Taehyung sedang mengobati luka Jungkook dengan telaten, sedangkan Dino. Dia hanya duduk sambil menatap tajam luka sang hyung sambil sesekali mengernyit ngilu saat Taehyung menempelkan kapas yang sudah mengandung antiseptic ke luka Jungkook.
Sedangkan Jungkook, dia hanya menatap lurus kedepan.
"Hyung,, apakah tidak sakit?" Tanya Dino yang tidak di jawab Jungkook.
"Kookie,," kini Taehyung mulai khawatir pada sepupunya itu.
"Kookie,, neo gwaenchana?" Lanjutnya yang semakin khawatir saat Jungkook tiba-tiba meneteskan air matanya.
"Ini tidak sebanding" ujar Jungkook yang membuat Dino dan Taehyung bingung.
"Bahkan sekarang aku tidak sebanding dengan harga sosis dan daging yang kujatuhkan tadi" lanjutnya.
"Hyung kau ini bicara apa?" Tegur Dino yang terlihat terkejut akan ucapan sang kakak.
"Apa kalian tidak lihat bagaimana tatapan eomma saat aku menjatuhkan daging dan sosis tadi? Apa kalian tidak lihat mata eommaku yang terlihat kesal saat melihat daging dan sosis itu berserakan di rumput dari pada mengkhawatirkan tangan anaknya yang hampir habis karena melepuh!!" Ujar Jungkook yang di akhiri dengan penekanan di akhir kalimatnya. Dan juga jangan lupakan air mata yang mengalir deras dari matanya yang mulai memerah.
Grep,,
Taehyung segera memeluk Jungkook, berharap jika pelukkannya dapat menenangkan setidaknya sedikit amarah di hati Jungkook.
"Sekarang mereka akan menjadikan uang sebagai alasan membenciku. Bahkan Seokjin hyung juga menyalahkanku atas kesalahan yang tidak sengaja kulakukan" adu Jungkook yang masih menangis di pelukan Taehyung.
"Aniya hyung.. itu tidak benar. Kau lebih berharga untuk kami. Bahkan kau lebih berharga dari nyawa kami sendiri hyung. Jadi jangan pernah berfikir seperti itu" ujar Dino yang kini mulai terisak.
"Kau masih punya aku, Tae-hyung, Jimin hyung. Dan juga kau masih punya paman dan bibi yag menyayangimu hyung. Jadi kumohon jangan pernah berfikiran seperti itu hyung. Jebal" lanjut Dino yang langsung mendapat pelukan dari Jungkook.
"Seandainya kalian tahu. Aku hanya memiliki kalian bertiga. Aku tidak bisa mempercayai orang-orang dewasa itu. Paman, bibi, dan bahkan hyung dan eommaku. Aku sudah tidak dapat percaya pada mereka yang tidak menginginkanku" isak Jungkook didalam hatinya.
""Gwaenchana Jungkook-ah"
"Dino,, eommamu mencarimu" ujar Mari.
"Astaga, Taehyung kau belum mengobati Jungkook? Dan Jungkook, lukamu itu tidak parah. Jadi jangan berlagak seolah tanganmu harus di amputasi. Kembalilah kekamarmu"
"Dan Dino, segera temui eommamu sebelum dia mengguncangkan rumah ini dengan omelannya" lanjutnya.
"Sebaiknya kalian pulang" ujar Jungkook dengan suaranya yang parau.
"Aniya, aku akan menginap dan menemanimu" ujar Taehyung yang membuat Jungkook membuka matanya lebar.
"Aku juga..."
"Berhenti bicara omong kosong Jeon Dino" tegur Hyomin yang baru datang.
"Jangan main-main dan cepat pulang. Kita harus segera berangkat kerumah nenekmu di Gangnam" lanjut Hyomin.
"Tapi eomma,, Jungkook hyung.."
"Jeon Dino..!! Sejak kapan kau mulai membantah?" Ujar Hyomin dengan penuh penekanan, membuat Dino mau tidak mau menuruti perintah sang ibu.
"Dan kau Jeon Taehyung, sadarlah. Sebentar lagi kau akan menghadapi UN" lanjutnya sambil menatap tajam Taehyung.
"Tidak papa bi' lagi pula eomma mengizinkanku tinggal" jawab Taehyung yang membuat Jungkook dan Dino menatap kaget sang hyung. Karena pasalnya sedari tadi Taehyung sama sekali belum menyentuh ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life, But Die (Completed)
Fanfiction"Aku memang masih hidup, tapi aku seperti mati dihati kalian"