimu atau hatimu yang tidak akan baik-baik saja?" Tanya Jimin lagi yang membuat Jungkook menatapnya.
Jungkook kembali menundukkan kepalanya setelah menatap Jimin dan hanya memandang jemarinya yang sedang memainkan kukunya.
"Keduanya,,,"
"Aku takut hati dan diriku tidak dapat bertahan" lanjutnya.
Jimin nampak membeku mendengar ucapan Jungkook, hingga senyuman hangat perlahan terukir dibibir sexy nya.
Jimin mendekati sang adik dan mengelus kepala sang adik dengan lembut.
"Gwaenchana, mereka keluargamu. Mereka adalah orang orang yang akan menyayangimu dan melindungimu. Jadi jangan takut" jelas Jimin yang membuat Jungkook tersenyum getir pada ucapan sang kakak.
Kenapa?
Tentu saja karena semua itu hanya kata-kata, karena pada kenyataannya Jungkook merasa ucapan Jimin salah. Karena Jungkook sama sekali tak bisa merasakannya. Bahkan tak pernah merasakannya.
"Jungkook,,"
"Jungkook,, kau melamun?"
"Eoh? E-eoh,, aniyo hyung. Ah iya,, bagaimana dengan Tae-hyung? Dia akan datang kan?" Tanya Jungkook yang baru saja kembali dan meninggalkan dunia yang penuh dengan imajinasi dan beban.
"Eoh,, Taehyung bilang akan datang. Jadi bersiaplah" titah Jimin yang membuat Jungkook mengangguk.
Beberapa menit kemudian,,,
"Kookie,,, adikku yang manis,, hyungmu yang paling tampan datang" ujar Taehyung yang baru saja datang.
Dan tentu saja kata-katanya membuat Jungkook kembali bergidik ngeri.
"Hyung,, sepertinya aku akan menginap disini lebih lama. Kalian mengerikan, membuatku shock dan mual" ujar Jungkook dengan ekspresi muaknya.
"Ck,, jangan banyak bicara bocah. Kau ini,,, aku mencoba menunjukkan kasih sayangku padamu tapi itu jawabanmu" kesal Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life, But Die (Completed)
Fanfic"Aku memang masih hidup, tapi aku seperti mati dihati kalian"