"16"

5.1K 477 51
                                    

.

.

Kini 3 orang namja muda tengah menatap cemas sosok yang masih setia terbaring dan menutup matanya. Sesekali bibirnya akan gemetar dan memanggil nama seorang yang sangat dirindukannya. Membuat salah satu namja dari ketiga namja yang sudah lama menatapnya mendekat dan menggenggam tangannya yang memancarkan aura panas.

"Kookie,,"

"Hyunghh,, aku merindukanmu" ujar yang termuda dengan suara yang gemetar.

Sedang yang tertua, nampak diam dan beranjak untuk mengelus lembut surai hitamnya untuk sekedar menenangkannya.

.


Sebuah mobil mewah nampak berhenti didepan sebuah rumah mewah disuatu kompleks perumahan.

"Terima kasih sudah mengantarku oppa" ujar seorang yeoja yang baru saja turun dari mobil tersebut.

"Kau tidak mengajakku mampir?" Tanya pria itu.

"Maafkan aku oppa" jawab yeoja itu seraya menunduk sedih.

"Haha,,, kau lucu sekali Mari-ah" tawanya yang membuat yeoja bernama Mari itu menatapnya bingung.

"Ish,, kau mengerjaiku oppa?" Kesalnya yang membuat pria yang ada dihadapannya semakin tertawa gemas.

"Haha.. sudahlah, cepat masuk. Udara dingin"

"Ye,, ye,, tuan" ledek Mari yang langsung memasuki gerbang rumahnya.

"Hah,, dia bahkan tidak bilang agar aku hati-hati. Dasar jahat, untung sayang" lirih pria itu sebelum melesat melajukan mobilnya.

Mari nampak berjalan diruang tamu sambil memegang punggung lehernya, mungkin dia kelelahan.

"Ahh,,, badanku rasanya remuk" keluhnya saat menjatuhkan tubuh rampingnya diatas ranjang empuknya.

Mari memiringkan tubuhnya dan tidak sengaja menatap sebuah figura foto yang ada didekat nakasnya. Tatapannya seketika menjadi luluh ketika melihat foto yang menampakkan foto dirinya dan dua anaknya, Jeon Seokjin dan Jeon Jungkook.

Tangan Mari terulur untuk meraih figura foto tersebut. Dapat dilihatnya foto mereka bertiga yang tersenyum, senyum tanpa beban dan senyum ketululusan dan kebahagiaan.

Segaris senyum mulai terukir dibibir merah mudanya.

"Kalian sangat manis,,,"

"Eomma bahkan tidak menyadari jika kalian kini sudah beranjak dewasa" lanjutnya yang mengelus foto kedua puteranya sambil tersenyum.

Namun tatapannya mendadak menyendu. Menyendu saat mengingat salah satu puteranya. Putera yang sangat jarang ditemuinya dan tidak pernah meluangkan waktu bersamanya. Bahkan putera yang sangat jarang ia sayangi, perhatikan, bahkan tak pernah diberikannya senyuman.

Mari kembali meletakkan figura foto tersebut ketempatnya semula dan segera bangkit meninggalkan kamarnya untuk menuju suatu tempat.

Kini Mari kembali mematung, mengingat hal yang pernah batal dia lakukan. Mengetuk dan membuka pintu kamar anak bungsunya.

Mari diam, bahkan tangannya masih kaku hanya untuk ia gunakan untuk memegang knop pintu yang ada dihadapannya.

"Hah,,,," Mari menghela nafas berat dan beranjak tanpa melaksanakan niatnya.

.


"Eomma,,,!!"

Suara teriakan itu berhasil membangunkan 3 orang namja yang masih tertidur karena terkejut.

Life, But Die (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang