Trennung

4.1K 361 18
                                        

Hiruk pikuk starbucks yang berada di area bandara benar-benar terasa bagi Caca, gadis itu akan meninggalkan tempat ini, meninggalkan Jakarta, Indonesia dan benua Asia. jauh dari kakek, jauh dari Samudra dan jauh dari semua orang. Caca benar-benar akan menjadi asing di Zurich

"nggak usah mewek" ucap Samudra saat melihat mata hazel gadis di depannya yang sudah berkaca-kaca dan hampir jatuh

"nggak usah menghujat" balas Caca sarkastik. gadis itu sedang tidak memiliki minat tinggi untuk berdebat atau beradu argumen, mood nya sedang tidak begitu baik untuk itu

"Aku bakalan sering ke Zurich, buat kamu"

"aku balik kok tiap pergantian musim"

"disana ada 4 musim"

"udah tau, makasih informasinya"

"aku ada sesuatu buat kamu" Samudra berucap kemudian mengambil benda dari ransel hitamnya, benda yang mengabadikan tiap momen berharga bagi mereka dan benda yang bisa digunakan Caca ketika merasa rindu nantinya. cowok berjambul itu memberikan kamera nya kepada Caca

"buat apa?"

"kamu bawa ke Zurich. aku tau kalau kamu alay"

"nggak usah nyela"

Samudra terkekeh, sementara itu Caca melihat-lihat apa yang ada di layar kamera nya, beberapa foto yang tersisa di dalam memori kamera, foto mereka berdua saat di Maldives, Yogyakarta, kota tua dan beberapa foto di berbagai tempat yang pernah mereka kunjungi, Caca benar-benar mengingatnya dengan sangat baik.

"makasih ya sayang" kata Caca sembari menaruh lagi kamera SLR itu ke dalam tas hitam kecil kemudian di masukkannya ke dalam ransel abu-abu kepemilikannya 2 tahun ini

"Iya sama-sama sayang, udah jam 11 nih. buruan check-in" ucap Samudra saat matanya menangkapjarum  jam dinding starbucks sudah melewati angka 12

"kamu ngusir aku?"

"nggak gitu, daripada nanti telat"

Caca tidak menjawab, gadis itu menyeruput caramel machiato yang sudah menghangat, menggendong ranselnya kemudian berdiri dari tempatnya.

seperti berat, namun harus iya. meninggalkan sejuta kenangan di Indonesia bukanlah sesuatu yang dikatakan mudah.

keduanya berjalan beriringan keluar dari area coffe shop tersebut, menuju ke area check-in yang begitu banyak orang mengantri, ada yang bertujuan ke Zurich dan ada yang bertujuan ke Singapura atau Bangkok saat transit nanti

"kamu jaga diri baik-baik ya disana, jangan lupa makan, jangan kecapekan, jangan lupa pake jaket tebal kalo salju turun, jangan lupa belajar, jangan lupa sama aku, jangan lupa sama apapun tentang kita" ucap Samudra saat mata Caca dan matanya bertemu.  Caca masih menyempatkan diri menatap manik mata hitam dihadapannya sebelum ia melakukan check-in dan akan berpisah dari sosok laki-laki yang sudah menemaninya selama 2 tahun ini

sebagaimanapun Samudra menyembunyikan kesedihannya, jelas Caca melihat mana Samudra yang tulus tersenyum dan mana Samudra yang pura-pura tersenyum

"kamu juga, aku bakal pulang, buat kamu dan buat kita" ujar Caca kemudian memeluk cowok di depannya, memeluknya dengan sangat erat, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Samudra sampai kaos yang dipakai cowo itu harus basah pada bagian depannya

"I love you ca"

"I love you more ta. aku pergi ya" ucap Caca sembari melepaskan pelukannya

"jangan lupa kabarin kalo udah sampe"

"pasti sayang. jangan lupa nunggu aku balik"

"jangan lupa ajak aku jalan-jalan keliling Zurich kalo kesana"

"buat kamu, as always"

"hati-hati" 

Caca tersenyum paksa, melepaskan genggaman Samudra kemudian menyeret koper biru mudanya menjauh, melewati sederetan orang yang berlalu lalang, melepaskan Samudra untuk menjauh, memisahkan diri sepuluh ribu mil jauhnya, semuanya berat dan sangat memaksa.


                                   ****


Sejak di dalam pesawat yang dilakukan Caca hanyalah menurunkan rintik dari matanya, tidur dan bangun saat transit di bandara changi dan saat di Bangkok. gadis itu terbangun lagi saat matahari hendak tenggelam di ufuk barat, layar dihadapannya yang menampilkan Gps pun menunjukkan bahwa pesawat berada di wilayah udara Afghanistan, yang berarti masih sangat lama untuk merasakan dinginnya udara Swiss

merasakan jauhnya dari Indonesia, jauh dari New York dan semuanya begitu jauh dalam nalurinya. dengan berbekalkan alamat yang dikirimkan mama nya, maka Caca harus menemukan sendiri tempatnya tinggal untuk 4 tahun kedepan.

Jam menunjukkan pukul 11 malam waktu Swiss dan pukul 4 subuh waktu Indonesia saat pesawat yang di tumpangi Caca landing di Bandara Zurich. gadis berdarah New York itu mengenakan jaket tebal dan syal yang tergantung di leher jenjangnya, turun dari pesawat kemudian mengambil bagasi dan langsung menuju ke gerbang imigrasi dimana petugasnya hanya melihat paspor Amerika yang dibawa oleh Caca


                              ****


Gadis berbalut jaket berbulu tebal warna abu-abu itu merentangkan tangannya ke udara, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 8 siang saat Caca terbangun dari tidurnya, menikmati pagi pertamanya di Zurich dan menjalani pagi pertamanya tanpa ada gangguan dari Samudra

Caca bangkit dari duduknya, mencabut kabel charge yang menyatu dengan ponselnya. melihat notifikasi yang muncul di layar ponselnya

Today, 06:05 am
Samudra: sayang

Samudra: p

Samudra: p

Samudra: love you

Samudra: sepi

Samudra: disini jam 11 sayang

Samudra: disana jam 6?

Samudra: p

today, 07:58 am
Caitlyn: baru bangun :)

Caitlyn: aku mau ke Danau Zurich ya?

Caca menaruh ponselnya di atas meja, melangkahkan kakinya ke dalam toilet dan membersihkan diri secepat mungkin, aneh rasanya sehabis mandi merasakan derajat berbeda dari Indonesia, Caca langsung menyambar jaket berbulu dan langsung memakainya tanpa meninggalkan satu kancing pun untuk di tautkan, mencegah rasa dingin untuk menusuk lebih dalam lagi. 


_____________________________________

Jangan lupa meninggalkan vote dan komen agar author lebih bersemangat untuk melanjutkan chapter nya :)

Ten Thousand MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang