"20"

5.1K 483 36
                                    

.
.

Happy Reading,,,

.
.

😉

.
.

****

Kini Jungkook sudah kembali kerumah dan dinyatakan sembuh meskipun harus melakukan check-up tiap bulannya.

Semua keluarga Jungkook nampak berkumpul dikediaman Mari guna untuk menyambut Jungkook malam itu. Apakah Jungkook senang? Jawabannya pasti iya, dia senang. Tapi, nyatanya kebahagiaan bukanlah hal yang mudah untuk dicari dan didapat. Karena kini bukan kebahagiaan yang dia rasakan, melainkan rasa kasihan. Kasihan terhadap nasib dan kemalangan yang menimpanya.

"Haruskah aku seperti ini agar kalian selalu ada dan memandangku?" Batinnya sedih.

"Aku mau istirahat,," ujar Jungkook pada semua keluarganya yang terdengar menanyakan keadaan dan rasa senang mereka karena kembalinya  dia ke rumah.

BRAK!!!!

"Ahhkk,,,,"

"Gwaenchana??" Seokjin segera menahan bahu rapuh sang adik yang baru saja menabrak salah satu furniture rumah.

"Berhati-hatilah,,," Yoongi berucap dengan nada  khawatirnya.

"Memangnya apa yang bisa diharapkan dari orang buta sepertiku ini paman??" Ujar Jungkook miris yang membuat Yoongi merutuki ucapannya.

"Berikan aku tongkatku,,,"

"Hyung akan mengantarmu" sahut Seokjin sambil meraih tangan Jungkook yang tengah meminta tongkatnya.

"Berikan saja aku tongkatku,," pintanya lagi.

"Saeng,,,"

"Tongkat,,," dan akhirnya Seokjin menyerah dan membiarkan Mari memberikan tongkat yang mulai saat ini akan membantu Jungkook berjalan didunianya yang gelap.

"Terima kasih,,," ujarnya sebelum pergi.

Seokjin dan yang lainnya menatap nanar punggung Jungkook yang mulai menjauh. Bahkan Jimin, Taehyung dan Dino tak memiliki keberanian untuk mendekati Jungkook saat ini.

Beberapa kali Jungkook menabrak sesuatu, namun semua orang hanya diam menatapnya. Ya, hanya menatapnya. Karena kaki mereka serasa beku hanya untuk melangkah. Bahkan mulut mereka juga terasa kaku  untuk sekedar menanyakan keadaan Jungkook.

Saat ini sepertinya hanya ada satu bagian dari tubuh mereka yang berfungsi dengan baik. Yaitu mata, mata yang digunakannya untuk melihat penderitaan Jungkook, mata yang kini mengeluarkan cairan bening dengan derasnya karena menatap salah seorang keluarganya yang tengah kesulitan.

"Jungkook-ah,,,," lirih Seokjin yang terlihat tak sanggup menatap penderitaan sang adik.

"Ju,,,"

"Aku bisa,,," Jungkook memotong dan menahan niat Seokjin yang akan membantunya.

"Aku bisa, jadi jangan mengasihaniku" lanjut Jungkook dengan penuh penekanan sebelum akhirnya menaiki anak tangga yang akan membawanya ke kamarnya dan meninggalkan keluarganya yang memandangnya dengan penuh kekhawatiran dan kesedihan.

Kini Jungkook sudah tiba dikamarnya dan segera duduk diranjangnya. Diam dan menatap kosong kedepan dengan buliran bening yang siap jatuh kapan saja.

"Hiks,, tidakkah kalian tahu betapa kecewanya aku pada kalian? Tidakkah kalian tahu betapa sakitnya aku akan tingkah kalian? Hiks,, aku tidak butuh rasa kasihan dari kalian. Kalian hanya ada setelah aku hancur. Kalian tidak sadar ataupun berubah,, hiks,, kalian,, hanya kasihan padaku.  Kasihan dengan keadaanku ini,,, hiks,, sungguh aku kecewa pada kalian" dan akhirnya Jungkook kembali menumpahkan air mata yang berbuah menyesakkan dada dikamarnya.




Life, But Die (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang